Go vote!
"Pagi!" Aku mengecup pipi Ibuku setelah aku turun kedapur dan langsung mengambil roti untuk sarapan.
"kau bangun sendiri sekarang?" Aku memandang ibuku dengan pandangan bingung dia malah terkekeh geli melihatku.
"dari kemarin kau selalu bangun siang sampai aku harus membangunkanmu sekarang kau bangun sendiri? apa ada kaitannya dengan pria pirang itu?"
wajahku memerah seketika, aku terlalu mudah dibaca jika itu berhubungan dengan Ibuku.
"aku hanya bersemangat untuk menunggang B.J lagi dan mengajar kelas hari ini mom"
Ibuku mengangguk sedikit seolah masih tidak mempercayai perkataanku.
"Aku telah berbicara dengan ayahmu tentang pria pirang semalam"
"apa katanya?!" Ibuku mendelik melihat reaksi bersemangatku, astaga baru kemarin aku menangis karenanya tapi sekarang aku sudah berharap ayahku merestui kami, kurasa benar perkataan kakakku aku memang bodoh.
"dia bilang akan memberikan anak muda itu kesempatan"
Aku langsung terdiam mendengarnya, jika mengingat tempramen ayahku kesempatan yang dimaksud pasti bukan sesuatu yang mudah apa lagi jika ada kakak-kakakku disekelilingnya.
"Jika itu aku baru setuju!" Brat berseru dari pintu belakang dan masuk bersama ayahku dengan senyum lebar di wajahnya.
"apa yang kau setujui?" Aku memandang curiga ayah dan anak ini, mereka hanya tersenyum penuh misteri padaku lalu dengan santai mencium pipi ibuku dan mengecup kepalaku.
"Jawab pertanyaanku!" Aku mulai penasaran saat Brat tidak menggubris pertanyaanku namun justru malah bergabung sarapan dengan tenang.
"aku setuju jika kuda yang sedang hamil besar itu ada yang menjaga"
"siapa?" Aku memandang ayahku dan Brat bolak balik dengan pandangan bertanya, mengapa aku punya firasat buruk tentang ini.
"pekerja baruku" Ayahku dengan santai memakan rotinya dan memutuskan kontak mata denganku membuatku menyipitkan mata memandangnya.
"Brat tolong undang Robin dan anak-anakmu kemari kita akan makan malam bersama"
"bukankah kemarin sudah?"
"memangnya kenapa? akhirnya putriku satu-satunya pulang aku hanya ingin menghabiskan waktu sebagai keluarga utuh"
Brat hanya bisa mengangguk dan bergumam akan mengabari yang lain, setelah selesai makan dia pamit untuk pergi bekerja.
"Aku juga ingin mengecek B.J dulu" Aku melangkah dengan riang kearah instal namun berhenti di kandang kuda betina yang sedang hamil besar itu.
"hey, bagaimana kabarmu?" Kuda itu mengendus tanganku dan menatapku dengan sorot kelelahan.
"bertahanlah girl sedikit lagi kau bisa berlari bersama bayimu" Setelah beberapa belaian lagi aku bangun dan menuju kearah kandang B.J.
"Siap untuk hari ini?!" aku menyapanya dan membelai hidungnya, dia meringkik dan menggerakan kepalanya dengan semangat.
"Aku juga!" Aku langsung mengambil pelananya dan memakaikannya pada punggung lebarnya.
Aku menuntun B.J kearena berkuda, disana sudah ada beberapa anak-anak kecil yang sedang belajar menunggangi kuda. Aku tersenyum dan langsung ikut bekerja bersama beberapa pelatih yang ada, kelas disini hanya tiga kali seminggu dan makin bertambah banyak setiap minggunya. Mengajari anak-anak yang haus akan pengetauhan yang sederhana itu membuatku senang, setelah hari beranjak siang anak-anak itu pulang dengan senyum merkah di wajah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW YORK MOONLIGHT
Romantizm#1 Constara Books Rene adalah seorang wanita muda sukses dengan karir cemerlang. Tapi kisah cintanya tak semulus karirnya setelah dikihanati beberapa kali Rene memutuskan tidak akan bercinta lagi sampai menikah, Tetapi temannya yang kesal karena kep...