Chapter 3

4.3K 318 46
                                    

Kringgggg...

Bel pulang sekolah terdengar mengisi seisi sekolah.

"Habibah?" Panggil Navia.

"Hm?" Habibah menoleh ke arah Navia yang memanggil dirinya itu.

"Kenapa lo dimasukin ke SMA? 'Kan bukannya udah dari kecil di pesantren?" Tanya Navia terdengar begitu penasaran.

"Hm. Semenjak Ibu aku meninggal waktu aku kelas 10 semester 2, semenjak dari itu aku disuruh Ayahku untuk pindah ke SMA saja. Katanya sih biar ada temannya, soalnya memang aku anak tunggal," jawab Habibah.

Navia hanya ber-ohh ria mendapatkan jawaban dari Habibah. "Terus, nyaman ga disekolah ini? 'Kan pasti beda banget tuh," tanya nya lagi.

"InshaAllah aku akan nyaman. Aku juga butuh adaptasi sama sekolah ini, lambat laun juga aku akan nyaman, apa lagi punya temen kaya kamu," jawabnya sembari memamerkan senyum manisnya itu.

"Terus, kalo di sana cowo sama ceweknya dipisah gak?" Tanya Naura yang duduk tepat di depan meja Habibah itu.

Naura dan Hana pun bergabung berbincang ria dengan Navia dan Habibah.

"Hm iya. DI sana Ikhwan dan Akhwat nya jelas dipisah. Lagi pula aku juga gak terlalu kaget sih kalo di SMA Ikhwan dan Akhwat nya itu digabung, karena memang aku sudah tau dari jauh-jauh hari,"

Mereka betiga pun hanya ber-ohh ria mendengar jawaban dari Habibah.

"Gila, ketat juga ya, terus kamu sama sekali gapernah pacaran dong? Atau ada seseorang yang kamu suka barangkali?" Kini bergilir Naura yang bertanya pada Habibah.

"Iya tuh bener lo pernah pacaran ga?" Tanya Navia.

"Hm itu," diam sejenak. "Aku ga pernah pacarana. 'Kan memang dilarang juga dalam agama kita," jelas Habibah.

"Terus ada gak orang yang lo suka?" Tanya Hana.

"Hm. Ngga ada sih Han, aku juga gatau apa yang namanya cinta atau suka. Aku emang belum tau kalau itu rasanya kaya gimana," jelas Habibah.

"Ah, gile si Naura aje nih ye, die udeh punya mantan berape biji tau," terang Hana dengan logat betawinya yang kental membuat mereka berempat tertawa.

Saat ini di kelas hanya tersisa mereka berempat, semua teman kelass lainnya telah pulang meninggalkan kelas.

"Terus, terus gimana lo nanti kedepannya kalo lo aja gak penah suka sama orang?" Tanya Naura.

"Hm itu," Habibah terdiam sejenak, dan menarik panjang napas nya. "Kalau itu, aku InshaAllah udah berkomitmen kalau nanti ada orang yang berani ngekhitbah aku, dan kelak jadi suamiku siapapun orangnya, InshAllah aku akan suka dan menerimanya karena-Nya," jelas Habibah.

"Aminnn!" Suara mereka bertiga dengan kompak.

"Lagi pula jodoh kita udah ada yang ngatur, dan jodoh kita masing-masing kan sudah ada di lauhul mahfudz kita sendiri," jelas Habibah lagi.

"Iya juga sih, Bah," kata Hana.

*****

"Assalamulaikum, Habibah pulang!" Teriaknya ketika memasuki rumahnya.

"Eh non Habi udah pulang, mau makan apa non? Biar bibi yang buatkan," tawar Bibinya itu.

"Ngga Bi. Habi gamau makan, nanti aja makan malem bareng Abuya Bi. Habi mau mandi dulu aja abis itu sholat ashar abis itu istirahat sebentar," terang Habibah ke Bibinya.

Habibah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang