Chapter 30

670 52 3
                                    

Sesampainya Habibah di rumah ia melirik sekeliling rumah sebelum masuk, memastikan tidak ada Zahra. Ia takut Zahra akan kecewa, marah, dan sedih ketika melihat kondisi Habibah yang seperti ini.

Habibah langsung berlari kecil ke kamarnya saat sudah selesai memastikan bahwa sedang tidak ada Zahra.

Habibah menghembuskan napas lega saat sudah sampai di kamarnya. Ia buru-buru menutup dan mengunci pintu rapat-rapat.

Setelah itu ia menyenderkan badannya ke pintu, membuka jaketnya secara perlahan. Coretan-coretan yang berada di seragam dan kerudungnya mulai terlihat. Ia memandangnya sendu, terdapat awan hitam di balik matanya. Awan hitam itu mengeluarkan hujan yang cukup deras hingga pelupuk matanya tak kuasa menampung air lagi. Habibah menangis, kakinya lemas, ia menjatuhkan badannya tertunduk di belakang pintu.

Habibah tidak mengerti salahnya di mana hingga Laura memperlakukannya seperti itu. Habibah mencengkram kuat roknya, berusaha untuk menahan agar tidak menangis. Ia mengigit bibir bawahnya agar tangisannya tidak bersuara.

"Habi?" Panggil Zahra dari luar pintu sambil mengetuknya beberapa kali.

Habibah buru-buru menyeka air matanya. Ia menarik panjang napasnya dan membuangnya secara perlahan berusaha untuk menenangkan emosinya.

"Iya? Kenapa Bunda?" Kata Habibah dengan suara sedikit bindeng.

"Kamu nangis?" Tanya Zahra penasaran.

"Aku abis nonton drama korea, Bun. Nangis deh jadinya," kata Habibah tersenyum getir.

Habibah berbohong. Ia mengutuk dirinya sendiri karena telah berbohong pada Zahra. Habibah hanya dapat tersenyum getir saat mengucapkan kalimat itu.

"Kirain Bunda kamu kenapa-kenapa," kata Zahra dari luar sambil terkekeh.

"Habi gak kenapa-kenapa kok, Bun."

*****

"Tadi gue ketemu Zafira,"

"Hah? Zafira? Siapa lagi? Banyak banget cewek lo Za. Habibah mau lo kemanain?" Tanya Doni yang masih fokus melihat televisi memainkan play station.

Mereka sedang berada di rumah Tio bermain play station bersama. Lebih tepatnya hanya Erza dan Doni yang bermain, sementara Ali dan Tio memakan camilan sambil memerhatikan mereka kedua temannya game sepak bola.

"Iya maksud gue Habibah, bego," kata Erza.

"Ya terus kenapa?" Tanya Ali sambil memakan kentang goreng.

"Akhir-akhir ini dia ngejauh gitu dari gue," jawab Erza sambil menaikan kedua bahunya tidak tahu.

"Lo jelek kali," sambar Doni yang langsung mendapat toyoran di kepalanya dari Erza.

"Sembarang! Cakepan juga gue dari pada lo," kata Erza memutarkan kedua bola matanya malas. "Yo kata lo kenapa dia gitu yo?" Lanjutnya.

Erza tidak mendapatkan jawaban dari Tio. Setelah beberapa detik Erza menoleh dan mendapati Tio sedang tertidur dengan badan disenderkan pada ranjangnya.

"Yeh malah tidur tuan rumahnya,"

"Terus apa yang mau lo lakuin sekarang?" Tanya Ali. "Ngejauh juga?" Lanjutnya.

"Udah ngejauh aja, gantian gue yang deketin," kata Doni sambil terkekeh. "Dia lebih suka gue kali," lanjutnya sambil terkekeh melihat Erza.

Habibah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang