Chapter 19

2K 146 12
                                    

"Tio kaki gue sakit lo injek!" Doni berdecak sebal.

"Ya maap sih," kata Tio.

"Lo berdua gak bisa diem banget sih, ntar ketauan," Ali berdecak sebal.

"Makanya kayak aku dong, aku mah orangnya diem aja, kalem. Gak kaya kalian," kata Erza menjunjung dirinya.

"Jijik! Udah cepet apalin soal-soalnya Yo," titah Ali.

Mereka berempat saat ini sedang mengintip pelajaran bu Nurhaliza. Karena bu Nurhaliza sedang menulis soal ulangan kepada anak-anak kelas 12 Ips 2.

"Cepetan! Abis ini dia ke kelas kita," jelas Erza.

"Ah elah, gak sabar banget sih lo!" Gumam Tio.

"Don, bantu gue buat nyatet soalnya," titah Tio.

"Udah Don cepet bantuin bebeb Tio,"

"Bawel lo! Iya-iya gue bantuin," kata Doni cepat.

"Ali, kamu selingkuh! Apa maksudnya bebeb-bebeb Tio? Kamu jahat mas!" Ucap Erza penuh drama.

"Maafkan aku honey. Jujur, daku hanya cinta kepada kamu saja," ujar Ali tak kalah dramatis.

"Tio, kok gue jijik ya sama mereka," gumam Doni.

"Berarti gak gue doang dong, sama gue juga. Mungkin mereka gay kali Don," kata Tio mengankat kedua bahunya.

"Kalian sedang apa di sini?" Tanya seseorang bersuara lembut.

"Kita lagi nyalin soal ulangan bukan? Pake nanya lagi lo," kata Erza.

"Tau, pinter banget sih yang nanya, kan udah kita rencanain dari tadi, gimana sih!" Kata Tio tak kalah kesal.

"Oh, kalo yang nanya bu Mawar, gimana?" Tanya seseorang bersuara lembut itu lagi.

Semua membalikan badannya ketika tepat selesai bu Mawar menghabiskan perkataannya.

"ASTAGA! Gawat ini," kata Ali yang masih kaget.

"Bu, boleh kabur gak bu? Kita udah lama gak main kejar-kejaran bu," izin Erza.

"Bu, ibu saya nelpon, cucian belum diangkatin, boleh balik gak bu?" Tanya Doni.

"Bu sa--"

"Apa? Ikut ibu sini!" Potong bu Mawar.

Perlahan mereka pun mengekori bu Mawar. Sementara mereka saling sikut menyikut menyalahkan satu sama lain.

"Permisi, bu Nurhaliza?" Panggil bu Mawar saat sampai di depan kelas.

"Iya, Bu? Kenapa, ya?" Tanya bu Nurhaliza mendekati bu Mawar.

"Ini biang kerok kayaknya ngintipin soal ulangan," kata bu Mawar sambil menunjuk kearah mereka berempat.

Sementara bu Nurhaliza sudah menatap seperti ingin menerkam mereka berempat.

Mereka berempat hanya menunduk pasrah. Doni yang sudah bercucuran air keringat. Ali yang sudah berdzikir. Tio yang sudah mengatur napasnya, serta Erza yang sudah berpikir bagaimana caranya ia bisa kabur, walaupun hasilnya pasti nihil.

Habibah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang