Chapter 40

174 20 5
                                    

Maaf sekali karena membuat kalian harus menunggu cukup lama kembali karena sebelumnya Aku sedang sibuk dengan tugas kuliah dan fokus untuk UAS saat itu hehe.

anw Insyaallah akan rutin update kembali, amin!

Terimakasih yang sudah bersedia menunggu-nunggu cerita ini dan membacanya hingga part ini. Semoga kalian menyukainya.

Kalau kalian menyukainyaa vote dan komentar, ya! Banyak-banyak terimakasih!!

*****

Erza dan Habibah mengelilingi pelataran rumah sakit. Erza mendorong kursi roda yang dinaiki oleh Habibah secara perlahan. Habibah mengitari pandangannya melihat taman kecil yang berada di rumah sakit tersebut.

"Eza? Saya mau ke sana,"

Pandangan Erza mengikuti ke arah yang ditunjuk oleh Habibah. Erza tersenyum.

"Siap, Nona!"

Erza membawa Habibah ke taman tepat di bawah pohon yang cukup rindang. Terdapat kursi kosong di sana. Erza menduduki kursi tersebut dan membiarkan kursi roda Habibah tidak berada jauh dari dirinya.

Semilir angin pagi yang sejuk menerpa kedua muka mereka dengan lembut. Habibah menghirup napasnya Panjang dan membuangnya secara perlaha. Hal ini ia lakukan berulang kali sambil memejamkan matanya.

"Gue kangen tau," kata Erza membuat Habibah menoleh ke arahnya.

"Saya tau, Eza pasti kangen," Habibah tersenyum. "Makanya saya bangun lagi," lanjutnya menyeringai.

"Jadi alasan lo bangun itu karena gue?" Erza tersenyum miring menatap mata Habibah tajam.

Habibah lansung membuang pandangannya ke arah lain tepat Erza menyelesaikan kalimatnya.

"Ngga gitu konsepnya," Habibah menggaruk kepalanya gugup. "Ya udah yang penting aku sadar lagi kan," lanjutnya.

"Kapan sekolah?"

"Besok mungkin? Kata dokter sore ini juga saya udah bias balik Eza," kata Habibah gembira.

"Gue jemput, ya?" Erza menatap memohon kepada Habibah.

Habibah mendenguskan napasnya kasar. "Eza tapi saya kan--"

"Gue bawa mobil," potong Erza. "Gue gak bego kali, masa iya bawa lo yang jalan aja masih susah sakit gue jemput pake motor," kata Erza memutarkan kedua bola matanya malas.

"Hmm," Habibah bergumam.

"Gak usah sok mikir deh, lo juga pasti mau 'kan? Udah pokoknya gak ada penolakan," Kata Erza.

Habibah terkekeh. "Iya Eza. Jangan sampai telat, ya!" kata Habibah tersenyum lebar.

"Gitu dong kan cantik,"

Habibah tersipu malu mendeengar perkataan Erza. Ia menenggelamkan kepalanya tidak berani melihat ke arah Erza.

"Mumpung lo baru sadar? Lo mau satu hal yang mau gue kabulin gak?" Erza menatap Habibah antusias.

"Apaan sih Eza! Mau apa coba aku?" Habibah berpikir.

"Masa gak mau sesuatu?"

Habibah tampak sedang berpikir keras ia mengingkan apa. Tidak lama kedua sudutnya tertarik membuat senyuman terukir di wajahnya.

"Dua hal boleh?" Tanya Habibah tersenyum lebar menampilkan sederet giginya.

"Apa emangnya?"

"Mau makan ketoprak bareng sama Eza pulang sekolah," Habibah tertawa kecil.

Habibah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang