"Nih bu makalahnya," kata Erza sembari menyerahkan setumpuk kertas yang dijilid rapih.
"Bagus-bagus, terus mana Habibahnya?" Tanya bu Endang."Gatau deh bu, di kelas kali," ucap Erza.
"Oh, yauda. Kamu ke kelas lagi sana," titah bu Endang.
"Oke! Dadahh, IBu. See you," kata Erza seraya meninggalkan ruangan bu Endang.
Erza pun melangkah terus. Namun, tujuannya bukanlah ke kelas, melainkan ke kantin. Raut wajah gembira pun terlihat di wajah Erza ketika melihat ada beberapa temannya di sana.
"Hellowww," kata Erza sambil berhigh five dengan teman-temannya.
"Dari mana aja lo?" Tanya Doni.
"Biasa ada janji sama cecan sekolah," ucap Erza asal.
"Hah sumpah lo? Siapa? Cindy anak sebelas itu ya? Gila lo, katanya ga doyan. Katanya buat gue aja, gimana sih!" Sambar Tio kesal.
Satu toyoran pun mendarat mulus di kepala Tio. "Sok tau lo! Gue abis ketemu cecan sekolah kita, bu Endang," kata Erza berdecak sebal.
"Hahaha, lagian lo mau aja sih Yo sama orang kayak Cindy gitu? Ke sekolah kerjaannya cuma bawa make up doang, ilmu mah kaga ada," sambar Ali.
"Yeh, yang penting mah bahenol oge geulis! Awas aja lo ya kalo gue sampe dapetin dia," kata Tio kesal.
"Ah diem ah! Tibang cewek doang sampe segitunya," kata Erza sebal. "Mak! Good day satu ya mak," teriak Erza.
"Siap dah Ja, bentar yak," balas Emak--ibu kantin.
"Yeh, gak ngace lo Ja? Buktinye lo ngejar-ngejar Habibah sampe segitunye," kata Doni, dan mulus satu toyoran mendarat di kepala Erza.
"Yeh, kalo itu mah beda! Kalo cuma kayak Cindy mah seribu cewek juga ngantri ke gue, tapi satupun cewek kaya Habibah kaga ada," kata Erza sambil tersenyum penuh arti.
"Ah si pea! Gue kasih tau nih yak," kali ini Doni kembali bersuara dan berbicara serius. "Cindy cantik, Habibah manis," kata Doni.
Lantas semua pun menunggu Doni kembali berbicara. Semua terlihat serius ingin mendengar lanjutan bicara Doni.
"Gimana," Doni menghembuskan napas kasarnya. "Gimana kalo mereka jadi istri pertama dan kedua gue, setuju ga?" Lanjutnya.
Akhirnya Doni pun mendapatkan hujanan toyoran dari teman-temannya. Sementara itu Doni terlihat tertawa puas melihat ekspresi konyol teman-temannya tadi. Merekapun bercanda tawa bersama di kantin sampai dengan jam pelajaran habis dan beralih ke jam istirahat.
Siswa-siswi pun berhamburan menuju kantin.
"Bah? Lo mau beli apa?" Tanya Hana.
"Aku nitip jus mangga sama siomay aja deh ya, Han," kata Habibah melihat ke Hana.
"Kita ga ditawarin Han?" Tanya Navia.
"Lo berudua mah beli aja sendiri," kata Hana yang langsung meninggalkan mereka bertiga.
"Ih ngeselin," kata Naura berdecak sebal.
"Udah-udah, bercanda doang," kata Habibah sembari terkekeh.
"Ya tapi 'kan," kata Naura yang masih cemberut.
"Udah-udah, sana kamu pesen. Nanti aku yang traktir," kata Habibah tersenyum memandang Naura.
"Gue ngga, Bah?" Tanya Navia cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibah
EspiritualMenceritakan seorang gadis remaja bernama Habibah Zafira Syahidiah mengenai kehidupan barunya tentang cara dia menghadapai berbagai masalah yang dia hadapi, serta mengenai minimnya pengalaman masalah kisah percintaan yang akhirnya dia dapat merasaka...