"Za kemaren lo abis jalan berdua ya sama cewe lo itu?" Tanya Ali sambil berjalan mendekat ke arah meja Erza.
"Kepo lo kaya wartawan," kata Erza tak acuh.
"Yah Za lo mah gak tau aja sih, lo berdua tuh abis diomongin sama Laura," sambar Tio yang duduk di kursi depan meja Erza.
"Hah? Laura anak Ips dua itu?" Tanya Erza mengerutkan dahinya menatap Tio lekat-lekat.
"Iya seriusan," kata Ali mengangguk cepat.
"Gak tau lah, gak perduli juga gue," Erza memutarkan kedua bola matanya malas. "Gak penting juga," lanjutnya.
"Za itu Laura depan kelas ngeliatin lo," kata Doni yang duduk di sebelah Erza.
Seketika Erza melihat ke arah pintu kelas mereka. Di sana Erza melihat Laura tersenyum dan sedang melambai-lambai ke arahnya.
Erza hanya mengangkat kedua bahunya tidak perduli dan mengalihkan pandangannya.
Setelah Erza mengalihkan pandangannya, ekspresi wajah Laura berubah cemberut. Ia menghampiri Erza setelah itu.
"Za kenapa?" Tanya Laura saat berada tepat samping Erza.
Doni, Ali dan Tio seketika sibuk dengan urusannya masing-masing berusaha untuk tidak perduli.
Erza tidak menjawabnya, ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
Belum sempat Erza mainkan namun dengan cepat Laura sudah mengambil ponsel itu dari tangan Erza.
"Lo apaan sih?" Tanya Erza ketus sambil memandang lekat-lekat wajah Laura.
"Lo yang apaan, maksud lo apa kemarin jemput anak baru itu dan lo juga malah jalan main sama anak baru itu?" Tanya Laura dengan nada satu tingkat di atas Erza.
"Ya urusannya sama lo apa?" Tanya Erza menaikan sebelah alisnya. "Balikin sini hp gue," lanjutnya sambil berusaha merebut ponselnya dari tangan Laura namun nihil hasilnya.
"Gue gak suka lo deket-deket sama cewek lain, Za," kata Laura memelas.
Erza berdiri dari kursinya dengan kasar. Lalu merebut paksa ponselnya yang berada dengan Laura.
Setelah itu Erza menunjuk Laura penuh dengan emosi. Ia berusaha untuk tidak berkata kasar dan menyakiti fisik perempuan. Erza mengepalkan tangan sebelah sebagai bentuk usaha untuk menahan emosinya.
"Inget satu hal ini, lo itu bukan siapa-siapa gue," Erza menarik panjang napasnya dan dihembuskan secara kasar. "Sampai sini paham, cantik?" lanjutnya.
Setelah itu Erza pergi meninggalkan Laura keluar kelas dengan ekspresi kesalnya. Sementara temannya yang lain dengan sigap mengikuti Erza dari belakang.
*****
Jam istirahat sudah berlangsung lima menit. Habibah bersama teman-temannya sudah duduk manis di pojokan kantin.
"Pagi tadi lo dijemput Erza lagi, Bah?" Tanya Naura sambil melahap somay yang dipesannya tadi.
Habibah hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.
"Eh iya ceritain dong lo kemarin ngapain aja sama Erza!" Kata Hana dengan penuh semangat.
"Iya sih, buruan ceritain, Bah," timpal Navia.
Habibah melotot kaget. Ia mengambil botol air mineral dan meminumnya terlebih dahulu.
Habibah menarik panjang napasnya dan menghembuskannya secara perlahan.
"Cuma ke toko buku sama makan doang aja kok," kata Habibah sambil manggut-manggut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibah
EspiritualMenceritakan seorang gadis remaja bernama Habibah Zafira Syahidiah mengenai kehidupan barunya tentang cara dia menghadapai berbagai masalah yang dia hadapi, serta mengenai minimnya pengalaman masalah kisah percintaan yang akhirnya dia dapat merasaka...