Chapter 11

2.6K 172 4
                                    

"Oke sampe deh Zaf," seru Erza.

Perlahan Habibah pun turun dari motor Erza.

"Makasih ya Eza," ujarnya tertunduk.

"Mau ngucapin makasih tuh ngeliat orangnya, bukan ngeliat sepatunya doang," sindirnya.

"Eh.. iya, makasih Eza," katanya dengan menatap Erza sekilas dan langsung tertunduk kembali.

Kini jantungnya Habibah seakan tidak bisa diajak krompomi, jantungnya selalu berdegup kencang bila berbicara dengan lawan jenis yang satu ini.

Tanpa diketahui Habibah, terlihat senyuman terukir diantara sudut wajah Erza.

"Mungkin andaikan sepatu gue juga mahkluk hidup, pasti dia udah terbang dipandangin terus sama lo. Gue iri deh jadinya sama sepatu gue," kata Erza terpotong, lalu ia menarik panjang napasnya. "Mungkin lain kali gue pasang kamera di sepatu gue, biar nanti lain kali jadinya gue bisa puas mandangin senyum lo," kata Erza spontan.

Habibah yang mendengar itu merasa pipinya memanas. Sangat memanas. Namun senyumnya selalu tidak bisa pudar meski sudah ditahan dengan sekuat tenaga.

Habibah hanya terus tertunduk. Malah semakin tertunduk, semakin wajahnya tidak mau sampai dilihat oleh Erza. Karena pipinya pasti sangat merah saat itu.

"Ck, dari tadi diem mulu. Yau udah gue pulang deh ya," kata Erza.

"Eh.. iya, yauda hati-hati ya Eza," kata Habibah yang masih tertunduk.

"Oh iya, satu lagi, gue boleh minjem hp lo gak? Sebentar aja, pengen sms nyokap gue," tanya Erza.

Tanpa menjawab Habibah langsung mengambil ponselnya lalu diberikannya ke Erza.

Cukup lama Erza berkutit dengan ponsel itu.

"Nih, makasih ya," kata Erza. "Manis," lanjutnya pelan.

"Apa?" Tanya Habibah. Ia sangat amat yakin ia mendengar ucapan Erza tadi itu, namun tidak begitu jelas.

"Eh, ng.. ngga, yauda gue pulang ya, dahh," kata Erza yang salah tingkah.

"Daah," balas Habibah.

Tanpa menunggu waktu lama Erza pun langsung meninggalkan perkarangan rumah Habibah.

Masih di tempat yang sama Habibah berdiri bahkan masih dengan irama jantung yang sama, masih berdegup kencang. Senyumnya pun masih belum luntur dari wajah manisnya itu.

Manis? Aaaa, gak salah denger? Sorak batin Habibah.

*****

Hari ini kembali masuk sekolah. Pada hari ini juga Habibah tidak ingin bertemu dengan Erza.

Sudah diputuskan Habibah tidak ingin keluar kelas hingga waktunya pulang sekolah.

Pasalnya kemarin Erza membuat jatungnya berdegup kencang saat sampai di rumahnya.

"Bah, ikut kita yuk ke kantin?" Ajak Hana.

"Gak deh. Kalian duluan aja, aku lagi males ke kantin," jawab Habibah.

"Lo kenapa sih dari pagi? Diem mulu, kadang senyum sendiri, kadang cemberut, lo kerasukan?" Tanya Navia.

"Ih! Ya Allah, ngga lah Navia, aku ga keseurupan dan aku juga ga kenapa-kenapa. Ya udah sana ke kantin, aku nitip jus mangga deh. Udah sana," kata Habibah.

"Ih ya udah, tunggu ya," kata Naura.

Teman-temannya itupun langsung pergi ke kantin dan sementara Habibah masih terdiam di bangkunya.

Habibah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang