Chapter 39

223 26 16
                                    

Halo terimakasih sudah membaca hingga part ini!

Selamat membaca semoga kalian menyukainya! :)

*****

Esok paginya Erza sudah siap dengan seragamnya menikmati nasi goreng buatan Nabilah di ruang makan bersama dengan Nisa.

Jam sudah menunjukkan pukul enam lewat empat puluh menit. Jarak antara rumah Nisa dengan sekolahnya tidak begitu jauh. Itu menjadi alasannya tidak berangkat terlalu pagi. Sementara Erza cukup jauh dan dia masih asik menikmati sarapannya.

"Berangkat atuh buruan!" Titah Nabilah pada Erza.

"Nanggung dikit lagi abis ini," kata Erza menikmati suapan terakhir sepiring nasi gorengnya.

"Bun, Ica jalan," ucap Nisa pamit setelah itu pergi ke depan rumah menaiki ojek online yang sudah dipesannya.

"Ade kamu aja udah jalan, nanti telat lagi," kata Nabilah menceramahi Erza.

Erza memutarkan kedua bola matanya malas. Beberapa hari terakhir ini dia tidak sedang semangat untuk pergi ke sekolah.

"Biarin aja," ucap Erza dengan malas.

Setelah menyelesaikan sarapannya Erza langsung berdiri dan menaruh piring kotornya di wastafel yang berada di dapur.

"Masih mikirin Habibah?" Tanya Nabilah menaikkan sebelah alisnya.

"Jelas lah," kata Erza dengan malas.

"Ya Allah dasar anak muda," kata Nabilah berdecih. "Habibah juga gak bakalan seneng kalo kamu kebanyakan bolos, Za. Biar aja nanti Bunda aduin kalo udah sadar, bilang ke Habibah kalo anak Bunda ngegalau terus setiap hari mikirin dia," kata Nabilah menyeringai.

"Ya bilang aja. Siapa takut," kata Erza meremehkan. "Ya udah aku jalan sekolah dulu," kata Erza sambal mengambil jaket yang tergantung di kursi tempat makan dia tadi.

"Ya udah hati-hati," ucap Nabilah.

kringgg..

Bunyi nyaring dari ponsel Erza yang berada di meja makan mengisi seisi rumah. Erza mengambil ponselnya dan membaca nama pada layar ponsel tersebut.

Bunda Zahra is calling

Erza menyeringitkan dahinya saat Zahra menelpon dirinya sepagi ini. Tanpa ragu dia langsung mengangkat telepon dari Zahra.

"Assalamualaikum, Za?" Ucap Zahra dari sebrang sana.

"Iya, Bunda? Kenapa?" Tanya Erza.

"Habi," Zahra manggantung kalimatnya menarik Panjang napasnya. "Habi sudah sadar," lanjutnya dengan suara yang bergetar menahan isak karena senang.

Erza membulatkan matanya kaget. Senyum lebar degan sederetan gigi putih bersihnya ditampilkan di wajahnya. Matanya berbinar-binar mendengar kabar ini.

"Serius, Bun? Erza ke sana sekarang!" Kata Erza penuh semangat.

"Kamu sekolah, nanti saja pulang sekolah," larang Nabilah. "Ya udah nanti lagi, ya. Kamu sekolah aja. Wassalamualaikum," kata Zahra mengakhiri teleponnya secara sepihak.

"BUNDA HABIBAH UDAH SADAR,"

Sedetik setelah itu Erza berteriak mengabari Nabilah yang sedang berada di dapur membersihkan piring Kotor bekas sarapan tadi. Nabilah yang mendengar kabar itu sontak kaget dan ikut senang.

"Erza izin bolos, ya?" Tanya Erza mengampiri Nabilah dengan mata yang berbinar-binar.

Nabilah menyilangkan tangannya menatap wajah Erza tajam setelah mendengar Erza meminta izin untuk bolos.

Habibah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang