Hallo! Selamat membaca semoga kalian menyukainya :)
Berikan vote dan komentarnya, ya!
*****
Pagi ini Habibah dijemput oleh Erza tepat jam enam lewat lima belas menit. Sesuai dengan janjinya kemarin sore saat pulang dari taman.
Seusai pulang dari taman Habibah dibuat gelisah semalaman karena masih saja memikirkan perkataan-perkataan yang diucapkan oleh Erza kemarin sore. Baginya itu merupakan hal yang sangat tidak biasa bagi dirinya. Sebelumnya tidak pernah ada pria yang menyatakan cintanya kepada dia. Erza merupakan orang pertama yang melakukan hal tersebut.
Habibah menggelengkan kepalanya cepat. Berusaha untuk melupakan kejadian kemarin sore saat Bersama Erza. Walaupun nyatanya sangat sulit untuk dilupakan dan selalu saja menghantui pikirannya.
Ia duduk termenung di depan meja rias di kamarnya. Menatap wajahnya lekat-lekat pada cermin. Bertanya pada dirinya sendiri mengapa seorang Erza dapat menyukai dirinya. Dia tidak merasa ada yang spesial dari dirinya untuk dapat disukai seseorang. Habibah termenung cukup lama di depan cermin.
"Habi!" Teriak Zahra dari luar kamar memecah lamuman Habibah.
"Iya Bunda?" Kata Habibah.
"Erza sudah menunggu dari tadi di ruang tamu loh. Kamu lagi apa? Kok lama sekali," Kata Zahra terheran-heran.
Habibah menepuk dahinya pelan. Ia mengambil ponsel miliknya dan mengecek jam di layer ponsel tersebut. Jam digital pada ponselnya sudah menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit. Artinya Erza sudah menunggu sekitar lima belas menit.
Habibah menarik panjang napasnya dan membuangnya secara kasar. Akibat terlalu lama merenung depan cermin memikirkan kejadian kemarin ia sampai lupa waktu.
"Iya Bunda sebentar," Ucap Habibah seraya mengambil tas sekolahnya yang berada di atas ranjang di kamarnya.
Setelah itu dengan tergesa-gesa Habibah menuruni anak tangga menuju ruang tamu menghampiri Erza yang sedang asik minum teh dan menyemil biskuit yang telah disediakan oleh Zahra.
Habibah tersenyum lebar melihat Erza. Mata dan senyum lebarnya seolah bicara meminta maaf karena telah membuatnya menunggu lama.
Erza memutarkan kedua bola matanya malas.
"Iya maaf Eza," Ucap Habibah sambal tersenyum lebar.
"Mie ayam pak Karno di kantin baru gue maafin," kata Erza sengaja tidak menatap Habibah membuang pandangannya seolah sedang marah.
"Kok gitu?"
"Iya gak? Ya terserah sih gue mah," kata Erza masih dengan muka yang tertekuk.
"Iya udah iya mie ayam,"
Tepat Habibah menyelesaikan kalimatnya Erza langsung menoleh dan menatap Habibah dengan ekspresi sumringah dan senyuman lebar yang terukir di wajahnya dengan sangat jelas.
"Okey ayo berangkat," kata Erza dengan semangat sambal berdiri dan mengeluarkan kunci motor miliknya.
Setelah itu Erza segera berpamitan dengan Zahra dan Agra yang masih berada di rumah belum berangkat pergi kerja.
"Ayo naik," kata Erza dari balik helmnya yang sudah duduk manis di atas motor.
Dengan sigap Habibah naik tanpa hambatan sedikitpun.
"Tumben gak ada drama naiknya?"
"Iya dong udah jago saya sekarang Eza!" Kata Habibah dengan nada sangat bangga akan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibah
SpiritualMenceritakan seorang gadis remaja bernama Habibah Zafira Syahidiah mengenai kehidupan barunya tentang cara dia menghadapai berbagai masalah yang dia hadapi, serta mengenai minimnya pengalaman masalah kisah percintaan yang akhirnya dia dapat merasaka...