Makasih ya yang udah setia baca sampai part ini 🙏
Kalo suka jangan lupa tinggalin jejaknya ya ☺️
_____Satu yang pertama ia lihat. Sepatu, sepatu seorang pria yang menganggilnya tadi.
"Tenang gue bukan guru. Gue juga anak sekolah sini sama kaya lo," kata lelaki itu.
Habibah hanya membuang napas lega. Perasaannya pun seketika sedikit lebih tenang, dia pun menaikan kepalanya agar dapat melihat wajah lelaki itu. Bukan, salah. Maksudnya agar dia dapat mengetahui siapa lelaki itu.
Loh dia? Kok, batin Habibah ketika melihat wajah lelaki itu.
"Biasa aja kali, gue yang kemaren. Gue Erza," kata pria itu--Erza. "Gue juga telat, sama kaya lo. Tapi gue masih bisa masuk lewat pintu belakang sekolah, mau ikut gue atau lo ketauan terlambat di sini dan yang nantinya pasti bakal dihukum," jelas Erza.
"Ngga--ehh, iya maksudnya iya," kata Habibah yang merasa malu.
"Serius? Ya udah ayo ikut gue," kata Erza yang sudah berjalan meninggalkan Habibah yang masih tertunduk diam.
"Ehh, tunggu!" Teriak Habibah yang langsung lari-lari kecil untuk mengejar Erza.
"Ngajak bareng tapi malah ninggalin saya," kata Habibah berdecak sebal.
"Siapa suruh lama, apa semua perempuan kaya gitu? Kalo ditanya pasti selalu aja kebanyakan mikir? Termasuk lo?" Tanya Erza menaikkan sebelah alisnya.
"Ngga, kata siapa? Saya hanya menimbamg-nimbang. Lagian saya berpikir bukannya bagus? Berarti biar gak salah ambil keputusan dong?" Tanya balik Habibah.
Erza terdiam sejenak sambil masih terus melangkah ke arah belakang sekolah. "Terus kenapa lo mau gue ajak pake cara licik biar bisa masuk ke sekolah? Padahal 'kan lo tau, ini itu ga baik. Terus buat apa berpikir biar ga salah ambil keputusan?" Tanya balik Erza. Ia hanya tersenyum miring atas perkataannya.
"Oh itu, itu karena sa--saya takut, soalnya 'kan saya juga anak baru di sini, masa udah terlambat," jelas Habibah.
"Oh,"
Hening. Hingga mereka sampai di tempat yang mereka tuju. Belakang sekolah.
"Lo duluan naik tangga, abis itu gue. Tenang gue pegangin tangganya," jelas Erza sembari memegang tangga yang sudah tersedia di belakang sekolah.
Seketika Habibah menggelengkan kepalanya cepat. "Eh.. ngga.. ngga, kamu duluan aja. Saya belakangan," kata Habibah menolak.
"Kenapa?" Tanya Erza.
Habibah tertunduk memperhatikan rok sekolahnya.
"Oh. Bilang dong! Tenang gue gak akan ngintip. Gue bakal nutup mata dan gue bakal ngalingin pandangan gue, promise," kata Erza memincingkan jari kelingkingnya.
Sebercak senyumpun tersimpul disudut bibir lelaki itu.
Habibah melihat Erza dengan tatapan ragu, "hm. Janji?" Tanya Habibah sedikit ragu.
"Yeah, I'm promise," kata Erza yang sudah mengembalikan tangannya di samping perutnya yang sedari tadi diabaikan oleh Habibah
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibah
SpiritualMenceritakan seorang gadis remaja bernama Habibah Zafira Syahidiah mengenai kehidupan barunya tentang cara dia menghadapai berbagai masalah yang dia hadapi, serta mengenai minimnya pengalaman masalah kisah percintaan yang akhirnya dia dapat merasaka...