"Abuya?" panggil Habibah memecah keheningan saat makan malam bersama Agra.
"Kenapa sayang?" kata Agra melirik Habibah sekilas.
"Habi.. Habi mau ngomong sebentar sama Abuya," kata Habibah pelan.
Agra terkekeh mendengar ucapan Habibah. "Ya ngomong aja Habi,"
Habibah menarik napasnya panjang dan menaruh sendok dan garpu yang sedari tadi ia pegang.
"Habi," Habibah hanya tertunduk. "Habi mau kok tante Zahra jadi bunda baru Habi," kata Habibah cepat lalu langsung meninggalkan meja makan.
"Habi mau tidur dulu, assalamualaikum," pamitnya yang langsung berlari-lari kecil menuju kamarnya.
Dunia seakan berhenti sejenak, Agra mencerna setiap kata-kata yang keluar dari bibir Habibah.
Di detik selanjutnya terukir senyuman diantara sudut bibir Agra.
"Abuya sayang kamu Habi,"
"Dan Abuya juga mencintai Bundamu sama seperti Abuya mencintai kamu sayang,"
*****
Habibah masih kepikiran dengan perkataan Erza di taman kemarin sore. Rasa bersalah muncul di hatinya. Ia merasa bersalah telah melarang Ayahnya menikah lagi.
Tapi bagaimana pun juga Habibah tetaplah manusia biasa. Ia tidak dapat menerima begitu saja sosok Zahra sebagai bunda barunya. Tapi bagaimana dengan Ayahnya? Apakah ia tega membiarkan Ayahnya menua dan tidak memiliki pasangan saat ia menyambut hari tuanya nanti. Sementara disaat Ayahnya menyambut hari tuanya di sisi lain Habibah juga menyambut masa-masa dewasanya.
"Mungkin memang yang terbaik adalah membiarkan Abuya menikah lagi dengan pilihannya sendiri," ucap Habibah pelan.
Lagi pula setelah dipikirkan matang-matang oleh Habibah, sosok Zahra tidak lah seburuk apa yang ada dipikirannya. Zahra selalu bersikap baik pada Habibah, bukan? Secara tidak sadar Zahra sudah seperti Ibu Habibah itu sendiri.
"Habi? Ayo cepat sayang, takut nanti kamu telat," kata Agra.
Habibah tersadar dari lamunannya saat Agra memanggil dirinya.
"Iya Abuya sebentar," kata Habibah lalu dengan cekatan mengambil tas dan barang-barang lainnya yang akan dibawanya ke sekolah.
"Ayo Abuya," kata Habibah setelah berada di samping Agra.
Agra dan Habibah masuk ke dalam mobil, lalu setelah itu mobil melaju menuju sekolah Habibah dengan keheningan menyelimuti mereka.
*****
Saat sudah sampai di kelasnya, Habibah langsung menuju tempat duduknya. Di sana sudah ada Naura, sedangkan Navia dan Hana masih belum datang.
"Pagi Naura," sapa Habibah.
"Pagi juga Habi!" Balas Naura.
Naura sibuk dengan pr yang sedang ia kerjakan, sementara Habibah sedang sibuk memperhatikan Naura yang sedang mengerjakan prnya itu.
"Naura, makanya kalo ada pr itu ngerjainnya di rumah, bukan di sekolah," kata Habibah menasihati Naura.
"Gue bener-bener lupa, Bah. Lo tau sendiri kan, ini prnya bu Erika. Kalo gue sampe gak ngerjain riwayat gue bisa tamat," jelas Naura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibah
SpiritualMenceritakan seorang gadis remaja bernama Habibah Zafira Syahidiah mengenai kehidupan barunya tentang cara dia menghadapai berbagai masalah yang dia hadapi, serta mengenai minimnya pengalaman masalah kisah percintaan yang akhirnya dia dapat merasaka...