Chapter 35

236 29 20
                                    

Halo apa kabar? Sudah berapa lama menunggu cerita Erza dan Habibah? Maaf karena telah membuat kalian menunggu sangat lama!

Berikan vote dan komentar kalian ya agar kita bias saling berkomunikasi!

Terimakasi ^^

*****

Erza dan Habibah kini sudah berada di taman tempat biasa mereka kunjungi. Habibah terduduk merenung di bawah pohon rindang memejamkann mata menikmati semilir angina sore yang menyapu wajahnya dengan lembut. Sementara Erza justru asik melirik mencuri pandang kepada wanita yang berada di sebelahnya.

"Nona?"

Habibah membuka matanya dan meilirik Erza tajam. "Apasih nona-nona," Habibah mengeluh.

"Tapi suka, 'kan?" Kata Erza seraya tersenyum meledek Habibah.

Habibah menghiraukan itu ia lebih memilihi menatap rerumputan mengalihkan padangannya agar senyum tipis pada wajahnya tidak terlhat oleh Erza.

"Kasih gue jawaban dong?" Tanya Erza dengan nada datar.

Habibah melirik Erza tidak mengerti apa maksud dari perkataanya barusan. Habibah tidak bergumam membiarkan Erza melanjutkan kalimatnya.

"Kenapa lo ngejauh dari gue lagi kemarin-kemarin?" Erza menghembuskan napasnya kasar. "Padahal kita udah buat janji di halte, gak inget?" Erza menatap Habibah lekat.

"Maafin saya Erza," hanya kalimat itu yang dapat keluar dari bibir Habibah. Dia merasa bersalah karena melupakan janji tersebut. Namun, di lain sisi saat itu memang tidak ada pilihan lain lagi setelah insiden dengan Laura yang cukup menyayat hatinya.

"Gue gak suka lo ngejauh kaya gitu," kata Erza sedikit lirih.

"Kenapa?"

"Gue kangen ngobrol kaya gini sama lo, gue cape tengah malem mikirin lo terus. Lo mikirin gue juga gak?" Erza bertanya pada Habibah dengan tatapan penasaran.

Habibah tertegun dengan kalimat yang diucapkan oleh Erza. Ia menelan salivanya kasar. "Lagian kenapa bisa kangen sama saya?" Kata Habibah sambal meraih ranting yang berada di sebelahnya dan memainkannya agar mengurangi rasa gugup.

"Gak tau deh," Erza menaikkan kedua bahunya tidak tahu. "Karena gue suka sama lo kali?" Lanjutnya.

Habibah melotot kaget. Ia menundukkan kepalanya tidak ingin menatap Erza. Dia tidak tahu harus berbuat apa sekarang, ini kali pertamanya untuk dia berada diposisi seperti ini. Habibah masih tidak menyangka bahwa Erza akan mengungkapkan perasaannya disaat seperti ini.

"Kita hanya teman Eza," kata Habibah lirih.

Erza tertawa miris mendengar kalimat itu keluar dari bibir mungil wanita di sebelahnya.

"Gak bisa lebih?"

"Maaf."

Mata Habibah memanas ia ingin menangis namun masih ia tahan untuk tidak menjatuhkan air mata nakal itu untuk tidak keluar membasahi pipinya.

"Selama ini lo gak ada rasa sama gue?"

"Ngga tau Eza."

"Lo anggep gue apa selama ini?

"Teman."

Erza tertawa miris air matanya jatuh mengalir lembut di pipinya. Baru pertama kalinya ia dibuat menangis oleh wanita. Buru-buru Erza menyeka air mata itu dengan tangannya.

Habibah meilirik ia tertegun melihat Erza menangis. Dia tidak menyangka bahwa Erza akan menangis seperti ini, matanya terlihat berkaca-kaca menahan air matanya untuk tidak jatuh lagi.

Habibah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang