Chapter 41

281 22 11
                                    

Selamat membaca semoga kalian menyukainya, ya!

*****

Seperti kata Erza kemarin. Pagi ini Habibah dijemput oleh Erza menggunakan mobil. Tepat pukul enam lewat dua puluh Erza sudah berada di depan rumah Habibah.

Sementara Habibah sudah siap dengan seragamnya sejak pukul enam pagi. Jumat pagi ini Habibah sangat bersemangat sekolah dikarenakan sudah cukup lama dirinya tidak sadarkan diri dan tidak bertemu dengan teman-temannya.

Habibah susah payah berjalan dibantu dengan tongkat yang berada di tangan kanannya. Ia menuju ruang tamu rumahnya dan menemukan Erza sedang menyeruput segelas teh hangat yang disediakan oleh Zahra.

Erza melirik Habibah sambal menyeruput teh tersebut. Bibirnya tersenyum tipis melihat Habibah kembali menggunakan seragam bukan menggunakan pakaian rumah sakit lagi.

"Pagi Eza,"

"Pagi, Nona!" Ucap Erza lembut. "Sudah mau berangkat?" Tanyanya.

Habibah mengangguk bersemangat.

"Bunda! Abuya! Kita berangkat sekolah dulu, ya!" Teriak Habibah pada kedua orangtuanya yang berada di kamar.

"Iya! Hati-hati!" Teriak Zahra terdengar samar-samar.

Setelah itu mereka keluar rumah menuju mobil yang dibawa Erza yang telah terparkir rapi tepat di depan pagar rumah Habibah.

"Sini gue bantuin," ucap Erza sambal membukakan pintu untuk Habibah dan membantunya masuk.

Habibah hanya tersenyum tipis dan menerima bantuan dari Erza. Habibah tidak dapat menolak bantuan dari Erza karena dia merasa dia memerlukan bantuan untuk memasukki mobil tersebut.

Setelah itu Erza masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin mobilnya. Seauara deru mobil mengisi ruang hening di antara mereka berdua. Erza menoleh memandang Habibah dan tersenyum tipis.

Habibah merasa rishi dan malu dipandang seperti itu. "Kenapa Eza? Ayo jalan," titah Habibah.

"Iya sebentar manasin dulu," ucap Erza.

Erza merogoh kursi belakang dengan tangannya dan mengambil satu kotak tempat makan. Ia menyodorkan bekal makan tersebut ke depan Habibah. Sementara itu Habibah memandang menyeringai bekal makanan tersebut.

"Buat saya Eza?" Tanya Habibah.

"Iya dong. Itu dari Bunda, dia masakin itu buat lo pagi-pagi. Anaknya mah kaga dimasakin," ucap Erza medengus kesal. "Dimakan, ya! Sayang banget Bunda sama lo. Ya gak Bunda doang sih, gue juga," lanjutnya menyeringai.

Habibah sedikit tersipu malu. Namun ia mengihraukan godaan Erza dan fokus membahas bekal pemberian dari Nabila.

"Bilang makasih ya sama, Bunda! Pasti enak. Kebetulan saya belum sarapan, pasti nanti saya makan," kata Habibah bersemangat

Erza hanya bergumam dan menjalankan mobilnya perlahan meninggalkan perkarangan rumah Habibah.

"Iya Eza juga. Makasih ya, Eza!" Ucap Habibah tersenyum girang.

*****

Sesampainya di sekolah Erza membantu Habibah turun dari mobilnya. Karena masih cukup pagi jadi belum banyak siswa yang berada di sekolah. Keduanya di parkiran sekolah cukup menjadi pusat perhatian bagi para siswa yang berada di sekitar sana.

"Udah saya jalan sendiri aja ke kelas," ucap Habibah saat menutup pintu mobil Erza. "Eza sekali lagi terimakasih, ya!" lanjutnya tersenyum.

"Gak," kata Erza tegas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Habibah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang