Chapter 28

670 48 8
                                    

Habibah baru saja menyelesaikan makan malam bersama dengan Zahra dan Agra. Setelah selesai dengan makanannya Habibah langsung menuju kamarnya tanpa sepatah katapun.

Habibah terduduk melamun di tepi ranjangnya. Ia menarik panjang napasnya dan menghembuskannya secara perlahan.

Habibah membanting tubuhnya ke kasur. Menatap lekat langit-langit kamarnya. Ia masih memikirkan perkataan Laura siang tadi.

"Apa aku salah?" Tanya Habibah pada dirinya sendiri.

Sejak sepulang sekolah tadi Habibah menjadi lebih murung dari biasanya. Seperti tidak ada semangat untuk beraktivitas.

Ting!

Habibah menoleh pada ponselnya yang berada di meja rias. Ponselnya berbunyi menandakan ada sebuah pesan masuk.

Habibah buru-buru bangun dan mengambil ponselnya. Ia membuang napas kasar saat melihat ternyata Erza yang mengirimkan pesan untuknya.

From : Eza
Benar tidak ingin pangeran jemput, nona?

Habibah memutarkan bola matanya malas. Ia menaruh ponselnya kembali. Tidak ada niatan sedikit pun untuk membalas pesan dari Erza.

Habibah kembali berjalan dan duduk di tepi ranjangnya. Ia masih termenung, isi kepalanya saat ini sangat berkecamuk oleh Erza dan Laura.

Tidak lama suara pintu kamar Habibah terbuka. Ia menoleh dan mendapatkan Zahra sedang berjalan menghampirinya.

"Kenapa, Bun?" Tanya Habibah.

Zahra mengangkat kedua bahunya tidak tahu. Lalu ia duduk di sebelah Habibah dan mengusap punggungnya.

"Ada juga kamu yang kenapa?" Tanya Zahra memandang lekat wajah Habibah. "Dari tadi keliatannya murung aja, jadi keliatan jelek," lanjutnya.

Habibah menggelengkan kepalanya cepat. "Aku gak kenapa-kenapa Bunda," kata Habibah.

"Ada masalah sama Erza?" Tanya Zahra menatap tajam mata Habibah.

Habibah membuang pandangannya. Ia menatap lantai kamarnya.

"Eza? Aku cuma minta gak dijemput sama dia lagi," kata Habibah pelan.

"Kenapa? Bukannya seneng dijemput sama Eza?" Ucap Zahra sambil tersenyum simpul.

"Biasa aja," jawab Habibah cepat.

"Mencintai seseorang sewajarnya saja, sisakan ruang kecewa untuknya," ucap Zahra sambil mengelus pucuk kepala Habibah.

"Habi mau menjauh dari Eza," kata Habibah dengan tatapan sendu melihat ke arah lantai.

"Kalau Eza tetep ngejar?" Tanya Zahra menyeringai.

"Aku ngumpet," kata Habibah sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.

"Kalau Eza nyariin, gimana?" Tanya Zahra terkekeh diujung kalimat.

"Gak boleh sampe ketahuan pokoknya!" Ucap Habibah sambil menggelengkan kepalanya cepat.

Zahra menggenggam dam melepas pelan kedua tangan yang menutup wajah Habibah. Terlihat ada sedikit merah merona di sana.

"Udah kamu istirahat sekarang," kata Zahra yang masih menggenggam tangan Habibah. "Lakuin apa yang menurut kamu benar dan nyaman," lanjutnya.

Setelah itu Zahra berdiri mengelus dan mencium pucuk kepala Habibah.

"Selamat malam, cantik,"

*****

Habibah sudah rapih dengan seragamnya. Sementara Bara masih sibuk membenarkan pakaiannya. Habibah menunggunya di ruang tamu.

Habibah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang