Chapter 17

2.1K 142 9
                                    

"Habibah?" Panggil Nabilah.

Habibah hanya menatap Nabilah seolah bertanya 'apa'.

"Pulang sama siapa? Sekarang udah sore loh," tanya Nabilah menyamai langkahnya dengan Habibah.

"Hm. Naik umum Bil. Ya udah kamu udah dijemput tuh, sana gih," kata Habibah seraya tersenyum ke arah supir Nabilah.

"Bareng aja, mau gak?" Ajak Nabilah.

"Ngga deh Bil, udah sana kamu duluan. Aku masih bisa naik umum kok," kata Habibah menolak.

"Hm, ya udah. Aku duluan ya Bah, assalamualaikum," pamit Nabilah.

"Waalaikumsallam," kata Habibah sebari melambaikan tangannya pelan.

Habibah pun terus menatap mobil Nabilah sampai mobil tersebut hilang dari pandangan matanya.

Habibah berjalan menuju halte depan sekolahnya tersebut. Sesampainya ia langsung menaiki angkutan umum yang ada di depan. Syukur karna tidak harus menunggu lama lagi.

Dengan langkah pasti, ia pun menaiki angkutan umum tersebut.

Bismillah, batin Habibah.

"Ehm," deheman suara pria yang amat sangat Habibah kenal terdengar di telinganya.

Loh? Segininya kah aku memikirkannya? Tidak, tidak mungkin. Itu hanya halusinasiku saja.

"Geseran dikit dong mba, sempit nih," ujar salah seorang penunmpang di sebelah Habibah.

"Eh? Iya," kata Habibah sembari menggerser sedikit tempat duduknya.

Deg!

Seketika Habibah kaget saat melihat siapa yang merada di sebelahnya saat ini.

Habibah pun memandang Erza dengan tatapan seperti bertanya 'ngapain kamu disini?'

Erza yang paham dengan tatapannya pun langsung menjawabnya. "Mobil gue dipake temen-temen gue. Jadi ya begini deh," kata Erza. "Kiri bangg!" Seru Erza tak lama dari itu.

Lalu Erza segera turun dari angkutan unum tersebut saat sudah sedikit menepi kejalan. Habibah pun menyeringitkan dahinya tak paham dengan tingkah manusia tadi.

"Kiri bang!" Seru Habibah saat angkutan umum yang ditaikinya jalan tak jauh dari saat Erza berhenti tadi.

Dengan cepat Habibah merogoh selembar kertas 5 ribuan dan memberinya ke supir angkutan umum yang ia naiki.

Setelah itu Habibah berlari bermaksud mensejajarkan langkahnya dengan Erza. Dengan napas yang masih tidak teratur.

Erza yang berada di sebelahnya pun memandang Habibah aneh. "Ngapain turun? Rumah lo kan masih sedikit jauh," kata Erza menghentikan langkahnya.

"Ngga. Saya mau ngomong sama kamu Eza, ke sana yuk!" Seru Habibah memandang kursi tepat di bawah pohon rindang di tepi jalan.

Dengan cepat Habibah sudah duduk di kursi tersebut. Sementara Erza masih ditempat yang sama, ia hanya memandang Habibah dengan tatapan aneh. Kenapa coba dia?

Habibah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang