Chapter 34

629 60 13
                                    

Maaf karena sudah membuat kalian menunggu lama.

Selamat membaca!

*****

Habibah mengerjapkan matanya pelan. Ia menoleh ke arah jam dinding, matanya melotot kaget. Ia langsung loncat dari kasurnya dan bergegas langsung ke kamar mandi. Jam sudah menunjukkan pukul 6 lewat 15 menit. Ia telat bangun untuk pergi ke sekolah.

"Habi?" Panggil Agra saat memasukki kamar Habibah.

Habibah hanya bergumam di dalam kamar mandi sebagai jawaban.

"Abuya telat nih ada keperluan mendadak, kamu berangkat sendiri dulu, ya?" Kata Agra.

"Assalamualaikum."

Habibah melotot kaget, ini sudah cukup siang. Ia masih baru mandi dan ternyata harus berangkat sendiri ke sekolah. Habibah menepuk pelan dahinya, ia pasti akan terlambat untuk hari ini.

Setelah selesai mandi dengan secepat kilat. Habibah langsung bersiap untuk sholat subuh yang sudah benar-benar terlambat ini. Ia sedikit cemas karena sudah sangat siang. Ia buru-buru mengambil ponselnya terlebih dahulu sebelum sholat.

Ia menimbang-nimbang harus bagaimana agar tidak terlambat ke sekolah.

Eza

Nama itu terlintas di kepalanya. Ia menggeleng cepat, ia tidak ingin menghubungi Erza kembali. Namun, pada akhirnya ia tetap menghubungi Erza setelah menimbang keputusan itu beberapa kali.

To : Eza
Eza hari ini berangkat bareng saya, mau?

Setelah mengirim pesan itu Habibah langsung melempar ponselnya ke kasur dan buru-buru sholat dan bersiap untuk berangkat ke sekolah.

Setelah siap, ia memakai sepatunya di kasur dengan susah payah sambil mengecek ponselnya. Jam di ponselnya menunjukkan pukul 6 lewat 50 menit. Ia mendenguskan napasnya kasar. Selain itu, di layar ponselnya juga menunjukkan ada sebuah pesan masuk dari Erza.

From : Eza
With my pleasure, nona!

Habibah tersenyum lega saat mendapati pesan tersebut. Setidaknya kalau terlambat pun, ia bersama Erza, tidak sendiri.

Saat Habibah menuruni anak tangga, ia melihat Erza sedang duduk di ruang tamu dengan secangkir teh hangat yang sedang ia minum.

"Eza ayo cepat! Nanti terlambat!" Kata Habibah langsung keluar begitu saja.

Dengan cepat Erza langsung menaruh cangkir itu dan meraih tasnya menyusul Habibah yang sudah ada di depan.

"Bunda, Eza jalan assalamualaikum," pamit Erza sedikit teriak pada Zahra yang sedang berada di dapur.

Erza langsung menaiki motornya, dan memakai helm. Habibah yang berada di sampingnya menghembuskan napas perlahan, karena ia masih cukup sulit untuk menaiki motor Erza ini.

"Ayo! Mau telat?" Tanya Erza.

Akhirnya Habibah naik ke motor Erza dengan bersusah payah. Ia menghembuskan napasnya lega karena berhasil menaiki motor itu.

"Eza! Ayo jalan!"

"Iya nona!"

Setelah itu Erza dan Habibah beranjak meninggalkan rumahnya menuju ke sekolah bersama.

Habibah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang