Laura menyeret paksa Habibah menuju gudang sekolah. Tempat itu sepi, terlebih saat-saat jam pulang sekolah seperti ini.
Habibah dipaksa duduk yang sudah tersedia rapih di tengah ruangan gudang tersebut.
Habibah melotot kaget saat melihat kedua teman Laura datang dari arah belakang Laura. Tubuhnya tak bisa bergerak. Kedua teman Laura itu dengan sigap membantu Laura untuk mengikat Habibah.
"MAKSUD KAMU APA LAURA?" Teriak Habibah yang masih berusaha untuk melepaskan diri.
"LO DIEM AJA YA ANJING!" Laura tak kalah teriak sambil memegang kedua pipi Habibah dengan kencang.
Habibah menunduk memejamkan matanya erat. Jujur ia takut saat itu untuk sekedar melihat ekspresi penuh kebencian dari Laura.
Laura menjauh satu langkah ke belakang. Ia melirik Habibah dengan tatapan penuh amarah.
"Sini liat gue," ucap Laura datar. "Gue bilang liat gue, bangsat!"
Habibah secara perlahan membuka matanya dan mengarahkan pandangannya ke Laura.
"Aku salah apa?" Tanya Habibah lirih.
Laura tersenyum simpul. "Munafik dasar ya lo," kata Laura.
"Munafik?" Kata Habibah melotot kaget.
"IYA LO ITU MUNAFIK HABIBAH, SADAR DIRI DONG LO JADI ORANG!" Teriak Laura penuh emosi.
Laura mendekatkan dirinya ke hadapan Habibah. Ia mencengkram kuat kerah kemeja sekolah Habibah di balik kerudungnya.
Laura memberikan tamparan cukup keras di pipi Habibah setelah itu. Ia masih mencengkram kuat kerah Habibah. Jarak antara kedua muka mereka hanya menyisakan satu jengkal.
"Sekali lagi gue kasih tau," ucap Laura datar. "Lo itu munafik, anjing!"
Laura mendorong Habibah cukup keras. Ia berjalan beberapa langkah ke belakang. Laura menarik panjang napasnya dan membuangnya secara kasar.
Habibah merasa sedikit nyeri di pipi sebelah kirinya. Terlihat cukup jelas ada sebuah merah lebam akibat tamparan itu di sana.
Habibah mencoba untuk menahan isak tangisnya. Mencoba untuk terlihat tegar di hadapan Laura.
"Kemaren lo abis gue peringatin buat gak deketin Erza lagi," kata Laura tersenyum iblis. "Tapi apa? Lo gak nurut, gue malah ngeliat lo pulang bareng sama Erza," lanjutnya terselip tawa renyah disetiap ucapannya.
"Gak malu sama kerudung lo?" Tanya Laura memandang wajah Habibah lekat. "Gak malu, sayang?" Lanjutnya terkekeh.
Hati Habibah seperti tertusuk oleh setiap perkataan dari Laura. Serasa tersayat secara perlahan.
Laura mengambil spidol yang berada di sakunya. Ia berjalan mendekat ke arah Habibah. Begitu pula kedua temannya, mereka melakukan hal yang sama dengan Laura.
"Diem aja sebentar ya, sayang," ucap Laura tersenyum iblis ke arah Habibah.
Habibah melotot kaget. Ia semakin berusaha untuk melepaskan ikatan tali yang berada di tangannya. Namun hasilnya tetap nihil.
"Gue bukan psikopat kok, lo bisa bersyukur atas hal tersebut," Laura tersenyum miring.
Laura bersama kedua temannya dengan asik mencoret-coret seragam dan kerudung yang Habibah kenakan.
Mereka mencoret seperti benang kusut dan beberapa kata seperti 'Anjing', 'Habibah Munafik', 'Wanita Munafik', 'Gak malu sama kerudung?' dan beberapa kata kalimat lainnya yang cukup menyayat hati Habibah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibah
ДуховныеMenceritakan seorang gadis remaja bernama Habibah Zafira Syahidiah mengenai kehidupan barunya tentang cara dia menghadapai berbagai masalah yang dia hadapi, serta mengenai minimnya pengalaman masalah kisah percintaan yang akhirnya dia dapat merasaka...