Chapter 18

1.9K 136 9
                                    

"Assalamualaikum Abuya pulang," salam Agra saat memasuki rumahnya.

"Eh lagi akur ya kalian," ucap Agra saat melihat Zahra dengan Habibah di ruang keluarga.

"Eh mas? Kok gak salam dulu?" Tanya Zahra. "Iya nih mas, ini Habinya lagi tidur," lanjut Zahra.

"Tadi tuh mas sudah salam, tapi kayaknya kamunya aja keasikkan nonton makanya gak kedengeran salam dari mas," jelas Agra sembari duduk tak jauh dari Zahra.

"Oh ya udah maaf ya mas," kata Zahra. "Gak dipindahin nih mas Habinya? Kasian nanti badannya sakit-sakit kalo tidur disini," jelas Zahra sembari mengelus puncak kepala Habi.

"Iya-iya, sini," kata Agra sembari mencoba menggendong Habi menuju kamarnya.

Zahra beralih menuju dapur menyiapkan makanan. Tak berselang lama, Agra pun sudah duduk di meja makan memperhatikan gerak-gerik Zahra sedari tadi.

"Mas ngapain sih ngeliatinnya gitu banget, inget belum halal," jelas Zahra. "Kok mas sudah pulang? Mau makan? Zahra siapkan, ya?" Tanya Zahra.

"Toh ya kamu kalo nanya tuh satu persatu, biar mas enak jawabnya," jelas Agra sembari mengambil cemilan.

"Hehe, maaf mas. Maklumi lah, Zahra kan perempuan, pasti semua perempuan juga seperti itu," kata Zahra sembari menyodorkan satu piring nasi dengan lauk ke Agra.

"Iya tadi mas izin ke kantor untuk pulang lebih cepet," jelas Agra sembari memakan makanannya. "Enak masakkan kamu," pujinya.

"Ohh. Alhamdulillah deh kalo enak mas," kata Zahra. "Anakmu itu kayaknya lagi jatuh cinta deh mas," lanjut Zahra.

"Eh? Jatuh cinta? Sama siapa?" Tanya Agra.

"Mana aku tahu mas. Gapapa lah mas, wajar lah kalo dia sedang jatuh cinta, kayak gak pernah muda kamu ini. Buktinya kamu juga sedang jatuh cinta lagi sama aku, ya kan?" Jelas Zahra.

"Iya gak begitu maksud mas, ya sudah nanti mas langsung tanya anaknya aja deh," kata Agra. "Siapa bilang mas jatuh cinta sama kamu?" Tanya Agra.

"Oh gitu ya? Ya sudah kalo gitu," kata Zahra sembari berdiri.

"Eh? Kok ngambek sih, iya-iya mas jatuh cinta sama kamu," kata Agra.

Zahra tetap berdiri membelakangi Agra, namun pipinya merah merona, jelas ia tak mau melihat kearah Agra.

"Aku mau pulang dulu, cepet mas makannya, aku tunggu di depan," ucap Zahra sambil berlalu meninggalkan Agra.

"Dasar perempuan," gumam Agra sembari menggelengkan kepalanya pelan.

*****

"Bun?" Panggil Erza saat memasuki rumahnya.

"Iya Ja? Sini, Bunda ada di dapur," jawab Nabilah.

Erza tak menjawabnya tetapi ia terus melangkah menuju dapur.

Dilihatnya Nabilah sedang berkutit membuat kue. Sedangkan Erza hanya memandangnya dari kursi meja makan.

"Kenapa Ja?" Tanya Nabilah.

"Ngga Bun, Nisa mana Bun?" Tanya Erza.

"Tadi sih udah pulang, tapi katanya ada kerja kelompok lagi di rumah temennya Ja," jawab Erza.

"Oh,"

Tak lama Erza mengambil ponselnya di saku celananya. Dan mengirim pesan kepada seseorang.

Habibah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang