3

5.2K 233 0
                                    

5 Januari 2016
06.00 am.

Diandra membuka kedua matanya. Dengan malas, Diandra menurunkan kedua kaki nya dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Tangannya meraih handuk biru langit yang bertengger di kursi. Seketika tubuhnya ambruk ke lantai. Diandra kembali tidur di lantai.

"Cepetan mandi, Dra!!! Kalo jam setengah tujuh lo belom rapi gua tinggal! Gua tau lo pasti sekarang lagi tidur di lantai!!" Gerald berteriak dari luar kamar Diandra.

"Bacot ah!!!" Diandra segera bangkit dan mandi. Kemudian dia bersiap-siap dengan menggunakan seragam sekolah hari seninnya dengan dilengkapi rompi biru bergaris-garis hitam. Diandra mengambil tas sekolahnya dan hp nya yang tergeletak di atas meja.

"Sabar dong ah! Jadi kakak tuh yang baik dong! Nungguin adeknya dengan penuh kesabaran! Elah!" Ini nih, yang Diandra paling ga suka dari Gerald. Enggak sabaran.

"Makanya jadi orang jangan lama, gece woy gece. Sarapan sono gercep!"

"Bacot lo anj..."

"HEEH KALIAN BERDUAA DUH MAMA PUSING DENGERINNYA CEPETAN SINI KEBAWAH MAMA UDAH BUATIN SARAPAN!!" Vera berteriak dari ruang makan. Diandra yang masih kesal terhadap Gerald berlari kecil menuruni anak tangga. Gerald hanya cengengesan sambil mengekor Diandra turun ke meja makan.

"Tau ga, Dra? Gua kangen banget liat kita berantem-berantem kecil gini." Ujar Gerald sambil mengunyah roti dengan selai stroberi di dalam nya.

"Iya ya? Terakhir ketemu waktu itu kapan sih, bang?"

"Dua minggu yang lalu kali ya? Enggak tau, abang lupa." Gerald berjalan menuju sepatunya yang berada di luar rumah. Setelah menghabiskan sarapannya, Diandra memakai sepatu nya dan berjalan mengikuti abangnya.

"Eh, Dra tas lu penuh amat sama pin-pin ga jelas gitu dah," Gerald menunjuk pin-pin yang menempel di tas sekolah Diandra. Ada yang berbentuk bibir, bertuliskan 'inside i'm crying' , 'boys lie', 'rock', dan masih banyak lagi. Diandra hanya mengangkat bahunya tidak peduli.

"Bodo, keren. Apalagi yang ini," Diandra menunjuk pin berbentuk tengkorak dengan aksen api yang ia kaitkan di bagian atas tas sekolahnya. Gerald hanya menggeleng-gelengkan kepala nya sambil tersenyum simpul. Kedua kakak-beradik itu berpamitan kepada Vera dan melaju ke arah sekolah mereka, SMA KUSUMA BANGSA.

"Jangan kaget ya nanti, kalo pada nanyain 'hah demi apa lo adeknya Gerald?'."

Diandra memberikan tatapan jijiknya ke arah Gerald.

"Emang bakal ada yang nanya?"

"Yaiyalah, lo kan adek kandung dari Geraldo Alfajar." Gerald melambaikan tangannya ke arah Diandra.

"Yaudah gampang,"

"Gampang apa nya?"

"Ya gampang, tinggal gue jawab, 'oh enggak, bukan abang gue itu, malu ngakuin si sebenernya gue.' " Diandra tersenyum jail ke arah abangnya.

"Lo malu punya abang kayak gue? Yang hot yang ganteng yang manis yang unyu yang keren kayak gua gini, lo malu?"

"Unfortunately, yes my dear sweet abang."

"Enggak nyangka gua sama lo, dik." Gerald memegangi dada nya seolah-olah orang yang sedang sesak nafas. Cowok itu melakukan isak tangis pura-pura. Diandra hanya tertawa melihat kelakuan abang nya.

Mereka berdua sampai di lapangan parkir sekolah. Diandra turun dari mobil bersamaan dengan Gerald. Gerald dapat melihat sekumpulan teman-temannya yang sedang berkumpul di podium dekat lapangan. Mata teman-temannya tertuju pada perempuan dengan rambut lurus yang sedang berjalan menuju koridor kelas sebelas.

"Eh boy sapa tu.."

"Eh sob lu kaga bilang kalo udah punya cewe yak.."

"Eh lu semua kaga ada yang boleh deket-deket sama itu cewek. Gua nih ya, abang nya dia."

"OALAAH ITU DIANDRAAA!!" Mendengar namanya diteriaki, Diandra sontak menoleh.

"Hai Diandra.." Teman-teman Gerald menyapa Diandra. Diandra hanya tersenyum setengah hati sambil melanjutkan langkah nya menuju kelas yang telah diberitahu oleh Gerald. Langkah Diandra lebar, jalannya tidak seperti cewek pada umumnnya, namun lebih seperti anak laki-laki.

Diandra berdiri di ambang pintu dan mencari wajah Karen. Diandra tidak melihat wajah perempuan itu, tapi dia dapat melihat tas Karen di bangku paling belakang. Diandra berjalan menuju bangku itu dan menaruh tas nya.

Karen berjalan memasuki kelas dan duduk di sebelah Diandra.

"Habis darimana lu?" Tanya Diandra yang tetap terfokus pada hp nya.

"Dari depan situ. Lo nanti gue kenalin sama temen-temen gue yak."

"Ngapain. Males."

"Ayuk dong, et deh."

"Ga mau boyy.."

"Bay boy bay boy, emangnya gue cowok. Bego. Geli gue denger kata boy."

Diandra tidak mempedulikan celotehan Karen.

"Oh my god, Dra!" Karen berbisik ke telinga Diandra. Diandra seketika langsung melirik cowok yang dibisikkan oleh Karen.

"Ganteng darimana? Biasa." Mata Diandra masih belum lepas dari sosok laki-laki yang memakai jaket biru dan duduk di bangku nya yang berseberangan dengan bangku dia dan Karen. Karen memanyunkan bibirnya kesal.

"Terus yang ganteng yang kayak gimana?"

"My baby Andrew Garfield."

"Itu ganteng tau." Karen masih setengah berbisik sambil sesekali melirik cowok yang berada di seberangnya.

"Eh woi,"

Cowok itu melirik ke arah Diandra.

"Lu dibilang ganteng sama temen gua." Diandra menunjuk ke arah Karen yang kini berwajah merah semerah kepiting rebus. Cowok itu hanya tersenyum menahan tawanya.

"Eh, nanti sorry banget ya kalo istirahat gue ninggalin elo."

"Lah lo mau cabut, Ren?"

"Enggak, biasanya kalo istirahat gue makan bareng Bastian, hehe." Karen hanya nyengir jail ke arah Diandra yang kini menatap dia dengan jengkel.

Hari ini adalah hari pertama Diandra masuk ke sekolah Kusuma Bangsa. Ada hal yang tidak dapat ia ganggu gugat supaya ia tidak jadi pindah ke Jakarta. Beruntung Diandra mempunyai teman di Jakarta yaitu Karen, yang membantu dia untuk menyiapkan semuanya. Mencarikan Diandra sekolah, merapihkan barang-barang Diandra untuk dibawa pindah, dan lain-lain. Karen merupakan murid lama di Kusuma Bangsa. Selama liburan semester dia menemani Diandra di Bandung. Orang tuanya sering sekali ke luar kota atau negeri, jadi Karen sangat bebas untuk keluar rumah kapan pun dia mau. Bahkan karena dia terlalu bosan berada di rumah ia menyewa apartment yang tidak terlalu jauh dari sekolah mereka berdua.

Diandra menulis catatan pelajaran biologi yang ada di papan tulis. Tangannya dengan cepat menggunakan stabilo dan puplen warna-warni untuk menghiasi catatannya. Tanpa sadar, laki-laki yang berada di seberangnya sedang memperhatikan dirinya yang sibuk menulis catatan.

aldiandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang