niko's party
late at night.
"Mana sih Diandra?" Aldi yang daritadi memutari rumah besar milik remaja laki-laki yang kini sedang berada di dalam rumah nya sendiri. Dugem paling. Aldi terus berusaha mencari-cari Diandra, dari awal party dimulai hingga sekarang sudah hampir jam dua belas malam.
Jangan-jangan Diandra sama Karen enggak disini, jangan-jangan ...
Aldi membatin di dalam hatinya. Berusaha mengira-ngira dimana keberadaan Diandra dan sahabatnya itu. Tiba-tiba suara musik dari dalam rumah menyala dengan kerasnya. Suara lagu boom clap. Aldi mendengar lagu itu dan terekam di kepala nya badan Diandra yang menari lincah kemarin malam dengan menggunakan lagu ini juga.
"Gila..Jangan-jangan.."
Aldi berlari masuk ke dalam rumah Niko dan ya, dugaannya benar. Terlihat perempuan itu menari dengan luwes nya dengan lagu itu.
"Gila...Di.." Aldi termenung melihat Diandra. Terlihat juga Karen yang sedang meneriaki nama sahabat nya itu dengan semangat nya. Karen menengok ke arah pintu masuk dan mata nya menangkap sesosok remaja laki-laki yang tak lain adalah Aldi.
"Thee..?!? Ngapain anjir dia kesini?" Karen hampir jantungan melihat Aldi.
FIX SIH!!! INI BOCAH DEMEN PARAH SAMA SAHABAT GUE!! TAPI SEJAK KAPAN ALDI SEPEDULI INI SAMA CEWEK SIH
Karen berteriak di dalam hati nya. Diandra yang telah menyelesaikan pertunjukkan dance nya itu berjalan sambil tersenyum bangga ke arah Karen. Fyi, Diandra tidak menari sendiri tapi dia diikuti oleh tiga orang temannya yang juga merupakan anak dance.
"Lo keren banget sumpaahh!!!" Karen memeluk sahabatnya itu. Diandra membalas pelukan Karen. Diandra mengelap keringatnya dengan tisu.
"Lo enggak akan percaya siapa yang dateng ke sini." Karen menarik tangan Diandra. Diandra yang sedang meneguk segelas air putih dingin hampir terselak ketika tangannya ditarik begitu saja dengan Karen. Karena dia lelah, akhirnya ia menuruti saja kata-kata Karen.
Karen menunjuk ke arah sosok Aldi yang sedang melirik kanan kiri, mata nya sedang mencari seseorang. Sudah jelas pasti dia sedang mencari mereka berdua, Karen dan Diandra.
Diandra membuka mulutnya lebar. "YaAllah ngapain itu anak kesini?" "Gue juga enggak tau," Karen dan Diandra masih mengintip ke arah Aldi berdiri. Sadar dirinya sedang diperhatikan Aldi menangkap bahas dua orang perempuan itu yang dengan panik langsung membalikkan badan mereka, berpura-pura tidak kenal dengannya. Aldi tersenyum-senyum pengen ketawa ngakak melihat mereka berdua.
"Ehm..." Aldi berdeham sambil mendekati Diandra dan Karen. Tanpa aba-aba Diandra langsung menyemprot Aldi.
"Lo ngapain sih disini?! Ooh jangan-jangan lo ngintilin gue ya?!?! Lo mau nyantet gue ya?!?!?!" Diandra menyipitkan mata nya tajam. Tawa dan senyum di wajah Aldi pudar seketika. Aldi mengerutkan keningnya ingin marah, tapi tidak bisa.
"Lu dengerin ya, gua kesini karena abang lo yang nyuruh gua buat jagain lo dan bawa lo pulang!" Aldi berteriak kencang ke arah wajah Diandra. Sebenarnya Aldi tidak ingin berteriak sekencang itu ke arah Diandra, tetapi karena dia lelah dan sebal disemprot Diandra terus-menerus alhasil dia berteriak seperti itu. Beruntung rumah ini sedang ramai-ramai nya, jadi tidak ada seorang pun yang tahu mereka sedang bertengkar. Hanya Karen saja yang tahu dan perempuan itu hanya membisu melihat mereka berdua.
"Dra, abang lo udah nyariin, mending lo pulang.." Karen menggandeng tangan Diandra yang masih memperhatikan wajah marah Aldi.
"Lo jalan duluan aja, Di. Nanti kita ngikut di belakang." Karen menyuruh Aldi untuk berjalan memimpin mereka menuju mobilnya, sedangkan Karen dan Diandra mengekor di belakang nya. Karen sedikit mendorong tubuh tegap Aldi agar cepat sampai ke mobil.
"Terus entar lo gimana nyetir nya?" Diandra bertanya dengan nada khawatir kepada Karen.
"Gue enggak bakal minum, lagian kalo enggak ada lo di party kapan sih gue kecelakaan karena minum? Gue enggak pernah minum," Karen tersenyum meyakinkan Diandra. Diandra hanya membalas senyum Karen
"Yaudah, ati-ati ya. Di, jagain sahabat gue nih." Pesan Karen terhadap Aldi yang hanya mengangguk.
Selama perjalanan dari rumah Niko ke rumah Diandra, mereka berdua hanya membisu di dalam mobil. Entah apa yang mereka berdua pikirkan. Kedua nya masih memendam rasa kesal terhadap satu sama lain.
Diandra menoleh ke arah Aldi, dan tanpa disengaja Aldi juga menoleh ke arah Diandra. Kedua nya menoleh ke arah satu sama lain saat waktu yang bersamaan. Tatapannya masih dengan tatapan yang sama, tatapan benci dan kesal. Diandra membuang muka nya dan menatap ke arah jendela lagi. Sesekali dia mengecek hp nya dan berusaha tidak menganggap Aldi ada di dalam mobil.
Mata Aldi hanya terkunci ke arah jalanan sepi di malam hari. Jam setengah satu malam.
"Dra, gua mau minta maaf tadi udah teriak sekenceng itu di depan muka lo. Jujur aja, gua juga enggak mau teriak kayak gitu, tapi mungkin, kayaknya, gua lagi capek aja. Tolong ya jangan natep gua sinis gitu, sumpah gua..." Aldi menoleh ke arah Diandra yang kini telah terlelap di kursi depan mobil nya.
"Ahelah diajak ngobrol baik-baik malah tidur, kampret." Aldi mengerucutkan bibir nya. Kemudian, laki-laki itu menepi sebentar. Tangannya meraih kursi bagian belakang mobil nya, mengambil jaket hitam untuk menyelimuti tubuh Diandra. Aldi tersenyum melihat Diandra yang tertidur pulas di mobilnya.
"Dra, Dra, sebenernya gua seneng banget bisa dipercaya abang lu buat ngejagain lu. Walaupun dia pernah marahin gua karena gua punya rasa sama lu," Aldi membelokkan setirnya, memasuki komplek perumahan Diandra.
"Emang gua bukan cowok yang pantes buat cewek seunik lo, Dra. Kapan lagi ada cewek yang selalu marahin gua? Padahal biasa nya, cewek-cewek yang gua deketin, yang gua care-in, malah seneng. Lah elo? Nyemprot gua terus ampe gua mampus, Dra." Aldi menggeleng-geleng kan kepala nya mengingat kembali saat-saat dimana Diandra menyemprot, mengomeli, dan memarahi dirinya.
Aldi memberhentikan mobilnya tepat di depan rumah Diandra. Laki-laki itu membuka pintu mobilnya dan meneka bel rumah Diandra. Aldi meneriaki nama Gerald. Tidak ada yang menjawab.
"Yah..terus gimana?" Aldi bertanya kepada diri nya sendiri. Aldi mencoba membuka pintu rumah dan ternyata tidak terkunci. Aldi memikirkan cara bagaimana ia bisa membawa Diandra masuk ke dalam rumah. Dilihatnya, Diandra tertidur dengan sangat tenang seperti tidak ingin diganggu. Aldi tidak berpikir panjang dan tidak berpikir ke depannya nanti apa yang akan dikatakan Diandra jika Aldi melakukan cara gila ini. Tangan Aldi mengangkat tubuh Diandra. Dengan hati-hati, Aldi memegang kepala Diandra agar tidak terjatuh. Aldi menutup pintu mobilnya dengan kaki sebelah kanan nya.
Aldi menggendong Diandra masuk ke dalam rumah.
and it looks just like she is sleeping so peacefully after a long and hard day. and she look so sweet, as if she is dreaming, i only wish she sees me in her dream.
KAMU SEDANG MEMBACA
aldiandra
Roman pour AdolescentsAldiriyan Ahmad Santoso bertemu Diandra Alfajar. Kedua nya jatuh ke dalam lubang yang biasa kita kenal dengan cinta. Namun, apa jadinya jika salah satu diantara mereka ada yang mengelak akan datangnya perasaan itu?