Diandra

1.8K 96 0
                                    

29 March 2016
10.00 am

"Iya gue masih enggak nyangka perkiraan kita selama ini bener, Ren. Aldi saudara kembar Aldo. Gue kira selama ini mereka cuma mirip karena kan katanya..."

"Ada tujuh orang manusia di bumi ini yang wajahnya mirip dengan kita. Iyak, Dra, lo...ck..aduh..udah bilang ke gue berapa kali tentang ini." Ujar Karen yang gue rasa sedang kesusahan karena memasak telur dan menjepit handphone nya dengan bahu nya agar ia bisa mengerjakan dua hal sekaligus; menelfon dan memasak telur. Gue pernah liat dia lagi kayak gini waktu gue main ke apartemennya plus dari cara dia bicara juga kelihatannya lagi ribet sendiri padahal kan bisa aja dia menggunakan loud speaker dan tinggal di taruh aja handphone nya di atas meja makan atau di tempat yang deket sama dia. Dasar Karen, enggak memanfaatkan teknologi banget.

"Lo lagi dimana itu? Kok rame banget? Rumah lo ada acara? Eh itu kok ada yang klakson mobil? Rumah lo kemasukkan banyak mobil ya?" Tanya Karen dengan mulut penuh dengan telur dadar sepertinya. Kenapa gue bisa tahu? Karena Karen sangat suka makan telur.

"Apaan sih, gue lagi di Bandung." Gue mendengar Karen yang terbatuk-batuk.

"Hah? Serius? Ngapain lo? Sendirian?"

"Ketemu sama bokap gue. Bokap kemaren ngajak ketemuan. Yap, sendiri."

Kemudian terjadi keheningan di antara percakapan kami berdua.

"Dra, Bastian udah di nunggu di luar pager rumah gue, byee!"

Tunggu deh, sejak kapan Karen tinggal di perumahan? Dia tinggal di apartemen kan? Pasti ada yang dia umpetin dari gue, ada yang dia rahasiakan, ah udahlah biarin aja, nanti gue tanya aja ke Karen. Setelah membeli egg mcmuffin nya McDonald's gue memutuskan untuk pergi langsung ke rumah lama gue untuk bertemu bokap gue, gue enggak tau ada masalah apa tiba-tiba bokap mau ketemu. Mungkin kangen doang?

Setelah sekitar satu jam mengendarai mobil menuju rumah bokap gue, akhirnya gue sampai, hore. Gue memarkirkan mobil di luar rumah tadinya gue mau mau parkir di dalam, tapi gue lihat ada dua mobil disana, kayaknya satu punya mama tiri gue.

"Pah? Diandra disini,"

Bokap keluar dari dapur dengan hanya menggunakan kaos dalem dan sarung.

"Papah! Kok enggak pakai baju?"

"Aduh, panas tau!" Ujar nya sambil terus mengipas-ipas tubuhnya dengan koran bekas.

"Bandung kan dingin, masa papa kepanasan! Ahahaha berarti papa gendut nya udah over banget!" Gue tertawa sambil mencubiti perut bokap gue.

"Ah kamu ini, papa masih berotot,"

"Iya, ototnya ada di perut doang tapi." Balas gue. Yes, gue menang hahahaha.

"Papa mau ngomong sama kamu, udah lama juga kan enggak liat kamu. Gimana kabar kamu di Jakarta?" Bokap gue berjalan menuju kamarnya sepertinya bokap ingin mengenakan baju terlebih dahulu. Gue mengekori bokap dan memandangi kamar nya, kok mama tiri gue enggak ada ya? Bokap sepertinya sadar gue mencari mama tiri.

"Fara sedang beli persediaan makanan di supermarket."

"Kok mobilnya ada dua? Mobilnya Mama Fara kenapa disini?"

"Ooh enggak, itu satunya mobil papa juga. Fara naik taksi tadi."

"Papa! Kok beli mobil lagi?!"

"Buat ganti-gantian, hehe." Bokap gue malah cengengesan enggak jelas.

"Diandra baik-baik aja disana,"

"Diandra, kamu baik-baik aja kan?" Tanya bokap gue dan memandang ke arah gue dengan tatapan serius.

"Iya, emang kenapa pa?"

"Teman mu ada yang namanya Aldi?"

Kenapa bokap gue tiba-tiba nanya Aldi? Hah? Aldi kenapa? Kenapa bokap gue tau cowok yang bernama Aldi?

"Emang kenapa?" Nada bicara gue berubah menjadi datar dan suara gue berubah menjadi dingin.

"Aldi kembarannya Aldo ya?"

Gue menganggukkan kepala mengiyakan.

"Diandra, papa cuma mau bilang setiap orang pasti berbeda sekalipun mereka itu kembar."

"Aku enggak ngerti maksud dari omongan papa barusan."

"Aldi ke sini kemarin,"

Mata gue seperti hendak keluar dari tempatnya, jantung gue berdegup seratus kali lebih cepat, tangannya gue mulai mengeluarkan keringat dingin yang sangat deras.

"Ngapain? Ngapain pa? Dia nanya-nanya soal Diandra?"

"Iya, nak. Papa menceritakan semua nya,"

"Semuanya? Maksud papa apa?"

"Semuanya, semua tentang gangguan yang terjadi pada..." Bokap gue memelankan suaranya karena takut gue meledak. Kenapa bokap gue menceritakan rahasia gue? Rahasia gue yang benar-benar sudah gue kubur di dalam memori otak gue.

"Kenapa tiba-tiba dia nanya?! Kenapa papa menceritakan semuanya?! Papa enggak sayang sama Diandra?! Pasti gara-gara Aldo yang nyuruh! Dia bilang ke Aldi kalau dia enggak pernah maksa-maksa Diandra! Dan Aldi enggak percaya terus dateng ke papa! Ya kan?! Papa kenapa sih masih percaya sama Aldo?! Aldo tuh bohong pa! Terus papa kenapa menceritakan semuanya ke Aldi?!" Dan ya, bokap gua berhasil membuat gua berteriak seperti orang kesurupan. Gue meledak.

"Diandra, Aldo bukan orang yang seperti itu! Papa pernah mendengar rekaman obrolan kalian, kamu harus menghilangkan ini semua nak, Aldo enggak pernah memaksa kamu untuk melakukan sesuatu! Aldo memang bandel, nakal, dan segalanya! Tapi Aldo tidak pernah melakukan apa yang telah kamu ceritakan kepada Aldi!" Papa membentak gue tepat di depan wajah. Gue dapat merasakan pipi gue yang memerah dan panas karena amarah gue naik drastis. Gue berjalan keluar kamar bokap gue tanpa memperdulikan teriakan bokap yang memanggil nama gue. Gue harus ketemu Aldi sekarang juga.

aldiandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang