still the same date
in the middle of the night
"Maa udah dong maa ini udah ke sepuluh kali nya Diandra mencoba baju dari hasil shopping mama di Singapura," Diandra mengerucutkan bibir nya kesal. Sekarang dia sedang mengenakan baju atasan tanpa lengan berwarna creame dan dipadukan dengan jaket kulit cokelat. "Ma, aku jadi kayak cowboy." Protes Diandra. Vera tidak menanggapi Diandra dan masih sibuk memilah-milih baju-baju yang telah ia beli untuk Diandra.
"Aduh ma, Diandra udah ngantuk. Besok lagi aja, Bang Gerald aja juga udah tidur tuh," ujar Diandra menunjuk kamar Gerald.
"Ah kamu ini, yaudah sana tidur. Good night honeey." Vera akhirnya mengalah. Vera membereskan semua belanjaan nya dengan hati-hati dan rapi.
"Ma, jangan anterin Diandra ah, malu udah gede. Diandra aja dianterin Gerald kadang suka malu,"
"Iya iya, tapi kamu jangan tiba-tiba minggat dari rumah gitu dong, ah."
"Iyaa mamah, dadah mamah." Diandra mencium pipi Vera sebelum berjalan menuju kamar tidur nya.
Vera berjalan dengan menenteng belanjaan nya masuk ke dalam kamar. Diandra menutup pintu kamar nya kemudian duduk di atas tempat tidur nya. Diandra diam, teringat kembali kejadian yang belum lama terjadi ketika ada di dalam mobil Aldi. Diandra juga tidak mengerti kenapa dia bisa menceritakan semua rahasia nya itu kepada laki-laki yang sama sekali tidak bisa dia percaya. Ya, itu semua merupakan rahasia terbesar bagi Diandra. Diandra sangat malu karena pernah menjalani hubungan tidak sehat seperti itu. Diandra saja harus berpikir berulang-ulang kali dahulu sebelum menceritakan semua memori tentang laki-laki itu kepada sahabat nya, Karen. Tetapi, mengapa ketika dia menceritakan semua itu kepada Aldi dia tidak berpikir berulang-ulang kali? Diandra juga bingung. Diandra menggeleng-gelengkan kepala nya, memori-memori tentang laki-laki itu terulang kembali di otak Diandra. Ingin sekali rasa nya Diandra membuang rekaman memori-memori itu namun dia tidak bisa. Bukan, bukan karena dia merindukan semua itu, tetapi karena dia sangat amat menyesal mengapa dia pernah membiarkan laki-laki itu masuk ke dalam kehidupan nya dan menghancurkan segala nya. Menghancurkan diri nya.
Diandra merasa frustrasi. Dengan nekat, perempuan itu turun ke bawah rumah nya melewati jendela kamar nya agar tidak ketahuan Gerald dan Vera. Diandra pernah melakukan ini sewaktu dia masih kecil. Waktu itu orang tua nya bertengkar karena suatu hal, Diandra tidak kuat mendengar mereka berdua bertengkar, akhirnya Diandra kecil nekat kabur dari rumah dengan melewati jendela dan pergi ke sebuah taman di dekat rumah nya. Taman itu sangat tenang. Rumputnya yang hijau, pepohonan yang rindang, dan juga terdapat danau yang masih belum tercemar oleh sampah masyarakat. Diandra kecil duduk di bawah salah satu pohon di taman itu sambil menangis karena takut akan pertengkaran kedua orang tua nya. Gerald yang waktu itu masih berumur tujuh tahun menemukan Diandra yang menangis di taman. Gerald memeluk Diandra dan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Tapi, kenyataannya tidak, orang tua Diandra resmi bercerai di saat umur Diandra tujuh tahun. Walaupun begitu, orang tua Diandra masih berhubungan dengan baik. Sejak saat itu, taman itu dijadikan Diandra sebagai tempat pelarian nya untuk menenangkan otak dari beban pikiran yang menimbun diri nya. Diandra berjalan cepat menuju taman itu. Sesampainya di taman, Diandra duduk di dekat danau, menekuk kedua lutut nya. Diandra melihat ke arah handphone nya.
Jam dua belas malem? Gila, berani amat gue di sini sendirian. Bodo ah gumam Diandra dalam hati.
Diandra hanya mengenakan celana pendek selutut dan sweater biru. Diandra membiarkan angin malam menusuk kaki-kaki nya yang mulai kedinginan. Diandra hanya ingin duduk sendirian di dekat danau, menenangkan pikirannya, menjernihkan pikirannya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
aldiandra
Teen FictionAldiriyan Ahmad Santoso bertemu Diandra Alfajar. Kedua nya jatuh ke dalam lubang yang biasa kita kenal dengan cinta. Namun, apa jadinya jika salah satu diantara mereka ada yang mengelak akan datangnya perasaan itu?