22

1.8K 100 1
                                    

Indonesia, Jakarta
7 October 2016

Aldi duduk termenung di dekat jendela di coffee shop. Aldi mengisap batang rokoknya dan menghembuskan asapnya. Terdengar suara teman-temannya tertawa menanggapi lelucon satu sama lain. Biasanya, Aldi tertarik mendengarkan lelucon mereka bahkan menimpalinya dengan lelucon yang lebih membuat perut kesakitan karena lucu, tapi kali ini tidak. Aldi tidak ada semangat untuk bercanda tawa ria bersama teman-temannya.

"Lu kenapa, Di?" Tanya Rafa sambil meminum kopi nya. Syahza menyikut lengan Rafa agak kencang seakan memberi kode bahwa Aldi sedang tidak ingin diajak berbicara. Rafa hampir tersedak karena senggolan Syahza. "Eh, gila ya lu? Kalo gua mati gara-gara disenggol lu gimana, Syah?" Protes Rafa kemudian membersihkan bibirnya yang belepotan kopi. Syahza hanya membalas dengan cibiran. Perempuan itu kemudian berpindah tempat duduk menjadi di sebelah Aldi.

"Heey," sapa Syahza pelan. Aldi menengok sebentar ke arah nya kemudian tersenyum simpul. "Lo daritadi diem doang, Di." Aldi hanya mengangkat bahunya kemudian menghela nafas panjang. Syahza, Rafa, Fariz, dan Dhea seketika diam.

"Di, lo kan bisa nanti ketemuan sama Diandra di Australia." Ujar Dhea menghibur temannya. Aldi tetap diam tidak menjawab Dhea.

"Iya, Di. Ajak dia ketemuan aja, janjian dimana kek gitu," saran Fariz.

"Diandra benar-benar enggak mau ketemu sama gua." Ujar Aldi yang akhirnya membuka mulutnya.

"Kata siapa? Waktu itu di bandara, dia enggak nge-smack down elu kan!" Ujar Rafa.

"RAFA!" Dhea dan Syahza serempak meneriaki Rafa di kedua telinga laki-laki itu. Rafa spontan menutup telinga nya dan hampir terjungkal dari kursinya.

"Ya emang enggak, tapi ya gitu."

"Gila, Diandra hebat banget." Syahza menggeleng-gelengkan kepala nya sambil tersenyum-senyum.

"Maksudnya?" Aldi dan teman-teman nya menatap Syahza dengan pandangan bingung.

"Selama gua temenan sama lo, ini pertama kali nya lo galauin seorang cewek. Dan satu cewek doang woi! Gila, seorang Diandra bisa membuat seorang Aldi yang 'begini' luluh." Syahza menepuk-nepuk tangannya dan masih tersenyum-senyum.

"Oh iya bener!!"

"Iya anjir. Biasanya lu udah ganti cewek aja Di kalo yang satu udah enggak peduli sama lu,"

"Lah iya ya, pinter lu Syah."

"Apaan sih lu semua." Aldi mengibas-ngibas tangannya sambil menyembunyikan pipinya yang memerah.

"Lo udah ngasih kado nya?"

Aldi menganggukkan kepala nya. "Yaudahlah, orangnya aja sekarang juga udah di sana." Mata nya memandang ke arah langit berharap Diandra menyukai hadiahnya dan mengizinkan dirinya untuk meruntuhkan tembok besar yang telah menutupi hati nya. Tapi, seperti nya harapan Aldi tidak akan terjadi karena terakhir kali mereka bertemu waktu itu di bandara, Diandra hanya memberikannya senyum sebagai ucapan selamat tinggal. Aldi tidak pernah mendengar kabar dari Diandra lagi walaupun sebenarnya dia bisa saja menanyakan keadaan Diandra lewat Gerald, tetapi Aldi mengurungkan niatnya.

aldiandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang