24

2.8K 115 1
                                    

Same place same time
Brisbane, Australia
7 October 2016

Diandra menengok ke arah sumber suara. Suara itu sangat khas, suara nya yang agak berat dan terdengar santai. Benar-benar khas di telinga Diandra. Diandra membuka mulutnya lebar-lebar dan Aldi memberikannya tawa renyah.

"Lah? Elo? Ngapain lo disini?" Diandra langsung berbicara dengan nada terkejut. Gerald berdiri di belakang Aldi.

"Kalo kata nyokap gua ada 'urusan kuliah' well sebenarnya gua ada 'urusan cinta'. Gua sekarang lagi menjadi dokter cinta kalian berdua," ujar Gerald kemudian tertawa terhadap leluconnya sendiri. Diandra dan Aldi hanya menatapnya dengan tatapan seperti mengatakan 'sok asik lo' tetapi kemudian Aldi ikut tertawa bersama Gerald sedangkan Diandra masih dengan tatapan yang sama.

"Lah..tapi kan..kan lo enggak setuju kalau gue sama dia!" Ujar Diandra menunjuk Aldi yang nyengir.

"Lah? Kok lu sok tahu?"

"Kan lo sendiri yang bilang waktu itu di kamar lo! Ups," Diandra menutup mulutnya, dirinya keceplosan.

"Kapan?!" Kedua laki-laki itu bertanya dengan nada tinggi kepada Diandra.

"Ehehe, waktu itu pas elo nginep di rumah gue, waktu gue lagi modern dance di balkon rumah gue. Lo ngintipin gue kan? Ngaku!" Semprot Diandra. Aldi masih dengan posisi bibir yang sama, nyengir.

"Kan waktu itu gua ngomong sama Aldi di kamar," ujar Gerald.

"Ya...gue nguping," ujar Diandra kemudian melipat tangannya di depan perut.

"Dasar, yaudah sekarang gue bolehin." Gerald berkacak pinggang kemudian menaikkan alisnya ke arah Aldi.

"Thank you for your blessing." Aldi menyalami tangan Gerald dengan sikap dramatis. Gerald membalas akting dramatis Aldi tersebut.

"Emang nya gue mau?" Diandra masih melipat tangannya dengan satu alis dinaikkan. "Kok lo bisa tiba-tiba ada di sini sih? Kok lo ada dimana-mana sih?"

"Kayaknya lebih baik gua tinggal ya lu berdua," Gerald dengan cepat menutup pintu kamar Diandra dan mengunci kedua nya di dalam. Diandra mendengus kesal tetapi sebenarnya dirinya senang Aldi secara tiba-tiba datang jauh-jauh dari Jakarta ke Brisbane.

"Pertama, jangan berpikiran negatif terus."

Diandra mengerutkan alisnya nya. "Dengan lo tahu semua latar belakang gue dari bokap gue bukan berarti lo bisa menasehati gue kayak gitu," ujar Diandra. Posisi nya sama, masih dengan melipat tangan nya.

"Lho? Gua bener dong, orang yang berpikiran negatif akan selamanya sengsara," ujar Aldi membesarkan mata nya membuat dirinya serius. Diandra membuka mulutnya lagi, "jadi lo pikir gue sengsara?" Semprotnya. "Ya, gimana ya?" Aldi memasukkan kedua tangannya di saku jeans nya. Diandra mengerucutkan bibirnya.

"Kedua, gue udah merencakan ini semua."

"Ini semua?" Diandra memutarkan jari telunjuknya. Aldi memganggukkan kepala nya berkali-kali kemudian berhenti dan tersenyum menatap Diandra.

ADOH GANTENG BANGET SENYUMNYA. Idih, kok gua alay sih? Senyumnya biasa aja sih sebenernya, stay calm Dra. Diandra memekik di dalam hati. Diandra gengsi mengakui bahwa senyumnya Aldi membuat hati nya meleleh, membuat tubuhnya berguncang, membuat jantungnya berdetak lebih cepat dan keras, dan membuat perutnya seakan-akan ada banyak kupu-kupu yang terbang.

"Gua udah beli tiket dari Jakarta ke Brisbane dari seminggu yang lalu. Gua kerja di toko musik ayahnya Ray dan kerja part-time di coffee shop temennya nyokap gua mulai dari bulan April sampai bulan akhir bulan Juli."

"Bohong banget."

"Terserah,"

"Kenapa lo enggak minta duit aja ke nyokap lo?"

"Gua enggak mau ngerepotin nyokap and besides, gua mau memperjuangkan cinta gua dengan penuh pengorbanan." Aldi mengepalkan tangannya sambil memukul pelan dada nya dengan dramatis.

"Apaan sih lo alay banget anjir," Diandra tertawa mendengar kata-kata Aldi. "Ya kali lo kerja, emang bisa? Lo kan masih umur enam belas, masih dibawah umur dong berarti," Diandra menaikkan

"Ya bisalah, gua kerja sama orang-orang deket gua jadi ya, tau lah,"

"Lo nyogok?"

"Ehm..pretty much like that babe,"

"Don't call me 'babe'." Diandra menggunakan tangannya sebagai tanda kutip.

"I know you like me, Dra.." Aldi menaik-turunkan alisnya dengan senyum mengembang-ngembang di wajah nya.

"No I dont,"

"Yes yooou aare.." Aldi berjalan mendekat ke arah Diandra.

"Well..a little?" Diandra tersenyum malu ke arah Aldi.

"I knew it. Yaudah gua pulang ya, gua cuma mau tahu kalau lu punya perasaan sama gua atau enggak." Aldi berjalan keluar kamar perempuan itu, meninggalkan Diandra dengan pipi memerah.

"Yakali kayak gitu doang?! Lo jauh-jauh kesini cuma buat kayak gitu doang?!" Diandra mengepalkan kedua tangannya kesal.

"So what do you want me to do, babe?" Aldi berhenti di depan pintu Diandra kemudian membalikkan badannya.

Diandra dapat merasakan pipi nya makin panas dan memerah.

"Gua menghabiskan waktu kurang lebih seminggu membuat mixtape itu. Gua sebenarnya enggak bisa membuat kayak gituan," Aldi menunjuk ke arah mixtape buatannya.

"Tapi, gua usahakan bisa buat lu." Aldi tersenyum simpul. "Gua membuat mixtape itu setelah tau kalau lu bakal pindah ke sini. Gua juga asal pilih lagu, lagu-lagu favorit gua yang gua masukkin ke mixtape itu."

"Itu semua juga lagu-lagu kesukaan gue." Diandra tersenyum ke arah Aldi. Senyumnya mengembang dan lebar.

Aldi berjalan mendekat ke arah Diandra. Langkahnya berhasil membuat Diandra tidak dapat mengedipkan mata nya dan membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

aldiandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang