1 January 2016
12.00 am."HAPPY NEW YEAAAAARRRRR TU TAUSAN EN SIKS!!!!!!!!" Ray meniup terompet tahun barunya. Aldi pun ikutan meniup terompet tahun baru warna biru merah itu. Enggak peduli itu bekas dicoba abang-abang yang jualan, pokoknya Aldi tiup aja buat formalitas perayaan tahun baru. Palkon ikutan teriak-teriak 'selamat taun baru' tapi pake bahasa jepang. Dia emang addicted banget sama bahasa jepang.
Ohya, sedih banget ya dia yang namanya bagus banget diganti begitu aja dengan sebutan 'palkon'. Sebutan paling enggak lazim buat seseorang. Kayaknya pengecualian buat dia soalnya...ah udah ga usah bahas panggilan Rafa a.k.a Palkon.
Hp Aldi seketika bergetar didalam saku celana jeans light blue yang dia pakai buat new year's eve party sekarang ini dirumah Syahza.
"Kenapa ma?"
"ALDIRIYAN SANTOSO PULANG SEKARANG JUGA."
"Iya, entar." Aldi dengan cepat memutus sambungan telefon antara dirinya dan Tessa. Aldi bener-bener enggak peduli dengan dia. Mata Aldi menangkap tas biru gelap yang tergeletak di atas meja dapur rumah Syahza. Dia memasukkan hp nya ke kantong tasnya.
Udah jadi rutinitas mereka semua yang ada disini buat ngerayain tahun baru bareng-bareng di rumah salah satu di antara mereka. Tahun lalu dirumah Karel, sekarang rumah Syahza. Tapi, yang paling sering dijadiin tempat buat nongkrong plus party gini ya rumah Syahza. Typical of house party banget. Enaknya lagi, orangtua Syahza, ayahnya pilot dan emaknya pramugari. Gimana dia ga bosen setiap hari ditinggal dan setiap weekend juga party nya mereka disini.
Angga menyelipkan sebatang rokok ke mulutnya. Tangannya melempar bungkusan rokok yang masih baru ke arah Aldi. Dengan sigap, Aldi menangkap bungkusan itu dan mengambil satu batang rokok dan juga korek api di atas meja di sampingnya. Kata orang, bagi orang yang sudah mulai merokok bakal susah buat berhenti dari menghisap batang rokok tersebut. Dan memang benar, sudah berkali-kali Aldi coba untuk berhenti mengisap barang berbahaya itu namun godaan semakin banyak dan dirinya tidak kuat menahan itu semua.
"Di, sodara gua nanti bakal pindah ke kusbang." Gerald meminum segelas red wine yang ada di atas meja. Aldi menaikkan sebelah alisnya yang tebal kemudian memainkan hpnya.
"Sodara lo yang dari Bandung itu?"
"Yak benar sekali 100 untuk Aldiriyan."
"Kocak. Ngapain tuh bocah pindah? Bukannya udah enak sama bapake di sono?"
"Kagak, man. Bapak gua udah mau punya bini baru. Perjanjian mereka sebelum cerai sama nyokap gua dulu, kalo bokap gua udah nemu pasangan lagi sodara gua bakal pindah ke Jakarta. Hak asuh jadi milik nyokap gue lagi."
Aldi cuma mengangguk-anggukkan kepala nya saja sambil meneguk segelas wine ketiganya. Kepalanya seketika terasa pusing.
Mau tahu apa arti kusbang? Kusbang, kepanjangan dari Kusuma Bangsa. Sekolah swasta di sekitar daerah Jakarta Selatan. Tempat Aldi dan kawan-kawan biasa belajar...ga belajar sih, lebih tepatnya nyari gara-gara sama guru dan kepala sekolah juga.
"Bokap nyokap lo cerai kapan, Ge?" Tanya Ray yang daritadi menguping pembicaraan kedua laki-laki dengan mulut tersempil batangan rokok itu.
"Pas gua umur delapan tahun."
Aldi meneguk wine terakhirnya dan mengucapkan selamat tinggal ke arah teman-temannya. Waktu telah menunjukkan pukul dua dini hari. Dirinya sudah berada di rumah besar itu sejak jam delapan malam. Menunggu bersama teman-temannya malam tahun baru, yaitu tepat jam dua belas malam.
Aldi menancap gas dan melaju pergi, membawa mobil hitamnya keluar dari rumah Syahza.
Banyak sekali hal yang ia pikirkan. Terutama tentang keluarga nya dan juga diri nya. Aldi tidak mengerti kenapa kini dirinya membenci ibu nya dan menyalahkan ibu nya atas perceraian kedua orang tua nya. Sebernarnya, Aldi membenci ibu dan ayahnya, tidak hanya ayahnya. Aldi membenci ibunya karena terlalu sibuk dengan urusan kantornya dan ia sangat membenci ayahnya karena melakukan hal yang sangat membuat Aldi ingin meninju tepat di batang hidung wajah ayah kandungnya tersebut. Ayahnya melakukan hubungan gelap dengan sekretaris kantornya. Aldi mengetahui hubungan itu ketika umur nya tiga belas tahun.
Memori buruk itu mulai bermunculan lagi di benaknya. Memori ketika dia melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa ayahnya merangkulkan tangannya ke pinggang perempuan dengan pakaian lumayan terbuka keluar dari sebuah bar malam. Malam itu, Aldi baru saja merayakan ulang tahun salah satu temannya di salah satu restauran yang letaknya berdekatan dengan bar tersebut. Matanya bertemu dengan mata perempuan menggelikan itu, namun perempuan itu tidak berkata apa-apa karena dirinya juga tidak tahu bahwa bocah laki-laki itu adalah anak dari laki-laki yang kini mencium kepala nya.
Aldi bukan anak lugu dan polos. Dengan cekatan, ia bersembunyi di balik beberapa mobil dan mengeluarkan handphonenya. Dirinya mencari angle yang pas untuk memotret pasangan sialan itu.
Aldi memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya ketika sudah sampai. Bayangan-bayangan memori buruk itu perlahan hilang dari benaknya. Aldi sudah berusaha melupakan itu semua, namun rasanya masih cukul sulit walaupun itu sudah tiga tahun yang lalu.
"Mas, ditunggu nyonya di da..." Belum selesai Bi Ijah berbicara, Aldi sudah menganggukkan kepalanya dan mengacungkan jempol ke depan wajah Bi Ijah. Wanita tua itu hanya tersenyum mengerti dan kembali masuk ke dalam rumah.
"Aldiriyan, mama sudah bilang kan sama kamu?"
"Iya."
"Pulang paling lambat jam dua belas kalo mau acara tahun baru gini. Abis ngucapin taun baru langsung pulang, bukannya jam dua kayak gini." Tessa hanya melipat tangannya di depan dada sambil tetap duduk di sofa oranye ruang keluarga. Raut wajahnya menandakan ia lelah dengan kantung mata yang lumayan tebal itu. Nada berbicara nya sudah sedingin es batu.
"Maaf."
Tessa menghela nafas mengingat betapa seringnya mereka melakukan ritual bertengkar seperti ini hampir setiap hari karena Aldi selalu melanggar peraturan 'tidak boleh pulang sampai larut malam' nya.
"Jangan di ulangi." Tessa masih melipat tangan di atas dadanya namun dia sudah bangkit dari sofa, berjalan menuju kamarnya dan membanting pintu kamarnya sekeras mungkin.
![](https://img.wattpad.com/cover/85342118-288-k613566.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
aldiandra
Novela JuvenilAldiriyan Ahmad Santoso bertemu Diandra Alfajar. Kedua nya jatuh ke dalam lubang yang biasa kita kenal dengan cinta. Namun, apa jadinya jika salah satu diantara mereka ada yang mengelak akan datangnya perasaan itu?