Aldi

1.9K 100 0
                                    

23 February 2016
19.00 pm.

Gua bersyukur nyokap udah sadarkan diri setelah operasi. Tapi gua sedih, itu berarti sekarang nyokap tinggal punya satu ginjal dan nyokap enggak boleh sampai kecapekan. Gua enggak bakal membolehkan nyokap gua buat kerja sampai malam lagi sampai lembur. Enggak bakal gua bolehin. Nyokap diperbolehkan pulang besok dan gua benar-benar seneng banget. Gua udah benar-benar enggak peduli soal Aldo. Mau ngapain kek dia terserah, mau dia dimana kek sekarang terserah,  yang gua peduliin sekarang hanyalah nyokap gua dan...Diandra.

Tadi Diandra, Bastian, Karen, dan nyokap Diandra datang untuk menjenguk nyokap gua lalu Diandra izin ke kamar mandi rumah sakit sebentar karena dia belum mandi dan ingin mencuci wajah nya. Jujur aja, tadi gua nahan ketawa setelah Karen bilang kalau Diandra belum mandi tapi tetep aja dia cantik dan manis walaupun belum mandi. Haha, apaan sih lu Di. Oke, setelah Diandra mencuci wajah nya di kamar mandi dan dia lama banget di kamar mandi, dia kembali ke kita semua dengan wajah lebih kusut daripada tadi bukan lebih segar karena habis membasuh wajah dengan air namun jadi lebih kusut. Mata nya masih merah lebih merah daripada sebelum nya dan bengkak. Wajah nya berusaha menutupi semua kejutekan, kebencian, dan kebetean nya. Dan lagi, terulang lagi, Diandra menjadi galak lagi terhadap gua. Cewek itu menjadi 'ganas' lagi. Cewek itu kembali seperti Diandra saat pertama kali gua kenal dengan dia namun lebih 'ganas'. Salah gua apa? Gua melakukan apa kepada dia? Sampai dia pulang dari rumah sakit dia bahka enggak mau memperlihatkan wajah nya ke gua, dia langsung membuang muka dan berjalan duluan menuju parkiran. Gua harus dapat penjelasan dari Karen.

"Ma, Aldi ke kamar mandi dulu ya ini remote tv nya kalau mau ganti channel."

Nyokap mengangguk sambil tersenyum seperti nya nyokap udah ngantuk, terlihat dari mata nya yang sayu. Gua membuka pintu kamar rawat dan menemukan Aldo yang berdiri di depan nya. Aldo menatap gua dengan tatapan kosong dan bingung dan juga...kesal? Gua enggak tahu perasaan apa yang bisa menggambarkan wajah Aldo sekarang.

"Apa?" Gua bingung.

"Lu punya temen?" Tanya Aldo.

"Lah? Punya lah," gua menjawab pertanyaan Aldo. Gua makin bingung.

"Lu punya temen bernama Diandra? Diandra Alfajar?"

Kenapa Aldo tiba-tiba nanya tentang Diandra? Woi ini ada apa woi.

"H..ha? Iya, punya iya itu temen gua. Kenapa?"

"Tunggu tunggu, jadi lu punya temen bernama Diandra Alfajar?"

Gua mengangguk pelan. Tunggu tunggu, ini maksud nya apa? Kenapa tiba-tiba Aldo bertanya tentang Diandra? Aldo kemudian menggeleng-geleng kan kepala nya raut wajah nya marah, wajah nya memerah. Ini ada apa? Aldo kenapa? Diandra kenapa?

"Gua..." Aldo tidak melanjutkan kata-kata nya, kembaran gua itu malah pergi menuju lift tanpa menjelaskan kepada gua apa yang sedang terjadi. Setelah Aldo menghilang dari pandangan mata gua, gua pamit izin kepada nyokap untuk pergi ke rumah Diandra sebentar, gua langsung berlari menuju parkiran rumah sakit dan melaju cepat menuju rumah Diandra. Lebih tepatnya ke danau di dekat rumah Diandra karena di situ lah tempat Diandra menenangkan jiwa dan pikirannya. Well, cewek itu emang enggak memberi tahu gua kalau itu tempat penenang jiwa nya, tapi gua punya feeling kuat kalau dia akan ada di situ malam ini.

Dalam perjalanan menuju taman, atau danau, ya sama aja lah, gua memperhatikan handphone yang terletak di kursi mobil gua. Should I text her? Ask her what's wrong with her? Atau, gua nge-line Karen aja. Gua memberhentikan mobil di pinggir jalan sebelum mengetik pesan untuk Karen.

Aldi :
Ren, Diandra enggak apa-apa kan?

Kurang dari tiga menit Karen membalas pesan line gua.

Karen :
I think you should see her. She'll explain everything to you.

Oke terima kasih Karen, pesan singkat line mu berhasil membuat abang dag dig dug. Gua berasa mau di putusin Diandra padahal gua dan dia belum ada hubungan apa-apa. Kocak.

Aldi :
Najis sok bahasa inggris.

Karen :
Just go find her u dummy.

Finally, gua sampai di taman. Gua memarkirkan mobil di pinggir taman dan berlari kecil melewati turunan taman menuju dekat danau. Gua enggak melihat ada orang di sini. Mungkin Diandra mencari tempat lain untuk menenangkan diri nya, jadi gua berada di taman ini sendirian dan sudah dua kali berjalan bolak-balik jadi total nya gua udah empat kali berjalan bolak-balik.

"Di?"

Please bukan kuntilanak please bukan setan. Gua menengok pelan ke arah sumber suara dan melihat cewek dengan celana pendek hitam dan juga t-shirt lengan pendek berwarna merah marun, rambut nya tergerai sempurna tertiup angin malam. Gila, bahasa gua bisa juga jadi puitis gini.

"Diandra? Diandra apa pun yang udah gua lakukan ke lu, gua benar-benar minta maaf." Gua berjalan cepat menuju Diandra yang terdiam menatap wajah gua.

"Di, lo enggak salah.." Ujar Diandra kemudian dia menunduk seperti tidak berani menatap mata gua. Gua dengan berani berjalan lebih dekat ke arah Diandra.

"Diandra, kenapa?" Tanya gua sekali lagi.

"Dia kembali lagi ke hidup gue, Di. Dia nge-line gue, dia nelefon gue, gue udah berusaha buat..buat ignore dia, buat enggak menghiraukan dia dan tadi, di rumah sakit ada dia dan ternyata dia saudara kembar lo sendiri!" Teriak Diandra keras hingga terdengar suara petir di langit.

Oh shit cewek kalau udah marah serem juga sampai ada petir di langit. Eh tunggu, anjir saudara kembar? Hah? Aldo?

"Aldo? Aldo? Hah? Aldo?"

"Dan dia berusaha untuk mengajak gue balikan dengan dia, dan dia mencoba untuk memeluk gue! Gue..gue enggak tahu apa yang gue pikirin, gue langsung ninju dia lagi dan langsung kabur dan dia..gue enggak tau dia kemana setelah itu," ujar Diandra. Kepala nya masih tertunduk.

"Jadi, bekas tinju.."

"Iya! Itu gue! Gue enggak pernah bisa mengkontrol emosi gue, Di. Gue benar-benar kehabisan kata-kata buat mengekspresikan perasaan gue ke Aldo waktu itu dan gue ninju dia. Dan tadi juga sama, gue benar-benar enggak tahu harus ngapain!"

Gua cuma bisa diam mendengar suara Diandra.

"Dan gue tau maksud lo ngedeketin gue apa! Lo ternyata tau kan kalau Aldo itu masa lalu gue? Lo tau kan? Dan lo pura-pura kaget, pura-pura sedih mendengar cerita gue padahal sebenarnya lo tau! Dan lo mendekati gue supaya gue mau balikan sama Aldo! Oh atau jangan-jangan lo mau memanfaatkan gue juga sama kayak Aldo dulu ketika dia memanfaatkan gue cuma buat nafsu nya! Iya kan?!Ngaku lo!" Diandra menunjuk dada gua dengan jari telunjuk nya. Gua dapat merasakan wajah gua yang memerah dan panas mendengar kata-kata Diandra. Gua menatap mata Diandra yang sekarang menatap ke arah gua dengan penuh kemarahan. Gua berjalan meninggalkan Diandra. Gua udah enggak peduli dia mau bagaimana, yang jelas, perkataan dia barusan itu enggak ada yang benar. Gua menyalakan mesin mobil dan langsung pergi meninggalkan taman dan mempedulikan Diandra.

aldiandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang