Diandra

3.2K 168 0
                                    

13 January 2016
09.00 am.

Saturday morning is always my favourite morning. I dont know why but Saturday is really really my day, well actually, its my lazy day. Gue berjalan keluar kamar masih dengan baju tidur dan membuat sereal untuk sarapan. Terlihat di sekitar ruang tv berceceran bocah-bocah rese. Ada hm..kayaknya sih yang lagi tidur di lantai sambil megang stick ps Rafa namanya, terus itu ada Ray, Karel, dan temen-temen Gerald yang lain. Video game masih menyala, belum dimatikan sejak mereka semua tiba di rumah gue dan Gerald. Gue rasa sekitar jam 8 malam kemarin, dan hingga sekarang video game nya belum dimatiin. Dasar.

Gue merasa menjadi seorang cabe disini karena cewek sendirian dan dikelilingi cowok-cowok edan kayak mereka. Gue membawa mangkuk berisi sereal menuju kolam renang di taman belakang rumah, pemandangan sarapan gue enggak banget kalo di meja makan deket ruang tv.

Gedubrak!

Baru aja gue mau masukkin sesendok sereal ke mulut gue, suara berisik datang dan membuat gue hampir melempar sendok gue.

"Eh woi apaan si," elah, pagi-pagi udah bikin ribut aja. Gue segera berdiri untuk melihat siapa yang membuat keributan.

"Yaelah mba, maap. Marah-marah mulu sih orang," Kepala Aldi muncul dari balik pintu.

"Lah ada elo?"

"Yaiyalah ada, impossible if i missed the sleep over party." Aldi menaik-naikkan alisnya. Tangannya masih memegangi lututnya yang sakit.

"Udah kayak cewek aja lo semua. Gue aja yang cewek males banget nginep-nginep gitu." Gue kembali duduk tidak peduli kepada Aldi yang kini menarik bangku dan duduk di samping gue. Gue melirik sekilas ke arah dia yang masih saja memegangi lututnya. Gue bener-bener enggak peduli sama dia.

Aldi melirik ke arah gue dengan tampang memelas. "Et deh, orang mah ditanyain, 'tadi kenapa?' 'Jatoh? Sakit enggak?' Ini malah didiemin doang," et si kocak kenapa lu malah marah-marah gitu?

"Heh! Emang gue pacar lo? Emak lo? Bapa lo? Bukan kan? Ye,"

"Et neng, marah-marah mulu si, cepet tua lu,"

"Bodo,"

"Cepet tua, keriput, ubanan, hii..masih sma udah kayak gitu,"

"Ya jangan doain gua kayak gitu juga!!"

"Et iyak iyak, maap, maap,"

"Yaudah nih gue baik, gue ambilin betadine ya,"

"Good girl."

"Shut the hell up and dont go anywhere,"

"Alright Didi."

Gue menaruh mangkuk sereal gue di atas meja dan berjalan masuk ke dalam rumah. Langkah gue terhenti seketika karena teringat sesuatu.

"Aldi,"

Gue melihat Aldi yang hendak menyuapi sesendok sereal ke arah mulutnya langsung berhenti.

"Jangan makan sereal gue! Awas lo kalo gue balik udah abis," dasar. Gatau apa ya, perjuangan gue bikin sereal itu gimana?! Well its not that hard but..itu kan punya gue. Gue berjalan menuju kotak P3K yang menempel di dinding dalam rumah gue. Sebenernya gue juga ogah buat ngobatin luka Aldi, cuman gimana ya, lututnya lecet terus berdarah gitu, so yeah.

"Ini betadine.." Aldi bersendawa saat gue datang kembali. Mangkuk sereal gue bersih kinclong, thanks to this stupid boy.

"ALDIIII!!!!!!!!!!!!!!!" Wajah gue refleks memerah menahan amarah. YAALLAH DIA SEBENERNYA NGERTI BAHASA INDONESIA APA ENGGAK SIH?!?!?!

"Sorry banget, Didi, sumpah dah, gua laper banget," gue dapat melihat wajah sok ga berdosa nya Aldi itu sebenernya menahan tawa melihat ekspresi gue sekarang ini.

"GAUSAH SOK SORI SORI GINI DEH AH!!! JANGAN PANGGIL GUE DIDI!!! NAMA GUE TUH DIANDRA!! DIANDRA ALFAJAR!!! DIDI TUH NAMAN COWOK LO TAU GA SIH?!?!?!? EMANG YANG LAPER LO DO....." Sebelum gue melanjutkan marah-marah gue ke dia, dia menutup mulut gue dengan tangannya yang dua kali lebih besar daripada tangan gue.

"Sstt diem woi ah! Pagi-pagi jangan teriak-teriak enggak jelas gini!" Aldi menengok ke kiri dan ke kanan. Tangannya masih menutup mulut gue. Kok tangannya harum banget ya?

"Mmmmm..." Gue akhirnya menjilat tangan Aldi supaya itu bocah ngelepasin tangannya dari mulut gue.

"Jorok banget sih jadi cewek!" Kan bener, dilepasin.

"Bodo!" Lebih baik gue pergi ke apartemen nya Karen daripada disini, pasti nanti mereka semua, cowok-cowok ga beres itu bakal rusuh lagi dirumah ini.

"Eeh betadine nya mana?" Aldi mencari-cari betadine yang sebenernya masih ada di tangan gue belom gue taruh dimana mana.

"Gue balikin ke kotak P3K!"

"Diandraaaa jangan ngambeek, sini gua bikinin sereal lagi," Aldi berjalan menyusul gue.

"Enggak, enggak usah. Gue mau mandi, ke apartemen Karen, terus sarapan disana, DAH!" Gue membanting pintu kamar gue, ya enggak keras-keras amat sih ngebantingnya. Gue dapat mendengar Aldi yang tertawa kecil seperti meledek. I dont give a damn about him.

Gue segera mandi kemudian memaika t-shirt biru muda dengan motif bunga daisy dan jeans putih dengan model robek di lututnya, iya, emang gue demen jeans yang robek-robek gitu deh. Gue mengambil hp, earphone, power bank berbentuk emot orang ketawa sambil nangis, dan uang seadanya. Gue melirik jam dinding di kamar gue, menujukkan pukul setengah sepuluh pagi, setengah jam dari gue bangun tidur tadi. Gue rasa Karen belum bangun. Bodo lah, gue bangunin aja nanti.

Gue berjalan menuruni anak tangga dan bergegas pergi dari rumah.

"Eh lo mau kemana?" Aldi menghentikan langkah gue.

"Gausah banyak tanya kayak pembatu baru deh lo." Gue pergi meninggalkan Aldi yang masih berdiri mematung di dekat meja makan sambil memperhatikan langkah gue yang mulai berjalan keluar rumah.

-----------------------------------------------------------

Genk gimana ceritanya sampe sini? Maaf kalo ga seru atau terlay gimana gimana yaaa, i'll try my best to entertain all of you dengan cerita yang gue buat ini hehe✌😘😆

aldiandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang