8 February 2016
06.00 am"Aldi, ayo dimakan dulu pancake nya." Aldi tadinya ingin menolak ajakan sarapan bersama Tessa, tapi perutnya menarik-narik dirinya agar duduk di meja makan. Dirinya juga merasa sangat tidak enak dengan Tessa. Aldi berjalan lunglai menuju meja makan.
"Kurang tidur?"
"Ehm hm." Aldi hanya berdeham ketika Tessa bertanya. Tessa menghela nafas panjang. Aldi mengambil selai karamel dengan pisau dan memolesi pancake nya dengan selai itu.
"Aldo akan ke Jakarta sekitar bulan Mei katanya." Tessa membuka percakapan pagi diantara keheningan bersama anak laki-laki nya itu.
"Mei? Masih tiga bulan lagi?" Aldi membuat angka tiga dengan tangan kanan nya. Tessa mengangguk pelan, mengiyakan pertanyaan Aldi.
"Mama mau dia masuk SMA Kusuma Bangsa, sama kayak kamu, Di. Tapi sodara kamu susah banget diajak sekolah." Tessa menaruh garpu yang ia gunakan untuk memakan pancake nya diatas piring.
"Biar Aldi tebak, Aldo pasti mau masuk sekolah, tapi syaratnya dia harus masuk ke sekolah yang lebih elite dari sekolah Aldi, iya apa enggak?"
"One hundred percent yes, you're right honey." Tessa menggelengkan kepalanya, pusing. Jujur saja, kalau disuruh milih antara Aldi atau Aldo, bagi Tessa bakal milih Aldi, walaupun bandel, seenggaknya dia masih mau diajak kompromi dan berdiskusi. Sedangkan Aldo? Malah bikin pusing kepala kalau diajak berdiskusi.
"Yaudah ma, lakukan aja, turutin aja apa kemauan Aldo, seenggaknya Aldo mau sekolah ma." Aldi menghabiskan pancake terakhirnya. Tessa masih terdiam tenggelam dalam lamunannya.
"Ma?"
"Eh iya, nak?"
"Aldi berangkat sekolah dulu ya, ma." Aldi mengambil jaket dan tas sekolah nya kemudian berjalan menuju mobil yang terparkir di garasi rumahnya. Aldi membuka pintu mobil nya dan melaju dengan cepat menuju sma nya.
Aldi termenung. Kebiasaan buruknya hingga tahun dua ribu enam belas ini yang sulit sekali untuk dihilangkan adalah merenung saat sedang sendiri. Entah itu di dalam kamar tidurnya, di kantin sekolah, atau di mobil nya seperti sekarang ini. Kali ini Aldi merenung karena teringat dengan ayah nya. Kemana dia? Apa yang sedang dia lakukan? Kapan waktu mempertemukan mereka berdua lagi? Apakah dia bisa sadar dan merubah sikap nya? Semua pertanyaan itu datang menyerbu otak Aldi.
Tin!!! Tiin!!!!!
Aldi langsung membanting setir mobilnya ke kanan menghindari mobil yang tadi membunyikan klaksonnya karena mereka berdua hampir bertabrakan. Aldi menghentikan mesin mobilnya untuk menenangkan diri dahulu. Aldi menghela nafas panjang. Dilihatnya jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, jam enam lewat sepuluh menit. Aldi segera melaju kembali ke sekolah nya setelah dirinya tenang dan konsentrasi menyetir nya kembali penuh.
Aldi memarkirkan mobilnya di parkiran kusbang. Tas nya segera disampirkan di bahu kirinya dan dengan santai berjalan memasuki gedung sekolah nya.
Hari-hari di sekolah Aldi berjalan seperti biasa. As usual, nothing's different.
Hingga saat itu, ketika Aldi sedang berjalan menuju ruang musik, suara indah muncul dari dalam ruang musik. Bernyanyi dengan merdu dan penuh penghayatan dan diikuti dengan dentingan tuts-tuts piano yang indah. Aldi datang sangat tepat waktu dimana bagian lagu selanjutnya dinyanyikan oleh pria. Yap, i see lights memang merupakan lagu duet antara Mandy Moore dengan Zachary Levi dalam film Tangled Tale. Dengan berbekal ingatan lirik lagu seadanya, Aldi berjalan masuk ke dalam ruang musik dan ikut bernyanyi pada saat bagian Zachary.
Mereka berdua, Aldi dan Diandra tidak menyangka suara mereka dapat menyatu dengan sempurna hingga membuat Bu Dewi terpukau. Kedua nya diminta untuk mengisi acara dengan berduet di acara pentas seni kelas dua belas. Diandra kaget, Gerald tidak pernah menyinggung-nyinggung soal pentas seni ketika di rumah.
"Di, demi apa?" Diandra berjalan beriringan dengan Aldi. Mereka berdua sedang berjalan kembali menuju kelas. Aldi menengok ke arah Diandra yang masih membulatkan matanya kaget.
Lucu banget muka nya. Kayak boneka. Eh lucu banget mukanya kalo lagi kaget. Lucu banget sih lu.
"Aldi!" Diandra menjentikkan jari nya ke arah Aldi yang masih bengong memperhatikan wajah Diandra. Diandra melipat tangannya kesal.
"Eh iya, serius, kita serius.."
"Hah?"
"Eh apaan?"
"Lo bilang tadi kita serius..?" Diandra mengerutkan alisnya. Tangannya menutup mulutnya, bibir nya ia gigit agar tawanya tidak meledak. Matanya menyipit.
"Eh..hah? Emang tadi gua ngomong apa?"
"Lo ngomong kita..."
"Eh itu dewdew udah masuk kelas, ayuk." Aldi menjadi salah tingkah untuk kesekian kali nya ketika berada di dekat perempuan ini.
"Dew..? Ooh.." Diandra mengerti maksud dari 'dewdew' adalah Bu Dewi. Yang tidak Diandra mengerti adalah kelakuan aneh Aldi dan kata-kata aneh Aldi tadi. Namun Diandra berusaha melupakan dan tidak peduli dengan keanehan Aldi.
KAMU SEDANG MEMBACA
aldiandra
Novela JuvenilAldiriyan Ahmad Santoso bertemu Diandra Alfajar. Kedua nya jatuh ke dalam lubang yang biasa kita kenal dengan cinta. Namun, apa jadinya jika salah satu diantara mereka ada yang mengelak akan datangnya perasaan itu?