still the same date
20.30 pm."Bro," Aldo mengajak Aldi untuk tos. Biasa, cara laki-laki untuk menyapa teman atau saudara nya.
"Akhirnya lu bisa dateng juga, Do." Ujar Aldi kemudian memeluk Aldo. Setelah berbasa-basi sebentar menanyakan kabar masing-masing, Aldi dan Aldo berjalan beriringan menuju kamar rawat Tessa. Aldi membukakan pintu masuk kamar rawat untuk Aldo kemudian menutup pintu nya kembali dengan pelan.
"Mamaa.." Sapa Aldo kepada ibu nya. Tessa membuka mata nya perlahan dan sedikit kaget melihat kehadiran putra nya.
"Ya ampun, kamu datang ke sini nak? Udah daritadi atau baru nyampe?"
"Baru nyampe ma. Mama gimana keadaannya?"
"Besok mama harus menjalani operasi pengambilan ginjal. Satu ginjal mama sudah harus di ambil." Ujar Tessa dengan nada sedih. Aldi hanya dapat diam mendengarnya karena dia sudah kaget ketika dokter pertama kali memberitahukannya. Aldo kaget mendengar nya dan langsung menatap Aldi dengan wajah penuh pertanyaan.
"Iya, Do. Ginjal mama yang sebelah kanan udah 'gagal'." Ujar Aldi pelan. Aldo langsung pergi keluar kamar rawat tanpa berkata apa pun. Tessa dan Aldi menatap kepergian Aldo dengan tatapan bingung. Tanpa aba-aba, Aldi berlari pelan mengejar Aldo yang berlari ke arah ruang tunggu.
"Do? Lu kenapa malah kabur? Bukannya meluk nyokap atau apa kek," protes Aldi dengan alis mengkerut.
"Kenapa hidup kita sampah banget sih, Di?" Ujar Aldo dengan nada bertanya. Aldi terdiam sejenak mendengar pertanyaan Aldo, kemudian laki-laki itu duduk di sebelah saudara kembarnya.
"Do.."
"Di, hidup kita sampah. Bokap kita mabuk, selingkuh dengan cewek lain, dan sekarang dia pergi entah kemana gua enggak tahu. Dan sekarang, nyokap kita penyakitan gini!" Aldo setengah berteriak. Rasanya saat itu juga Aldi ingin meninju saudara nya itu, terutama ketika ia berkata 'nyokap kita penyakitan gini.' Aldi sudah mengepalkan tangan nya bersiap untuk meninju namun Dokter Fadli tiba-tiba datang menuju mereka berdua.
"Loh? Kamu Aldi anak dari Ibu Tessana Puspa bukan?"
"Iya pak, betul."
"Oalah, kamu punya kembaran toh." Ujar Dokter Fadli sambil mengangguk-anggukkan kepala nya. "Nak, operasi ginjal ibu mu akan dilaksanakan hari Rabu esok."
Aldo masih terdiam tidak ingin memberika jawaban apapun. Aldi menghela nafas kemudian tersenyum ke arah Dokter Fadli. "Baik dok. Terima kasih atas informasi nya."
"Baiklah, sampai ketemu besok ya. Selamat malam." Dokter Fadli bergegas pergi dari hadapan kedua laki-laki itu. Aldi benar-benar tidak menginginkan Aldo untuk berada di sini. Aldi benar-benar menyesal telah menginformasikan berita ini kepada Aldo. Aldi memilih untuk kembali ke kamar rawat dan menemani Tessa daripada harus memberi Aldo semangat untuk terus semangat dalam hidup mereka yang berantakan ini. Aldo pun tidak mengikuti langkah Aldi, laki-laki itu tetap berada di ruang tunggu memikirkan beberapa hal.
***
"DEMI APA DEMI APA DEMI APA?!?!?!" Karen berteriak-teriak histeris di dalam kamar di apartemen nya.
"Serius woi! Ternyata nyokap nya dia itu sahabat nya nyokap gue waktu di sma dulu!" Diandra ikut berteriak namun langsung memelankan suaranya karena takut Gerald dan Vera mendengar teriakannya.
"Lo jodoh sama dia. Gua yakin seratus persen dengan kata-kata gua barusan."
"Ren, jangan bilang gitu..elah.."
"Lo suka kan sama dia?"
"Enggak.....tau,"
"Sumpah lo suka sama dia. Come on Dra, yang dulu enggak mungkin bakal sama kayak yang sekarang."
"Tapi Ren, dia tuh tipe-tipe nya sama kayak yang dulu." Ujar Diandra kesal. Tapi dia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri.
"Trust me, it'll be different." Ujar Karen meyakinkan Diandra.
"Aldi itu cowok bad boy, player juga menurut gue. Dan Aldi tuh bener-bener sama persis seperti yang dulu, sumpah. Lo tau kan betapa kesel nya gue dengan cowok kayak gitu?"
"Honey, lo enggak bisa menyembunyikan perasaan lo, lo enggak bisa membohongi diri lo sendiri kalo lo 'enggak suka' sama dia, dan lo enggak bisa mengelak ada nya perasaan itu. Nanti lo malah sakit hati lagi ngeliat dia jalan sama cewek lain."
"Lo tau darimana sih emang nya kalo gue suka? Gue aja enggak bilang apa-apa ke lo. Gue tuh enggak suka sama dia, bener-bener enggak ada sedikit rasa, Ren. Ya gue cuma kaget aja ternyata nyokap gue sama dia sahabatan."
I lie. Ujar Diandra dalam hati.
"Ooh gitu? Jadi lo bener-bener enggak ada perasaan suka?"
Ada. Diandra berbisik di dalam hati.
"Nope. No no no."
"Okay. Gue harus telfonan sama Bastian malam ini, karena hari ini gue anniv!!"
"Karen, lo telfonan sama dia setiap malem." Diandra memutar bolar matanya. Diandra menarik nafas lega karena Karen tidak bertanya-tanya lagi tentang perasaan dia kepada Aldi.
"Shut up. Byeee!!" Karen menutup telefon nya. Diandra menaruh handphone nya diatas meja disamping tempat tidur nya. Diandra memejamkan mata nya untuk beristirahat namun mata nya kembali terbuka begitu handphone nya berbunyi tanda ada pesan line masuk. Awalnya dia kira Karen lah yang mengirimi dia pesan line, namun insting nya salah. Dan saat itu juga, momen itu juga, momen dimana dia membaca nama seseorang yang mengirimi dia pesan line ke handphone nya, rasa nya Diandra ingin melemparkan diri nya ke dalam lautan luas hingga diri nya tidak dapat terlihat lagi.
-----------------------------------------------------------
Hai!!! Sorry dengan chapter yang pendek ini, gue selama liburan jarang banget2 megang hp cuz gue menghabiskan liburan dengan olahraga sumpah gue harus menurukan berat badan gue cuz im fat af:( ok ini kenapa jadi curhat. Tapi, gue akan berusaha menuntaskan 'aldiandra' di liburan ini. So, keep reading and voting 💕💕💖💖💓

KAMU SEDANG MEMBACA
aldiandra
Roman pour AdolescentsAldiriyan Ahmad Santoso bertemu Diandra Alfajar. Kedua nya jatuh ke dalam lubang yang biasa kita kenal dengan cinta. Namun, apa jadinya jika salah satu diantara mereka ada yang mengelak akan datangnya perasaan itu?