1 January 2016
12.00 am.
same time but different place."Selesai dari rumah Cinta, Diandra sama Karen langsung ke Jakarta aja, pa!!!" Perempuan yang sekarang dibalut dengan celana jeans robek-robek berwarna putih dengan kaus hitam bertuliskan 'nap queen' itu berteriak ke arah hp nya. Suara nya sudah serak karena terus-terusan berteriak 'happy new year' di rumah Cinta.
"Ga ga, kamu sama papa aja!"
Karena Gibran terus mengajak Diandra mengobrol di telfon, sangking penuh dan berisiknya rumah Cinta saat itu, Diandra memilih untuk keluar dari kerumunan orang-orang itu. Diandra berjalan perlahan keluar dari rumah Cinta dan duduk di sekitar taman belakang rumah itu.
"Pah, Diandra udah bisa bawa mobil sendiri. Lagian juga ditemenin sama Karen. Disana nanti juga ada Gerald sama mama."
"Yaudah, kamu ati-ati sama Karen. Karen juga udah bawa barang-barangnya?"
"Udah, dia juga udah nyewa apartment di Jakarta."
"Yaudah, ati-ati ya, sayang. Daddy loves you."
"Me love you too."
Diandra menutup pembicaraan antara dia dengan Gibran. Matanya menyapu ke arah perempuan berambut ikal dengan ombrean cokelat di bagian bawahnya. Perempuan itu bersandar di dinding berwallpaper bunga-bunga ungu.
"Ren, berangkat sekarang yuk."
Karen menyelipkan beberapa helai rambutnya ke belakang, kemudian meneguk segelas fanta. Karen mengangguk-anggukkan kepala nya setuju.
"Lo ga minum kan?" Diandra berjalan mendekati sahabatnya itu.
"Enggaklah, kita kan malem-malem mau nyetir. Mau metong di jalan apa kalo minum?" Karen menghabiskan fanta nya kemudian menaruh gelas nya di meja yang berada di dekatnya.
"Yaudah ayuk." Diandra menarik baju Karen pelan dan Karen berjalan mengikuti sahabatnya itu.
"Kita ga pamitan dulu?" Karen menunjuk ke arah kumpulan remaja-remaja yang sedang mengobrol dengan jempolnya.
Diandra melirik sekilas ke arah remaja-remaja itu yang merupakan teman-temannya. Mereka semua sudah seperti orang gila semua, mabuk ga karuan. Diandra mengerutkan alisnya kemudian menggelengkan kepala nya. "Buat apa pamit, udah pada ga sadar diri gitu." Bahkan sang pemilik rumah juga tidak kelihatan batang hidugnya. Karen dan Diandra berjalan menuju mobil hitam Diandra. Mobilnya penuh dengan barang-barang miliknya dan juga milik Karen.
"Ren, sampe Jakarta lo mau nginep di rumah gue dulu atau langsung gua anterin ke apartment lo dulu nih?"
"Nginep dirumah lo dulu aja deh. Males gue ke apartment sekarang. Serem, takut, entar kalo ada om om nyulik gue gimana?" Karen memasang wajah melasnya ke arah Diandra yang kini melihat ke arah wajahnya dengan tatapan seolah berkata 'ewh turun lo dari mobil gue'.
"Lebih cocokkan elo sama om om daripada sama Bastian." Bastian pacar dari Karen. Mereka telah menjalani hubungan pacaran selama dua tahun.
"Tai."
"Anjing."
"Elu tai anjing."
"Eh, Dra, lo ga ada niatan buat nyari cowok gitu?"
Mata cokelat tua Diandra yang tadinya sedang terfokus ke arah jalanan yang sepi itu melihat ke arah Karen yang dengan santai mengambil sebungkus chitattos ayam panggang dari kursi belakang mobil Diandra. "Buat apaan nyari cowok kalo lebih enak sendirian?" Diandra menaikkan bahu nya tidak peduli.
"Yeh, gue tau dalem hati lo itu lo butuh cowok. Tau ga biar kenapa?"
"Ga."
"Biar..."
"Dan gamau tau sayangnya."
"Tai."
"Iya iya tayank. Biar kenapa tuch Karen tayank.."
"Wtf..." Karen menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan Diandra.
"Biar lo tahu cara-cara menjadi cewek sejati dan supaya elo tau betapa sulitnya nyari baju yang pas buat nge-date sama cowok." Karen mengunyah keripik kentang ayam panggang tersebut. Diandra hanya mencibir kesal. Apa salahnya sih dengan gaya nya? Gaya nya yang lebih suka pake jeans robek dan hanya dengan kaos oblong polos atau yang bertuliskan. Sepatu converse udah jadi favoritnya.
"Pasti nanti kalo lo punya cowok gaya lo berubah seratus persen...ya ga seratus sih paling sembilan puluh lima persen gaya lo berubah jadi lebih cewek." Karen menepuk punggu Diandra agak keras hingga perempuan yang sedang menyetir itu hampir kehilangan kendali setir.
"Aduh, Ren, bego lo. Kalo kita berdua metong bersama disini gimana!" Diandra kembali memusatkan perhatiannya ke arah jalan.
"Kalo emang itu cowok beneran sayang tulus sama gue, gue ga harus berubah jadi girly gitu kale."
"Enggak mungkin, pasti lo bakal berubah deh kayak gue nih contohnya. Jadi lebih cewek."
"Oh shut up you. Ganggu konsentrasi gue nyetir."
"Yaudah kalo ga percaya, mending gue bobo."
"Iyalah, bobo sana, diem aja udeh." Diandra melempar jaket yang ada di mobilnya ke arah Karen yang langsung menangkap jaket itu untuk menghangatkan tubuhnya. Diandra tetap mengunci matanya ke arah jalanan tol. Diandra melirik sekilas ke arah Karen yang sudah tertidur lelap dengan jaket.
Coba lo tau ya kesalahan yang udah gue lakuin saat gue masih di smp sama seorang cowok. Gara-gara cowok itu, gue memilih buat bergaya kayak gini biar semua cowok ga usah deket deket gua.
Diandra membatin di dalam hati nya sambil menghela nafas panjang.

KAMU SEDANG MEMBACA
aldiandra
Fiksi RemajaAldiriyan Ahmad Santoso bertemu Diandra Alfajar. Kedua nya jatuh ke dalam lubang yang biasa kita kenal dengan cinta. Namun, apa jadinya jika salah satu diantara mereka ada yang mengelak akan datangnya perasaan itu?