29 August 2016
05.00 amGerald sedang menelfon Aldi di dekat kolam renang rumah nya, Diandra mengawasi abang nya itu dengan berhati-hati, telinga nya ia pasang baik-baik agar tidak ketahuan bahwa dia sedang mendengarkan pembicaraan Gerald dan Aldi.
"Jadi lu enggak bisa, Di?"
"Sorry ya bro, nyokap gua mau check up ke rumah sakit gua harus nemenin."
Terdengar suara Aldi dari arah handphone Gerald. Diandra mendengarkan suara laki-laki itu dengan penuh konsentrasi, mendengarkan setiap detail kata-kata yang ia ucapkan.
"Seriusan enggak bisa?"
"Iya, enggak."
Kata-kata yang ia sampaikan kepada Gerald sangat singkat seperti ingin cepat-cepat menyelesaikan percakapannya dengan Gerald dan mematikan handphone nya.
"Ooh yaudah, cepet sembuh buat nyokap lu."
Tidak ada balasan lagi dari Aldi. Setelah Gerald mendoakan Tessa, Aldi langsung menutup telefonnya. "Dra, gua tau dari tadi lu dengerin pembicaraan gua sama Aldi di telefon," ujar Gerald kemudian membalikkan badannya dan melihat adiknya sedang menunggu nya di ruang makan.
"Lu nguping?"
Diandra terkekeh mendengar pertanyaan Gerald. Perempuan itu menggaruk-garuk kepala nya yang tidak gatal kemudian memganggukkan kepala nya sambil mengigit bibirnya yang telah ia poles dengan sedikit lipice. Gerald tersenyum sambil mengelus-elus kepala Diandra.
"Ngapain sih lo!" Diandra memiringkan kepala nya menjatuhkan tangan Gerald dari atas kepala nya.
"Wow wow, santai dong gua abang lu ini,"
Diandra mengerutkan dahinya tidak peduli dan kembali masuk ke dalam rumah.
"Abaang! Diandra! Udah siap belum? Ayo kita berangkat sekarang, pesawat akan take-off jam sembilan." Perintah wanita yang menggunakan kaus dalaman hitam dan juga baju luar nya ia mengenakan blazer merah marun.
"Iya ma!"
"Iya mamih!"
Kedua anak nya, Gerald dan Diandra berjalan cepat mengambil tas, koper, dan semua keperluan mereka yang telah mereka kemas dan akan dibawa pindah ke Australia.
Diandra, Gerald, dan Vera telah sepakat akan berubah tempat tinggal ke Australia. Rumah mereka sudah kosong karena lemari, laci, meja makan, sofa, tempat tidur, dan semua barang-barang mereka telah dipindahkan terlebih dahulu ke rumah baru mereka di Australia. Diandra menatap keadaan rumah nya yang sudah kosong dan hanya tersisa lantai, atap, dan dinding. Diandra berjalan pergi menutup pintu rumah nya kemudian mengecek barang-barangnya kembali lagi.
Karen :
I'LL MISS YOU DARL! PLEASE CALL ME EVERYDAY EVERYWEEK EVERYTIME EVERYHOUR OMG I SOUND LIKE UR BF AHAHA BUT PLEASE DO THAT CUZ I'LL MISS YA SO DAMN FCKNG MUCH! Gue bakal sering-sering ke Australia kok!! Well, enggak sering banget tapi pasti gue nengokkin lo! SEMOGA DISANA LO DAPAT COWOK YANG BAIK DAN CHARMING SO BISA MEMPERBAIKI KETURUNAN YA! AND IM REALLY SORRY GA BISA NGANTER ELO KARENA GUE LAGI DI SINGAPORE KARENA LO TAU KAN KENAPA KEMAREN GUE UDAH BILANG KE LO NYOKAP GUA SAKIT:(Diandra tersenyum membaca pesan line Karen kemudian membalas pesannya.
"Dra, ayo masuk." Gerald mengayunkan tangannya ke arah Diandra kemudian perempuan itu berlari kecil masuk ke dalam taksi yang telah Vera pesan tadi pagi bersama tiga anggota keluarga nya.
1 hour and a half later
Diandra menurunkan barang-barang bawaannya perlahan-lahan dari dalam taksi.
"Makasih ya pak,"
"Iya neng sama-sama." Supir taksi itu tersenyum kemudian masuk ke dalam taksi nya dan berlalu pergi meninggalkan Diandra dan keluarga nya di bandara.
Vera, Gerald, dan Diandra hendak masuk ke dalam bandara namun seseorang menghentikan langkah mereka. Laki-laki itu berdiri dengan senyum kecil menghiasi bibirnya. Penampilannya bisa terbilang lebih rapi daripada penampilan biasanya. Kemeja kotak-kotak biru gelap dan didalamnya terdapat t-shirt hitam biasanya dia hanya menggunakan t-shirt santai. Di sebelahnya berdiri laki-laki dengan penampilannya yang lebih rapi dan lebih tua, laki-laki itu membawa tas plastik yang berisi kotak dengan bungkusan warna-warni, seperti nya kado.
"Halo, Vera." Gibran tersenyum lebar ke arah Vera yang sedikit kaget melihat kedatangan mantan suami nya itu.
"Gibran?" Vera tersenyum senang melihat Gibran. Vera memang telah memberi kabar kepada Gibran bahwa mereka semua akan berangkat ke Australia hari ini.
"Oh ya, tadi papa bertemu sama Aldi di parkiran katanya dia juga mau ketemu sama kalian semua dulu sebelum kalian berangkat ke Aussie." Gibran tersenyum sambil menengokkan kepalanya ke arah Aldi.
"Iya tan, ge, dra, gua mau ketemu kalian semua dulu," Aldi tersenyum memamerkan gigi nya.
Diandra masih membulatkan mata nya dari awal ia melihat laki-laki berkemeja kotak-kotak itu. Diandra memberikan Aldi senyum termanis nya sebisa mungkin walaupun tidak ikhlas memberikan senyum itu.
Gibran menyalami ketiga orang yang akan berpindah rumah itu dan memberikan masing-masing ketiganya kado yang selama ia bawa. Vera kotak dengan bungkus bunga anggrek, Gerald kotak dengan bungkus berwarna biru polos, dan Diandra dengan kotak berbungkus hijau laut. Diandra memeluk Gibran dengan sangat erat kemudian terdengarlah bisikan pelan di telinga Diandra.
"Jaga diri kamu ya, sayang. Jangan mudah berpikiran negatif." Gibran seakan mengingatkan Diandra tentang masa lalu nya. Diandra tersenyum kemudian membalas bisikan ayahnya.
"I love you, papa."
"I love you too dude." Kemudian ayahnya tertawa dan Diandra juga membalas nya dengan tawa.
"Dra," Aldi memegang tangan Diandra kemudian menariknya pelan mendekatnya. Diandra hendak melepaskan tangannya dari genggaman Aldi tapi seperti kejadian waktu itu, Aldi tetap menggenggamnya namun sekarang lebih keras dan lebih kencang.
"I made something for you."
"Apaan?"
Aldi mengeluarkan kotak kecil dari saku celana nya kemudian memberikannya kepada Diandra.
"Dibuka nya pas lu sampai Australia aja."
"Oke." Diandra tersenyum kecil ke arah Aldi. "Thanks."
Diandra berjalan menyusul Gerald dan Vera yang berjalan masuk ke dalam bandara. Diandra menatap sekali lagi ke arah Aldi yang berdiri dengan senyum mengembang di wajahnya dan Diandra langsung membalas senyum itu dengan lebar dan kali ini adalah senyum yang ikhlas.
![](https://img.wattpad.com/cover/85342118-288-k613566.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
aldiandra
Teen FictionAldiriyan Ahmad Santoso bertemu Diandra Alfajar. Kedua nya jatuh ke dalam lubang yang biasa kita kenal dengan cinta. Namun, apa jadinya jika salah satu diantara mereka ada yang mengelak akan datangnya perasaan itu?