13 February 2016
05.00 pm"Lo yakin enggak mau ngirim apa-apa buat besok?" Karen melirik ke arah gue yang masih sibuk dengan tugas karikatur pendidikan kewarganegaraan. Gue seneng banget gambar-gambar kayak gini. Deadline tugas karikatur ini masih minggu depan, tapi gue harus wajib ngerjain tugas ini sekarang dan minimal udah selesai hari Jumat. Bukan karena gue anak ambis, tapi karena sebanyak dua puluh orang meminta gue untuk 'membantu' mereka dalam mengerjakan tugas karikatur ini, dan gue dibayar dengan harga empat puluh lima ribu, its crazy right? yeah, termasuk bocah yang sekarang lagi ngeliatin gue disebelah kanan, iya, Karen, dia juga meminta gue untuk 'membantu' dia. Ngerti kan maksud 'membantu' tuh apa? Yap, joki.
"Entar gue aja yang bantuin warnain, you know i like playing with colour." Karen menawari bantuan nya. Tentu saja gue bilang iya, bayangin aja gue harus mengerjakan semua jokian yang segini banyaknya. Kalau gue jagonya gambar nah si Karen jago banget nge-blend warna jadi nyatu. See? We complete each other, aw. Lebay ya.
"Yaudah nih udah selesai lima orang, warnain gih." Sangking stress nya, gue agak melempar map yang berisi kertas-kertas gambar ke arah Karen yang berada di samping gue. Karen mengambilnya dan beralih ke atas tempat tidur gue.
"Sumpah gue kesel banget, kimia kenapa ulangan terus sih? Barusan kemaren ulangan, fisika juga ulangan hari kamis. Oh my god please, gue cape gue............." Sambil menggerakkan pensil warna nya di atas gambar karikatur, Karen nyerocos tiada henti. Gue cuma bisa "hm-hm" in dia dari bawah lantai. Tiba-tiba Gerald mendobrak pintu kamar gue. I hate my brother when he does that.
"Kenapa sih ga di ketok aja pint...."
"Saahhshshshsh!!!" Gerald memerintahkan gue untuk diam. Gue langsung menutup mulut gue dan memasang wajah jutek plus sinis. Kesel abisnya. Karen menatap kami berdua, wajahnya mengartikan kalau dia sedang bingung. Sama Ren, gue juga.
"Jangan bilang elo yang ngisi acara pentas seni gua di hotel au lupa gua..."
"Hotel Metropolitan." Gue dan Karen bersamaan menyebutkan nama hotel tempat acara digelar.
"I..ya, dan lo ngisi acara sama Aldi? Nyanyi? Duet? Berdua? Di panggung??!"
Gue menaikkan bahu sambil nyengir asal. Gerald masih dengan alis naik dan mulut terbuka lebar. Kenapa malah jadi dia yang panik? Harusnya kan gue yang panik, gue aja biasa aja. Eh, panik sih, cuman udah biasa aja sekarang.
"Biasa aja dong mukanya," Karen menyaut dari atas tempat tidur. Matanya yang tadi memperhatikan kami berdua kini sudah fokus lagi mewarnai karikatur.
"Gimana gua bisa biasa aja, adek gua duet sama manusia kayak dia,"
"Siapa? Aldi?"
"Iyalah Aldi siapa lagi." Gerald mendengus kesal.
"I thought you two are best friend," gue mengerutkan kening. Bingung banget, mereka berdua kan temen deket, masa gue enggak dibolehin duet sama sahabatnya? And its only a duet.
"Ehm..iya gua sama dia deket, cuman..." Gerald menggaruk-garuk leher nya, bingung ini mengatakan apa.
"Yaudahlah santai aja, gue cuma duet doang sama dia."
"Iya bang Gerald," Karen bergumam pelan. Walaupun bagi dia pelan, kita semua dapat mendengar gumamannya. Gerald masih dengan tatapan yang sama.
"Oke, tapi awas aja ya kalo lu berdua malah jadi cinlok gara-gara sering latihan nyanyi bareng kayak sinetron-sinetron atau ftv kesukaan mama." Ancam Gerald. Abang gue akhirnya keluar dari kamar dengan sedikit membanting pintu kamar gue.
Setelah terjadi keributan enggak jelas di kamar gue, nyokap tiba-tiba nelfon. Gue sebenernya pengen banget balik lagi ke Bandung sama bokap, nyokap kerja tiada henti lagian, malesin banget kan. Tapi ya yaudah mau gimana lagi? Lagian nyokap kerja juga buat gue dan dia juga masih care and also masih memberi gue sama Gerald makanan dan kebutuhan kita. Sekarang aja nyokap gue nelfon buat nyelametin gue karena dapat menyumbangkan suara gue buat pentas seni Gerald. Pasti abang gue rese, nelfon-nelfon nyokap cuma buat kabarin nyokap kalo gue duet. Belom lagi kalau Gerald bikin kabar 'duet dengan Aldi' gue jadi drama. You know like di lebay-lebay in.
"Iya ma iya, nanti kita shopping. Oh iya? Iya udah dah ma, terserah mama mau beliin langsung di spore atau nanti di sini aja beli nya.." Mama masih nyerocos tentang baju yang bakal gue pake buat acara pentas seni itu. Haduh. Akhirnya selesai juga pembicaraan gue dengan nyokap di telefon.
"Dra, gue boleh nanya enggak sama lo?" Karen mengalihkan padangannya dari gambar karikatur ke arah gue. Gue menaikkan satu alis, itu tandanya 'iya lo boleh nanya'.
"Kok lo kayak enggak suka banget sama Aldi?"
Deg. Kenapa lo nanya kayak gitu ke gue woi. Tiba-tiba nanya kayak gitu.
"Why do you ask?" Mata gue enggak berani natap wajah Karen yang datar. Mata gue masih terkunci pada kertas dengan gambar karikatur. "Ya enggak apa-apa sih. Sebenernya gue bingung aja, di saat cewek-cewek seneng setengah mati di-pdkt-in Aldi elo malah kayak jijik atau kesel gitu."
"Aldi emang baik sih. Eh tunggu, emang dia nge-pdkt-in gue?" Gue menunjuk diri gue sendiri. Seriously, gue bukan tipe cewek yang cocok buat dijadiin pacar kayaknya deh. Jadi otomatis gue bukan tipe cewek yang tepat untuk dijadikan target pdkt seorang cowok.
"Lo enggak liat gerak-gerik dia? Tingkah dia?"
"Ya menurut gue tingkah dia sama aja."
"Sama aja gimana?"
"Ya sama aja. Kalo ke cewek-cewek lain juga kayak gitu. Kayak tingkah dia ke gue."
Karen menggeleng-geleng kan kepala nya sambil meneguk minuman kaleng.
"No honey, gue yakin dia lagi ngebuat elo sebagai target nya."
"Enggak. Dan stop bilang kalau gue adalah 'target' dia karena itu membuat telinga gue jijik dan geli." Gue bergidik jijik mendengar kata bahawa gue adalah 'target' Aldi.
"Kenapa lo tiba-tiba nanya gitu?" Mood gue seketika turun delapan puluh persen.
"Ya enggak apa-apa."
Gue tahu dia lagi mencoba berbohong sama gue.
"Fine. Aldi barusan nge-line gue. Dia nanya-nanya tentang lo terus daritadi,"
"Dan dia juga nanya 'Diandra sewot terus kayaknya ya kalo sama gua'."
Gue terdiam. Mungkin ini saat yang tepat untuk memberitahu apa yang harus lo ketahui, Karen.
-----------------------------------------------------------
Hai semuanya!!!!!!! Sorry for the late update :(! Gue terlalu banyak tugas dan ulangan i cry!!!!!! Tapi karena sebentar lagi mau liburan semester sooo gue pasti bakal lebih banyak nge-update chapter2 berikutnya okey?!?!? Keep reading and voting ♡♡♡♡♡♡

KAMU SEDANG MEMBACA
aldiandra
Teen FictionAldiriyan Ahmad Santoso bertemu Diandra Alfajar. Kedua nya jatuh ke dalam lubang yang biasa kita kenal dengan cinta. Namun, apa jadinya jika salah satu diantara mereka ada yang mengelak akan datangnya perasaan itu?