5 Januari 2016
09.00 amDari awal perempuan itu masuk, Aldi sudah penasaran dengan dia. Siapa dia? Anak baru? Dari mana? Dari jam pelajaran pertama hingga bel istirahat pertama ini, matanya sesekali melirik ke seberang kanannya. Ke tempat dimana perempuan itu duduk di bangku nya dan dengan tenang memperhatikan segaka hal yang dibicarakan oleh guru.
"Dra, lo mau dikelas aja atau ikut gue?"
"Di kelas aja, ngapain gue jadi nyamuk lo?" Diandra menaikkan satu alisnya sambil mengambil sketch book dari dalam tas nya. Karen berjalan menuju keluar kelas untuk makan bersama dengan Bastian. Aldi dengan santainya berjalan menuju bangku di dekat Diandra dan duduk di sampingnya.
"Pindahan dari mana lo?" Aldi membuka keheningan diantara mereka berdua.
Diandra melirik ke arah Aldi. Mata kedua nya bertemu. Aldi merasakan sesuatu yang sangat...awkward.
Duh nih cewek kenapa jadi ngeliatin gua gini? Salah ya gua nanya gini? Eh kok gua grogi gini?
Et si tai nih cowok ngapain sih sok kenal banget sama gua.
"Gue? Dari Bandung."
"Tunggu dah," Aldi mengeluarkan hp dari saku celana seragamnya dan menunjukkan foto Gerald.
"Lo kenal dia ga?"
Diandra mendengus agak kesal. Dirinya paling tidak suka jika ada seseorang yang menganggu nya saat dia sedang mengerjakan sesuatu yang dia sukai, contohnya sketching. Namun seketika mata nya agak membulat menjadi lebih besar daripada ukuran mata biasanya. Seulas senyum menghiasi wajahnya. Kemudian Diandra tertawa pelan.
"Itu abang gue," ujarnya diikuti suara gelak tawa. Diandra tidak dapat menahan tawanya ketika melihat foto Gerald. Aib maksimal. Aldi menunjukkan foto Gerald hanya mengenakan boxer nya, tidur di tempat tidur dengan mulut ternganga. Bahkan ada air liur yang mau keluar dari mulutnya. Diandra tertawa sampai terselak. Aldi ikut tertawa melihat Diandra yang akhirnya malah terbatuk-batuk.
"Demi apa ini abang lo?"
"Iya anjir. Si bego, tolol, goblok, yaAllah itu bocah ngapain dah anjir ngakak ampe kiamat nih gua liatnya!" Diandra merebut hp Aldi dari genggaman tangan Aldi dan kembali tertawa ngakak melihat foto abangnya.
Diandra akhirnya dapat mendiamkan dirinya kembali. Tangannya terulur pelan, mengembalikan hp Aldi.
"Ohya, nama lo siapa?" Diandra mengambil botol minumnya. Dia kelelahan setelah menertawai foto aib abangnya.
"Gua Aldi." Aldi memberikan senyum tertampannya yang bisa bikin semua perempuan roboh di hadapannya. Biasanya sih gitu. Tapi kenapa Diandra malah hanya menganggukkan kepala nya dan kembali fokus pada sketchbook nya ya? Bahkan selama lima menit Diandra tidak mengajak ngobrol Aldi kembali. Padahal, mungkin, kalau perempuan lain yang diginiin sama Aldi, udah kelepek-kelepek, udah baper tingkat dewa.
Aldi menggaruk-garuk kepala nya yang tidak gatal sambil memainkan hp nya. Merasa canggung kembali.
"Eh, uhm, gue mau ke kantin nih, mau ikut ga?" Aldi menawarkan ajakannya ke kantin.
Diandra memangku dagu nya di telapak tangan. Seperti sedang berpikir.
"Enggak deh, udah mau masuk."
"Oh, ehm, okee." Aldi menggaruk bagian belakang lehernya dan segera berjalan ke arah kantin. Satu hal yang harus dia lakukan sekarang adalah:
Mencari Geraldo Alfajar.
Sesampainya di kantin, Aldi menyapu matanya, melihat sekeliling dengan penuh ketelitian. Mencari batang hidung Gerald dari sekian banyak wajah manusia di kantin kusbang.
"Nah itu! YAAAAKKHHH!!"
Suara Gerald yang sedang berkumpul bersama segerombolan kelas dua belas lainnya menggelegar di kantin. Aldi berjalan santai ke arah kerumunan kelas dua belas itu. Satu per satu laki-laki di sekitar situ menyapa Aldi dan mengajaknya tos. Ala-ala anak tongkrongan gitu lah ya.
"Eh, Ge, sini dah."
"Kenapa, Al?"
"Kok lu enggak ngasih tau kalo sodara lu bakal sekolah disini juga?"
"Lah si kocak? Waktu di rumah Syahza gua kasih tau yaa." Gerald mengerutkan alisnya bingung.
"Lah iya apa?"
"Lah iya bego. Lu kebanyakan minum wine kali waktu itu."
"Iya kali ya? Oh ya,"
"Apa lagi nih?"
"Kok lu ga bilang juga sih ke gua, kalo itu cewek, sodara lu, adek lu, itu, cakep?"
"Wah lu kagak tau aja sifatnya dia gimana. Buset."
"Kenapa?"
"Cuek banget boyy. Kayak cowok banget, asli. Dulu sih enggak kayak gini, tapi gatau semenjak apa dia jadi berubah banget. Sampe-sampe gua kira dia dua kelamin anjeng," Gerald tertawa ngakak.
"Buset buset. Tapi kagak lesbi kan?"
"Yah kaga."
"Bisa dong gua deketin? Cewek mah pada gampang gua deketin. Lu tau kan mantan gua berapa banyak?"
"Coba aja,"
"Iya, jadi sob."
"Tapi,"
Aldi mengerutkan alisnya, menuggu kelanjutan omongan Gerald.
"Jangan nyesel aja, gua cuma ngingetin."

KAMU SEDANG MEMBACA
aldiandra
Teen FictionAldiriyan Ahmad Santoso bertemu Diandra Alfajar. Kedua nya jatuh ke dalam lubang yang biasa kita kenal dengan cinta. Namun, apa jadinya jika salah satu diantara mereka ada yang mengelak akan datangnya perasaan itu?