9

2.5K 136 0
                                    

8 February 2016
11.30 am.

Diandra melangkahkan kaki nya menuju ruang musik. Bu Dewi, guru paling muda dan tercantik di sekolahnya yang merupakan guru musik nya, meminta Diandra untuk mengambilkan gitar yang baru dibeli oleh sekolah. Hari ini Diandra dan teman-teman sekelasnya akan memainkan beberapa lagu pop untuk hari ini. Tumben banget lagu pop, biasanya Bu Dewi meminta Diandra dan teman-teman untuk memainkan lagu klasik.

Tidak terasa sudah bulan Februari. Orang bilang, Februari merupakan bulan penuh kasih sayang. Ya, benar sekali, valentine's day. Tradisi osis sma kusbang adalah, menggelar secret day, dimana semua murid-murid sma kusbang dapat memberikan sebuah hadiah kepada orang-orang yang mereka suka atau yang mereka idolakan seperti kakak kelas atau adek kelas. Bahkan murid-murid dapat memberi hadiahnya kepada guru favorit mereka atau penjaga sekolah yang baik. Hadiahnya dapat berupa sepucuk surat, cokelat, makanan, apapun asalkan tidak berbahaya. Lucu nya lagi, semua anggota osis sma kusbang akan berpakaian seperti cupid dengan sayap di punggung mereka dan berjalan ke kelas-kelas mengirimkan surat atau hadiah cinta kepada orang yang berhak mendapatkan itu semua. Diandra tidak berniat untuk mengirimkan apapun kepada siapapun. Dirinya tidak tertarik dengan kegiatan-kegiatan seperti itu.

"Dimana ya gitarnya?" Diandra menggaruk-garuk kepala nya yang tidak gatal. Mata cokelat tua nya dengan fokus menelusuri sekitar ruang musik kusbang itu. "Nah! Itu dia!" Tangannya dengan refleks menunjuk gitar yang disandarkan di tembok sudut ruangan. Ketika Diandra sedang berjalan menuju gitar itu, matanya malah teralihkan kepada piano hitam tua di tengah ruangan. Jemari tangannya seketika gatal ingin memainkan piano itu. Diandra hanya dapat memainkan beberapa lagu, memang dia berlatih memainkan lagu itu hanya untuk iseng doang. Dasar Diandra, bukannya mengambil gitar dirinya kini malah duduk di kursi piano dan mulai memainkannya dan juga mengeluarkan suara indahnya.

All those days watching from the windows
All those years outside looking in
All that time never even knowing
Just how blind I've been
Now I'm here blinking in the starlight
Now I'm here suddenly I see
Standing here it's all so clear
I'm where I'm meant to be

And at last I see the light
And it's like the fog has lifted
And at last I see the light
And it's like the sky is new
And it's warm and real and bright
And the world has somehow shifted
All at once everything looks different
Now that I see you

Suara agak berat muncul dari pintu ruang musik, mengagetkan Diandra. Namun perempuan itu masih memainkan irama musik dari tuts-tuts piano tua nya dan kemudian tersenyum ke arah sumber suara.

All those days chasing down a daydream
All those years living in a blur
All that time never truly seeing
Things, the way they were
Now she's here shining in the starlight
Now she's here suddenly I know
If she's here it's crystal clear
I'm where I'm meant to go

And at last I see the light

And it's like the fog has lifted

And at last I see the light

And it's like the sky is new

Kemudian kedua nya bernyanyi bersama.

And it's warm and real and bright
And the world has somehow shifted
All at once everything is different
Now that I see you

Now that I see you

Kedua nya kini saling bertatapan, tidak ada yang bersuara.

"How amazing! Both of you!" Bu Dewi bertepuk tangan. Kedua murid nya itu kaget bukan main mendengar suara dan tepuk tangan beliau.

"Eh bu, maaf bu, tadi saya emang mau ngambil gitar...Eh lo! Lo ngapain disini?!" Diandra menjadi salah tingkah dan membentak Aldi. Ya, cowok yang barusan melakukan duet bersama Diandra adalah Aldi.

Mulai lagi. Aldi menghapus senyum yang mengembang di wajahnya. Kini wajahnya terlihat kesal.

"Gua tadi disuruh Bu Dewi buat nyari lu, lu lama banget enggak balik-balik,"

"Iya, Diandra. Ibu nyuruh Aldi buat nyari kamu," Bu Dewi tersenyum. Yang diajak bicara hanya nyengar-nyengir enggak jelas. Wajah Bu Dewi seketika menjadi cerah, sepertinya dia mendapatkan sebuah ide. Ide yang sangat cemerlang.

"Kalian tahu kan, kalau kelas dua belas akan mengadakan sebuah pensi?"

Aldi dan Diandra saling memandang satu sama lain. Perasaan mereka menjadi tidak enak. Kedua nya mengangguk berbarengan.

"Nah, ibu mau kalian ngisi acara itu, dengan berduet lagi! Ibu suka banget sama suara kalian, nyatu, dan tercampur dengan sempurna banget suara kalian!" Bu Dewi tampak sangat berseri-seri senang.

Diandra mengerutkan keningnya. Oh Ya Allah, kenapa? Kenapa?!?

Oh shit, is this even real? Aldi membelalakan mata nya kaget.

"Mau enggak mau kalian harus mau lho ya," Bu Dewi tertawa cekikikan.

"Bu, pensi nya dimana?" Diandra mengacungkan tangannya untuk bertanya

"Di Hotel Metropolitan. Nanti ibu akan kasih tahu dress code dan lagu apa yang harus kalian nyanyikan, sekarang kita balik ke kelas ya, ayuk Diandra tolong bawa gitar nya nak," Bu Dewi segera bergegas kembali ke kelas mereka berdua.

"Dra,"

"Hm?" Diandra menengok ke arah Aldi dengan malas.

"We should kiss after we finish that song, what do you say?" Aldi tersenyum jail ke arah Diandra, laki-laki itu menaik-turunkan alisnya.

"In your dreams," Diandra berkacak pinggang kemudian memutar bola mata nya.

"Eeeh, jangan marah-marah terus sama gua dong, sini-sini Aldi bawain gitarnya," Aldi dengan cepat merebut gitar baru kusbang dari tangan Diandra. Diandra tertawa melihat tingkah gombal dan kocak laki-laki itu.

Dalam diri Diandra, Diandra tidak begitu menyukai laki-laki itu. Di dalam otaknya hanyalah suara-suara seperti: 'dia cowok bandel, nakal, tukang gombal, not good for you Diandra'.

Tetapi, Diandra tidak menyadari bahwa di dalam hati kecil nya yang paling dalam, sebibit cinta telah tertanam. Dan cepat atau lambat, bibit itu akan tumbuh menjadi besar.

aldiandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang