29 March 2016
16.00 pmMobil tercinta gua rusak karena ulah Aldo. Tapi santai aja, seenggaknya Aldo telah menyadari kesalahan yang telah dia buat dan tadi pagi dia sudah diperbolehkan dokter untuk pulang ke rumah. Gua berharap Aldo mau sekolah lagi dan, ya boleh lah jadi bandel tapi seenggaknya masih membatasi perilaku nya, enggak kayak dulu. Dengan dibantu montir-montir bengkel dekat perumahan gua, mobil gua akan menjadi cantik lagi.
"Mas ini rusak nya karena apa?" Tanya salah satu bapak-bapak yang bernama Rian. Tadi gua udah nanya nama-nama montir disini biar gampang manggilnya.
"Ehm, kecelakaan pak."
"Ooh, keras ya ketabraknya? Eh maksudnya kenceng ditabraknya?"
Waktu itu Aldo emang gila banget nyetirnya. Udah ketabrak mobil Aldo terus tiba-tiba nabrak pohon. Cakep.
"Ya lumayan, pak."
"Ini sih kenceng banget mas ketabraknya," celetuk mas-mas yang wajahnya lebih muda daripada Pak Rian, makanya gua panggil dia 'mas', yang barusan nyeletuk itu namanya Geri.
"Mas, itu ceweknya ya?" Tiba-tiba Mas Geri menunjuk ke arah luar bengkel. Gua menengok ke arah yang ditunjuk dan menyipitkan mata untuk melihat siapa yang datang.
Diandra.
Ngapain Diandra kesini? Dan tahu darimana kalau gua ada disini?
"Sebentar ya, mas. Saya tinggal dulu,"
"Oh iya mas udah santai aja pacaran aja dulu bebas kok disini,"
Geli denger nya, maksudnya 'bebas' apa coba? Gua cuma bales omongan Mas Geri dengan senyum getir. Gua berusaha bersikap tenang dan cool ketika berjalan ke Diandra, padahal di balik lapisan kain baju gua keringat dingin udah netes seember.
"Kenapa?"
Plak!
Bagus banget, baru nanya dengan satu kata malah dijawab dengan tamparan hangat di pipi.
"Ngapain sih lo ke rumah bokap gue di Bandung?! Maksud lo apa nyari tahu urusan orang kayak gitu?!" Mata Diandra melotot dan seperti ada api nya di kedua bola mata cewek itu. Kalau ini film anime, di belakang tubuh Diandra bakal ada api besar membara dan tubuh gua mengecil sedangkan tubuh Diandra jadi besar kayak monster.
"Gua.."
"Lo apa?" Tanya Diandra suaranya kini menjadi rendah dan tertahan. Gua rasa cewek itu menahan air mata.
"Diandra," gua enggak tahu apa yang gua lakukan sekarang, gua memegang erat tangan Diandra cewek itu ingin menarik kedua tangannya kembali dari genggaman gua, tapi gua menahan dia.
"Diandra, stop berpikiran negatif, Aldo enggak pernah berbuat hal-hal yang telah kamu bilang ke aku waktu itu, kamu mengalami depresi karena perceraian orang tua kamu, kamu terlalu berpikir tentang banyak hal, kamu terlalu menyalahkan diri kamu sendiri," gua enggak tahu juga kenaoa gua tiba-tiba menggunakan kata 'aku' dan 'kamu'. Gua udah gila kayaknya, siap-siap aja dapat tamparan lagi dari Diandra.
Diandra menangis, kedua tangannya berhasil terlepas dari genggaman tangan gua. Cewek itu menangis. Diandra menangis. Kedua tangannya ia jadikan pemangku wajah nya untuk menutupi air mata yang keluar dari matanya.
"Lain kali, enggak usah cari tahu urusan orang. Urusin aja diri lo sendiri. Sekarang tinggalin gue, tinggalin Gerald, tinggalin kita berdua, enggak usah ada lagi di kehidupan kita, lo sama aja kayak Aldo!" Diandra mengusap kedua air mata nya kemudian berjalan cepat menuju mobilnya dan mengemudikan mobil itu menjauhi bengkel.
-----------------------------------------------------------
Sampai disini gimana ceritanya? Maaf ya kalo kurang seru, i'll try my best guyyss😆😆! Kepo enggak nih gimana kelanjutan love story mereka? Ahahaha. Jangan lupa vote dan comment ya! Vote dan comment kalian sangat amat berarti okaayy😂😆😆!!
KAMU SEDANG MEMBACA
aldiandra
Fiksi RemajaAldiriyan Ahmad Santoso bertemu Diandra Alfajar. Kedua nya jatuh ke dalam lubang yang biasa kita kenal dengan cinta. Namun, apa jadinya jika salah satu diantara mereka ada yang mengelak akan datangnya perasaan itu?