Oppa?

6.2K 666 16
                                    

Kini Yoora sudah kembali kekelasnya padahal ia belum pulih benar. Ia juga harus adu mulut sebentar dengan guru Jang sebelum ia diperbolehkan masuk kedalam kelasnya kembali. Kedatangan Yoora membuat Hyejin, Hyunji dan Raemi terkejut bukan main. Bahkan mereka melontarkan protes pada Yoora dan memintanya kembali ke ruang kesehatan atau pulang.

Tapi bukan Yoora namanya jika tidak bisa menolak semua perkataan sahabatnya. Dan sekarang adalah mata pelajaran matematika, Yoora telah siap dikursinya dengan buku yang sudah terbuka dihadapannya. Guru Kim sudah memasuki kelas dengan beberapa tumpukan buku ditangannya.

"Ketua kelas! Kumpulkan tugas minggu lalu." mata guru Kim melihat keseluruh siswanya yang sudah berada dikursinya masing-masing dan tatapannya berhenti pada Yoora yang hanya diam sedari tadi.

"Kenapa kau disini? Wajahmu masih sangat pucat Yoora. Lebih baik kau kembali keruang kesehatan." Yoora menggeleng kuat. Ia juga mengatakan bahwa keadaannya baik-baik saja sekarang jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Yoora pun mengikuti pelajaran seperti biasanya tanpa ada kendala sama sekali. Walaupun ia sedang sakit ia tidak mau tertinggal pelajaran. Ia merasa risih saat sesekali ketiga sahabatnya terus memastikan keadaannya baik-baik saja atau tidak.

"Haatchim." seisi kelas langsung menoleh kearah Yoora yang tengah menutup menutup mulut menggunakan kedua tangannya. Ia menggerutu pelan. Ia bersin disaat yang tidak tepat.

"Siapa yang bisa mengerjakan soal nomor tiga?" dengan cepat Yoora mengangkat tangannya. Setelah mendapat anggukan dari guru Kim ia langsung mencoba untuk berdiri. Dan sialnya rasa pusing itu kembali menyerangnya.

"Yoora tidak usah. Biarkan yang lain mengerjakan soal itu." gadis itu hanya bisa mengangguk dengan pasrah. Ia kembali menjatuhkan bokongnya diatas kursinya. Bibir mungil gadis itu tak henti-hentinya menggerutu.

****

Bel sudah berbunyi dari lima menit yang lalu. Dan kini Yoora sedang melangkahkan kakinya menuju rooftop sekolahnya. Ia butuh udara segar sekarang. Tak butuh waktu yang lama untuk sampai dilantai paling atas sekolahnya itu.

Ia memilih untuk mendudukkan dirinya diatas bangku panjang yang sengaja diletakkan disana. Udara disini cukup dingin tapi untunglah ia dapat melawan rasa dingin itu karena ia tak lupa untuk membawa jaketnya. Rasa kantuk tiba-tiba saja menyerang gadis cantik itu. Ia merebahkan tubuhnya diatas kursi yang hanya cukup untuk tubuh mungilnya saja.

Sudah tiga puluh menit Yoora masuk kedalam mimpinya hingga ia tak sadar kalau bel masuk sudah berbunyi. Bahkan ia juga tak sadar dengan kehadiran seorang pria disana. Pria itu mengangkat kepala Yoora dan menjadikan kedua pahanya menjadi bantal empuk untuk gadis itu. Pria itu adalah Jungkook.

Entah apa yang membawa pria itu datang kemari. Kini mata Jungkook menatap gadis yang tidur dipangkuannya itu dengan tatapan sendu. Ada perasaan sedih yang menyeruak dari diri pria itu. Ia memberanikan diri untuk mengelus kepala gadis itu dengan penuh kasih sayang.

Merasa udara yang semakin dingin disini ia langsung membuka jaketnya dan menutupi tubuh mungil gadis itu menggunakan jaket tebalnya. Jungkook mendekatkan wajahnya kearah Yoora dan mengecup pelan bibir pucat gadis itu dengan dalam. Jungkook dapat merasakan panas dibibir gadis itu.

Cukup lama bibir mereka saling bertemu hingga akhirnya Jungkook menjauhkan wajahnya dari Yoora. Hal tadi membuat Yoora menggeliat sebentar.

"Aku merindukanmu." jika saja bisa ia sangat ingin memeluk gadis itu sekarang. Tapi sepertinya itu tak akan pernah terjadi lagi. Ia tak akan pernah mendapatkan pelukan hangat itu setalah apa yang telah dilakukannya terhadap gadis itu dua tahun yang lalu.

ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang