Bad Boy

11K 1.1K 60
                                    


"Itu... Aku yang membuatnya sendiri." Jungkook memiringkan kepalanya sedikit dan ia melirik sekilas kearah Yoora yang masih berada disana.
"Kim Haneul-ssi." orang yang dipanggil pun mendongak seraya menampakkan deretan giginya yang rapi itu.
"Apa kau menyukaiku?" Haneul mengerjap cepat saat mendengar pertanyaan itu, gadis itu pun langsung mengangguk dengan antusias.

"Sepertinya kau harus mulai berhenti menyukaiku sekarang." tidak hanya Haneul, Yoora yang masih ditempatnya pun ikut-ikutan mengernyit keheranan dibuat Jungkook.
"Wae?" tanyanya dengan pelan.
"Perlu kau ketahui kau itu bukan tipeku dan lagi, aku tidak suka dengan gadis yang berdandan terlalu berlebihan seperti ini." kedua mata Yoora membulat seketika. (kenapa?)

Tapi berbeda dengan Haneul, pelupuk matanya telah dibanjiri oleh cairan bening yang siap meluncur kapan pun ia mengedipkan kedua matanya. Ini pertama kali ia melihat sosok Kim Haneul ditolak oleh seorang pria. Kim Haneul juga termasuk kedalam list wanita idaman disekolah ini. Tapi ia masih tidak bisa menandibgi kecantikannya Yoora sehingga ia selalu berada diposisi kedua.

"Sudahlah, jangan menangis. Nanti make upmu luntur." mendengar perkataan itu Haneul langsung berlari entah kemana. Yoora dapat melihat dengan jelas air mata yang membasahi wajah musuhnya itu.

'Pria ini benar-benar! Apa tidak kalimat yang lebih halus untuk menolak seorang gadis huh?' Yoora mendengus sebal melihat kearah Jungkook yang masih berdiri dengan tampang sok coolnya itu.

Jungkook yang sekarang sangat berbeda dengan sosok Jeon Jungkook yang dulu dikenalnya. Ia berubah menjadi pria yang amat sangat menyebalkan menurutnya. Harus diakui memang bahwa ketenaran pria itu tak luntur sama sekali.

Masih saja sama seperti dulu. Hanya saja dulu Jungkook tak begitu perduli dengan wanita-wanita yang begitu tergila-gila padanya. Karena saat itu ada seorang wanita yang lebih berarti dikehidupannya.

Kini pandangan mata keduanya saling beradu. Dengan sigap Yoora mengalihkan pandangannya kearah lain. Kini di lorong itu hanya ada dirinya dan juga Jungkook yang masih terus melihat kearahnya.
"Ini untukmu." Yoora tersentak karena tiba-tiba saja Jungkook telah berdiri tepat di hadapannya.

Ia meletakkan kotak berwarna biru itu diatas tumpukan buku yang tengah di dipegang oleh Yoora.
"Ini kesukaanmu kan?" bahkan Jungkook harus membungkukkan badannya untuk mensejajarkan wajahnya tepat di depan wajah Yoora.

Desiran hebat itu kembali menghampirinya tatkala Jungkook mengacak gemas pucuk kepalanya. Kini ia memerah, kedua pipinya juga memanas seketika. Setelah itu Yoora memilih pergi sebelum ia melakukan hal-hal aneh didepan pria ini. Bukannya pergi ke taman belakang melainkan kaki kecilnya membawanya kembali kekelas. Jungkook hanya dapat tersenyum melihat Yoora yang berjalan cepat tidak bahkan ia hampir berlari untuk segera pergi dari sana.

****

Suatu keajaiban bagi Yoora karena ia dapat belajar dengan tenang didalam kelasnya. Karena disana tak ada ketiga sahabatnya yang biasanya akan merecokinya ketika ia sedang belajar. Mata bulatnya membaca satu persatu soal dengan amat teliti. Tak lupa ia menuliskan beberapa rumus disebuah buku tulis yang memang sudah disediakannya.

Alisnya berkerut saat melihat salah satu soal yang menurutnya sangat sulit untuk dipecahkan.
"Asshh... Yang ini bagaimana?" ia kembali membuka semua buku yang diberikan guru Kim tadi untuk mencari jawabannya. Dapat! Ia kembali menulis beberapa rumus yang ada didalam buku itu.
"Selesai!" pekiknya seraya menutup buku-buku tebal itu.

Ia melihat keselilingnya. Kosong. Tidak ada orang selain dirinya disana. Ia melirik sebentar kearah jam tangannya. Apa ini? Bukankah seharusnya bel sudah berbunyi lima belas menit yang lalu? Tapi dimana mereka?
"Ah.. Aku ingat sekarang." ia bergegas bangkit dan pergi meninggalkan kelasnya.

ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang