Confession

5.7K 586 18
                                    

"Kau..."

"Sudahlah, kau hanya membuang-buang waktuku nona Kang." Jungkook benar-benar pergi dari sana. Ia sudah muak dengan apa yang dilakukan oleh Haneul. Kini hanya ada sosok Haneul yang tengah menangisi kepergian Jungkook.

Dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Jungkook barusan. Ia tidak menemukan sosok Jungkook teman masa kecilnya dulu. Pria kecil yang mengaku suka pada dirinya saat berada di sekolah dasar.

****

Sementara itu Yoora masih saja terus meronta seraya memukul punggung Mingyu menggunakan kepalan tangannya. Bagaimana tidak? Mingyu masih saja menggendong tubuhnya. Tatapan aneh orang-orang kini beralih kepada dua anak manusia ini.

"Oppa!" dan kepalan tangan itu kembali membentur punggung pria jakung itu. Dan langkah kaki Mingyu berhenti di dalam ruang ganti yang biasa digunakan oleh tim basket.

Pria itu langsung menurunkan Yoora lalu mengunci pintu ruangan itu. Mata Mingyu menatap lurus kearah Yoora yang tengah menunduk dalam. Ia tidak dalam keadaan baik sekarang, sekelebat bayangan Jungkook mencium gadis di gudang tadi masih mengahntuinya.

Mingyu merasa ada yang tidak beres disini. Ia pun memilih untuk duduk di sebelah Yoora yang masih saja kalut dalam pikirannya. "Yoora?" sang empu nama tak menoleh sedikitpun. Merasa kesal, Mingyu langsung menarik dagu gadis itu hingga kini kedua mata mereka saling bertemu.

Mingyu dapat melihat kesedihan yang terpancar dari kedua mata gadis itu. Yoora kembali menundukkan kepalanya. "Kau tahu, banyak gosip kalau ruangan ini angker. Jadi ini tempat yang tidak bagus jika kau ingin melamun." tubuh mungil Yoora langsung bergidik.

"Oppa!" sebuah pukulan kecil langsung mendarat di dada bidang pria itu. Yoora semakin mengikis jarak antara keduanya. Sepertinya ia mempercayai apa yang baru saja dikatakan oleh Mingyu tadi.

"Tunggu sebentar, ada sesuatu yang harus aku ambil di lokerku." Mingyu kemudian bangkit lalu berjalan menuju lokernya yang terdapat di deretan belakang. Tempat ini semakin terasa sunyi dan rasa takut Yoora semakin menjadi-jadi.

"BOOO."

"KYAAA..." Yoora hampir saja memukul wajah Mingyu saat ia menoleh kebelakang. Pria ini benar-benar mengerjai dirinya. Dan jadilah kini Yoora menangis.

"Ya, kenapa kau menangis. Aku hanya bercanda tadi." Yoora masih saja menangis, sesekali ia menggunakan punggung tangannya untuk menghapus jejak air mata yang meninggalkan bekas dikedua pipi putihnya.

"Kau jahat oppa." ia pun langsung bangkit dan berjalan kearah pintu dan berusaha untuk membukanya. Walau bagaimanapun caranya ia tak akan bisa membuka pintu tersebut karena Mingyu sudah menguncinya tadi.

"Oppa!" ia kembali menghampiri Mingyu untuk meminta benda yang ia butuhkan saat ini. "Aku tidak akan memberikannya padamu jika kau masih menangis." kesal? Tentu saja.

Jika saja memukul orang tidak meninggalkan bekas, maka ia sudah meninju wajah pria ini sedari tadi. Tak ada pilihan lain. Setelah mengahapus jejak air matanya dan juga berhenti menangis, ia langsung menjulurkan tangannya bermaksud meminta kunci.

Ia langsung merampas benda kecil itu sebelum Mingyu kembali mempermainkannya. Berhasil, ia berhasil keluar sekarang. Sebelum ia pergi, ia menyempatkan diri untuk mengejek pria itu dengan menjulurkan lidahnya.

Yoora tak tahu kalau Mingyu tengah tersenyum saat ini. Benar-benar menawan. Siapapun yang melihatnya pasti akan jatuh hati. Tapi tidak dengan Yoora yang sangat sulit untuk meluluhkan hatinya.

Saatnya kembali ke kelas. Kini ia tak perduli lagi dengan cemoohan orang-orang saat melihatnya. Ia tidak memiliki waktu untuk meladeni mereka semua. Ia hanya ingin kembali ke kelas dengan keadaan tenang.

ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang