Belakangan ini Jungkook suka menghabiskan waktunya dengan berada di pub. Apalagi yang dilakukannya selain menghabiskan beberapa botol wine dengan kadar alkohol yang cukup tinggi. Dan Taehyung, sudah lelah menasihati sepupunya itu.
Sama seperti hari ini, Jungkook kembali mengunjungi pub langganannya. Ia langsung memesan beberapa botol wine pada bartender yang duduk tak jauh dari tempatnya. Dan sudah biasa juga bagi Jungkook didatangi oleh beberapa orang gadis yang mengenakan gaun minim.
"Kau sendirian saja honey?" salah seorang wanita itu menarik dagu Jungkook agar ia dapat melihat wajah manis Jungkook dengan jelas. "Mau aku temani?" tangan wanita itu mulai menari-nari di dada bidang Jungkook.
"Pergilah." seolah tuli, wanita itu tak menggubris ucapan Jungkook sama sekali. Kini tangan wanita yang tidak diketahui namanya itu sedang berusaha membuka kancing kemeja yang dikenakan oleh Jungkook.
"Akh!" suara pekikan itu terdengar saat Jungkook menggenggam pergelangan tangan wanita itu dengan kuat. Jungkook tidak peduli bahwa dia seorang wanita. "Pergi, atau aku akan memukulmu!" melihat wajah Jungkook yang memerah, gadis itu langsung beranjak pergi seraya memegangi pergelangan tangannya yang memerah.
"Ini pesananmu Kook." Sungjae, si bartender meletakkan beberapa botol wine itu keatas meja yang ada dihadapan Jungkook. "Gomawo hyung." setelah menampakkan senyumannya, Sungjae langsung pergi meninggalkan Jungkook sendirian bersama minumannya.
"Ahh." lirih Jungkook saat minuman beralkohol itu memasuki tenggorokannya. Tadi ia sudah berpesan pada Sungjae untuk tidak mengatakan apa-apa pada Taehyung. Jungkook menatap lurus kearah botol yang isinya tinggal setengah itu dalam diam.
"Bodoh!" kalimat itu ditujukkan untuk dirinya sendiri.Jungkook bahkan tidak peduli dengan tatapan kagum dari beberapa orang wanita yang tengah melewatinya. Tatapan mata pria itu kosong.
****
Pergi berbelanja malam-malam seperti ini bukanlah ide yang bagus. Tapi mau bagaimana lagi? Kalau tidak berbelanja maka ia tak makan apa-apa malam ini. Yoora terus saja berjalan menuju halte yang berada di dekat rumahnya.
Ayah dan ibunya pergi ke rumah neneknya tadi pagi. Jeonghan? Ia sedang berada di Jepang, jadilah ia tinggal seorang diri di rumah. Yang lebih parahnya lagi, persediaan di lemari pendingin habis total. Itulah alasan mengapa Yoora masih berkeliaran jam segini.
Tak lama bis yang ditunggunya telah tiba di hadapannya. Gadis bermata indah itu langsung naik tanpa menunggu perintah dari siapapun. Matanya menatap kearah luar jendela menikmati pemandangan malam hari. Ah tempat tujuan sudah dekat. Kini tungkainya akan segera membawanya memasuki super market itu.
Jari lentiknya langsung mengambil keranjang belanjaan begitu dirinya memasuki tempat yang sangat besar itu. Tujuan pertamanya bagian sayuran, ia memilih beberapa wortel, tomat, sawi, lobak dan beberapa sayur hijau lainnya. Tak butuh waktu lama, kini gadis itu pergi menuju bagian di mana ia akan menemukan berbagai macam ikan dan daging di sana.
"Yang ini saja." ia mengambil beberapa kotak daging ayam dan sapi. Merasa semua yang dibutuhkannya sudah cukup ia langsung beranjak ke kasir untuk membayar semua belanjaannya. Untunglah tadi ayahnya meninggalkan beberapa lembar uang padanya. Dan semoga saja uangnya cukup.
"Gamsahamnida." ujar seorang wanita yang berdiri di balik mesin kasir setelah ia memberikan beberapa lembar kembalian pada gadis itu. Ia tak menyangka jika berbelanja seorang diri sangat merepotkan. Setelah keluar dari supermarket ia melirik kearah jam tangannya. Pukul sepuluh. Apa masih ada bis jam segini?Dengan ragu Yoora melangkah menuju halte tempat ia turun tadi. Ia meletakkan belanjaannya diatas kursi panjang lalu mendudukkan dirinya di sana. "Kau ingin mati ha?!" kepala Yoora langsung celingak celinguk untuk mencari sumber keributan itu. Ah disana!
KAMU SEDANG MEMBACA
Return
Fanfiction[COMPLETE] Apa jadinya jika seorang gadis bertemu lagi dengan sang mantan kekasih yang sudah lama tak ia temui? Bahkan mereka berada di sekolah yang sama. Bagaimana keseharian gadis bernama lengkap Yoon Yoora itu? . . . "Kenapa kau harus kembali dis...