23.Rencana

17.1K 665 15
                                    


Suara dering ponsel mengganggu tidur lelap seorang gadis yang masih bergelung di bawah selimut lusuhnya. Tangan kanan gadis itu meraba-raba tempat sekitar mencari keberadaan ponselnya yang masih meraung-raung minta di angkat.

"Hallo" ucap gadis itu--Sivia setelah menemukan keberadaan ponsel dan langsung menerima panggilan tersebut.

"Hallo sivia. Lo baru bangun yah" terdengar suara bariton di seberang sana yang tidak begitu asing di telinga sivia.

Sivia hanya berdehem menanggapi.

"Kebo banget sih lo jam segini baru bangun".

"Bacot lo iel. Apaan dah lo nelpon gue pagi buta gini ? Gue masih ngantuk semalem gue lembur." Sembur sivia pada orang yang telah menelponnya di pagi hari buta yang tak lain adalah Gabriel.

Gabriel terkekeh di seberang sana.

"Gue mau ngajak lo jalan-jalan."

"Jalan-jalan ? Kemana ? Mau mau mau." Jawab sivia sumringah langsung terduduk dari tidurnya. Sivia memang selalu senang jika di ajak jalan-jalan. Karna sehari-hari sivia memang selalu menghabiskan waktunya di toko jadi dia tidak punya banyak waktu untuk merefresh otaknya yang sudah ngebul.

"Tadi aja lo ogah banget angkat telpon gue. Giliran denger di ajak jalan-jalan aja seneng banget."

Sivia terkekeh.

"Yaudah sih. Lo mau ngajak gue kemana ?"

"Mmmmmmm... Rahasia. Pokoknya lo dandan yang cantik ya."

"Setiap hari sivia selalu cantik kok iel."

"Dih narsis lo."

Lagi-lagi sivia terkekeh.

"Yaudah kapan ?"

"Nanti gue kabarin lagi ya."

"Oke"

"Emmm vi. Tapi lo yang traktir ya."

Sivia mendengus. Apa katanya tadi ? Sivia yang traktir ? Otak gabriel udah geser kayaknya. Jelas-jelas dia yang mengajak sivia jalan tapi dia yang minta di traktir. Dan jelas-jelas gabriel yang banyak duit, secara dia seorang Ceo di perusahaan milik keluarganya. Dan yang terakhir, Apa gabriel tidak malu di traktir oleh perempuan?

"Yaudah gue gak jadi ikut deh iel kalo gitu caranya" Sivia menghempaskan kembali tubuhnya pada kasur.

Gabriel terkekeh mendengar nada bicara sivia yang kembali ogah-ogahan.

"Elaaah.. gue becanda Vi. Lo tenang aja ! Gue yang bayarin ko."

"Bener yaa"

****

"Kamu yakin yo?" Untuk yang kesekian kalinya ify melontarkan pertanyaan yang sama. Dan untuk yang kesekian kalinya Rio menjawab dengan jawaban yang sama. Rio jengah mendengar istrinya itu terus menerus menanyakan pertanyaan itu. Jelas-jelas Rio yakin dengan rencana nya. Walaupun rencana ini tidak berjalan dengan lancar nantinya, itu bukan sepenuhnya kesalahan dia. Semua orang ikut andil dalam rencana ini. Dan semoga rencana mereka itu berjalan lancar. Yaaaah semoga !

"Iya sayang. Kamu kok bawel banget sih" Rio mencubit kedua pipi ify gemas. Membuat siempunya mengaduh kesakitan.

"Sakit yo ih. Lepasin Rio. Adududuh. Riooooo" ify menatap Rio tajam karna lelaki itu semakin mengencangkan cubitannya membuat kedua pipi tirusnya terasa chubby seketika. Oke itu lebay !

"Hahahahaha.. oke maaf sayang maaf. Abis kamu gemesin sih" Rio melepaskan cubitannya dan berganti mengelus kedua pipi ify yang kini memerah akibat cubitannya dan akibat merona karna perlakuan manisnya.

Terjebak KontrakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang