28.Lo dimana?

14.8K 664 28
                                    



Rio berlari di lorong apartement. Hatinya gelisah memikirkan keadaan shilla. Wanita itu terisak di telpon tadi.

Sebenarnya shilla-nya kenapa?

Rio berhenti di depan pintu apartemen milik shilla. Mengetuk pintunya beberapa kali namun tak ada sahutan dari dalam. Membuat Rio semakin khawatir.

Rio mendorong pintu di hadapannya yang ternyata tidak di kunci. Dan yang menyambut Rio ketika dirinya masuk kedalam adalah kegelapan.

Di dalam gelap. Rio mencari keberadaan saklar lampu untuk memberikan pencahayaan untuknya.

Dan ketika lampu telah menyala. Dilihatnya shilla duduk di kursi meja makan dengan tersenyum manis.

Rio segera berlari menghampirinya. Meneliti shilla-nya lalu memeluk tubuh langsing wanita itu.

"Lo--Lo gapapa Shill?? Rio membelai rambut shilla. Dan sesekali menciumnya.

Shilla menggeleng seraya tersenyum.

"Gue gapapa kok yo"

"Tadi lo nangis di telpon. gue khawatir sama lo"

Rio melepaskan pelukannya. Namun tidak memberikan jarak antara tubuhnya.

"Terus kenapa tadi lo nangis dan minta gue supaya gue kesini?" Rio kembali membelai rambut shilla.

Shilla tersenyum membuat kening Rio berkerut bingung.

"Aku masak buat kamu"

Wajah Rio berbinar. "Oh ya?" Tanya Rio tak percaya jika shilla memasak untuknya. Setahu Rio, Shilla itu tidak bisa memasak. dan tak pernah memasak.

Shilla mengangguk dan tersenyum manis.

"Masak apa hmm?" Rio melingkarkan tangannya di pinggang shilla.

"Tuh di meja makan" shilla melirik hasil masakannya di atas meja. Rio mengikuti pandangan shilla.

"Mie instan?" Alis Rio terangkat ketika melihat semangkuk mie instan dengan telur rebus di atasnya.

Shilla kembali mengangguk seraya tersenyum menjawabnya.

Hati Rio menghangat ketika melihat shilla begitu antusias memamerkan hasil masakannya. Meskipun ini hanya mie instan. Tapi shilla jarang sekali berada di dapur apalagi memasak.

Dan kini pertama kalinya shilla memasak untuk Rio.

***

Hujan telah reda dan malam semakin larut membuat udara malam ini begitu dingin. Seorang wanita terduduk di pinggir trotoar jalan memeluk tubuhnya sendiri.

Angin yang berhembus membuat wanita itu semakin mengeratkan pelukannya. Sesekali dia menggosokkan tangannya untuk sekedar mencari kehangatan.

Senyum getir tercetak di bibir pucatnya. Sungguh dia tidak pernah terbayang jika shilla akan kembali ke kehidupannya. Mencoba merebut kembali apa yang dia miliki.

Tubuhnya bergetar menahan rasa dingin yang menusuk kulitnya. Entah berapa lama lagi dia harus menunggu suaminya kembali. Rio nya---

Jalanan semakin sepi tak ada kendaraan yang melintas. Hatinya berharap Rio cepat kembali. Yaaa--- ify hanya dapat berharap.

Suara deru mobil mengalihkan tatapan ify. Rasa takut dan was-was memenuhi pikiran ify kala mobil itu berhenti di hadapannya. Malam telah larut dan jalanan sudah sepi. Jika orang itu berniat jahat padanya sudah di pastikan dirinya tidak akan selamat.

"Ify. Lo beneran ify?" Suara bariton yang begitu ify kenal memasuki indra pendengaran ify. Wanita itu mendongak dan mendapati tubuh jangkung gabriel menjulang di hadapannya.

Terjebak KontrakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang