Samudra sesekali melemparkan tatapan penuh kerinduan pada Anita yang duduk dengan wajah datar tak terbaca di seberang meja sambil mencatat semua rincian rapat yang pastinya akan diperlukan oleh bosnya begitu selesai rapat, sementara dia terus berbicara dengan lancar menjelaskan rincian proposalnya untuk menjadi rekanan Perkasa Ekatama dalam proyek raksasa yang tendernya dimenangkan oleh perusahaan besar itu.
Sebagai perusahaan yang masih berada di skala menengah, Buana Construction miliknya memang belum memiliki kapasitas seperti Perkasa Ekatama yang selama ini dikenal di kalangan konstruksi sebagai perusahaan yang fair, dan tidak segan bekerja sama dengan perusahaan lain yang lebih kecil, jika perusahaan kecil tersebut bisa memberikan proposal yang menguntungkan. Jadi, disinilah Samudra, mempresentasikan proposalnya dan berharap agar dewan pimpinan perusahaan besar itu mau mempertimbangkan perusahaannya.
"Dengan demikian, sumber daya manusia yang kami miliki bisa mengakomodir kebutuhan Perkasa Ekatama, tanpa mengharuskan perusahaan Anda untuk terikat permanen dan menambah pengeluaran di masa depan," simpulnya dengan nada yakin dan tegas. Saat mengedarkan pandangannya untuk menjangkau audiens, lagi-lagi tatapannya berlabuh pada sosok cantik Anita.
Namun, gadis itu bahkan tidak merasa harus menunjukkan kalau mereka saling mengenal.
Berat dia menghela napas dan kembali menyambung. "Saya yakin Perkasa Ekatama bisa melihat bahwa penawaran kami ini fair, dan sangat menguntungkan. Namun, kalau menurut Anda semua masih ada yang belum jelas, dengan senang hati saya akan menjawab setiap pertanyaan yang disampaikan."
Samudra tidak mengira, saat dia duduk, beberapa anggota dewan direksi bertepuk tangan karena terkesan dengan presentasinya. Bahkan sang pimpinan, Adrian, yang tidak diduga Samudra mau ikut hadir untuk mendengar presentasinya. Meski sambil bertepuk tangan pria itu masih tetap bertahan dengan wajah dingin dan tatapan tajamnya yang mengintimidasi.
"Terima kasih, Pak Samudra. Kami rasa Anda sudah memberikan presentasi yang baik sekali, dan harus kami akui kalau semua yang Anda paparkan barusan sangat brillian." Salah satu dari anggota dewan direksi berkata ramah. "Dan ya, proposal Anda ini fair dalam memberikan keuntungan. Sekarang yang harus kami lakukan adalah berdiskusi dengan internal kami untuk teknis kontraknya, dan kalau Anda tidak keberatan, bisakah Anda dan tim menunggu sebentar di ruang tunggu yang akan ditunjukkan oleh asisten saya, Pak Idris?"
Samudra termangu mendengar kalimat pria setampan malaikat yang dia tahu bernama Anthony, yang kabarnya adalah otak di balik setiap kerja sama dengan perusahaan di luar Perkasa Ekatama itu. Jadi ... proposalnya langsung diterima?
Kegirangan setengah mati, Samudra dengan cepat menguasai dirinya, dan mengangguk. "Tentu saja, Pak. Terima kasih."
Dia pun berdiri, dan dengan sigap seorang pria muda memberikan tanda kepadanya dan juga timnya untuk mengikuti. Sudut matanya melihat Anita yang sedang memberikan catatannya kepada Anthony, dan ada sebuah gerakan Anthony yang langsung ditangkapnya sebagai sebuah gerakan yang intim. Membuatnya merasakan adanya sengatan di hati. Susah payah dia mengusir perasaan itu, dan mengikuti asisten Anthony untuk menuju ke ruangan yang tadi disebutkan.
**********
"Semua oke?" Anthony bertanya pada semua yang hadir, yang hanya mengangkat bahu.
"Kalau kami tidak oke, memangnya Bapak mau dengar?" Seorang anggota direksi bernama Kemala, wanita lajang di usia 42 tahun yang memimpin bagian keuangan, berkata dengan suara datar. Kecerdasannya membuat posisinya kuat di mata Adrian maupun Anthony, meski mulutnya terkadang terlalu tajam. Hanya pada Adrian saja Kemala tunduk, dan tidak pernah membantah, tapi pada Anthony?
Meski genius, tapi kesukaan Anthony memutuskan segala sesuatu sendiri sering membuatnya jengkel. Belum lagi, Anthony juga harus mengakui kalau dirinya adalah orang paling keras kepala yang pernah hidup di dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hand In Yours
RomanceMasa lalu ada di belakang, tertinggal bersama dengan segala pahit dan manisnya. Tapi kamu adalah masa depanku, dan saat tanganku ada dalam genggamanmu, aku adalah seorang pemenang. Menang dalam perang yang bernama...masa lalu. Karena cerita ini suda...