Pesta pertunangan adik Adrian dan Anthony berlangsung begitu meriah. Mewah dan bergengsi, dipenuhi banyak orang dari kalangan atas yang hanya akan ditemui Anita di televisi jika dia tidak diundang ke situ. Namun, Anita menangkap kesan kalau justru para tuan rumah yang paling tidak menikmati pestanya. Contohnya, Adrian, yang terus saja menarik diri dari keramaian. Anthony yang menggandeng Anita sambil tersenyum geli melihat Adrian yang hadir sendirian dan tampak sangat tidak nyaman.
"Nita, kenapa kakakku enggak ngajak Laras, ya?" bisik Anthony
Anita mengulum senyum. "Kan hubungan mereka masih rahasia," sahutnya.
"Oh, iya." Anthony mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Saat itu matanya menangkap sosok memukau Vera yang langsung mendekati Adrian tanpa membuang waktu. Bibirnya pun menipis.
"Bitch," desisnya.
Anita menoleh dan menatapnya. "Pak Thony bilang apa?".
Anthony menghela napas, lalu menggerakkan kepalanya ke arah Vera yang malam itu mengenakan gaun berwarna keemasan. Begitu indah melekat di tubuhnya yang ramping.
"Perempuan itu. Dia sedang mencoba mendekati Kak Adrian," jawabnya. "Murahan sekali. Dia bahkan tidak peduli kalau Kak Adrian membencinya."
Anita mengamati wajah Anthony, lalu mengusap lengannya. "Memangnya kenapa kalau dia mendekati Pak Adrian? Pak Thony cemburu?" tanyanya pelan.
Anthony mengerjap cepat, lalu menoleh dan menatapnya ngeri. "Kamu bercanda? Yang bener aja, Nita!" cetusnya spontan.
Anita terkekeh. "Enggak pa-pa kali cemburu," godanya. Padahal dalam hati Anita sungguh-sungguh ingin meledak karena rasa khawatir akan perasaan Anthony saat berada di tempat yang sama dengan penyihir jahat itu.
Anthony cemberut, lalu menarik hidung Anita dengan gemas. "Jangan ngeledek. Aku memang pernah punya masa lalu sama dia, tapi bukan berarti masa sekarang dan masa depanku juga terhubung sama dia!" omelnya, sementara dengan spontan Anita menepis tangannya.
"Enggak usah tarik hidung saya, Pak Thony. Bisa luntur bedaknya, nih."
Tepat saat itu, sosok anggun Lestari Smith berjalan luwes ke arah mereka. Matanya yang tajam menatap lurus ke arah Anita, memberikan tanya tanpa perlu bicara.
"Anthony." Dia menyapa luwes.
Anthony mengangguk. "Mami," sahutnya dengan nada formal.
Lestari mengalihkan fokusnya pada Anita, dan ada senyum miring di bibirnya yang sangat mirip Adrian. "Anita, senang kamu bisa datang," katanya dengan nada sejuta makna.
Anita tersenyum sopan, meski hatinya merasa gentar. "Satu kehormatan diundang Ibu ke acara ini," balasnya.
Lestari menatapnya lama hingga menimbulkan pertanyaan di hati Anthony, tapi lalu tersenyum manis. "Saya rasa kita tidak akan mendapatkan kesempatan untuk bicara jika Anthony terus mengekorimu, bukan? Mungkin sebaiknya saya atur di lain waktu saja, bagaimana Anita?" tanyanya.
Anita mengangguk. "Tentu. Terserah Ibu. Saya akan usahakan bisa," jawabnya.
Lestari mengangguk anggun. "Bagus. Sampai ketemu lain waktu kalau begitu," katanya, lalu menatap Anthony. "Mami mau bicara, mampirlah kapan-kapan."
Anthony hanya mengangguk dingin. Anita yang melihat betapa dinginnya interaksi antara ibu dan anak itu menjadi heran. Bagaimana mungkin ibu dan anak bersikap seolah mereka adalah orang asing?
"Enggak usah heran, Nita. Begitulah keluarga Smith." Seolah tahu apa yang dipikirkan Anita, Anthony berujar. Dia menoleh dan menatap Anita tepat ke manik matanya. "Sekarang kamu tahu kenapa aku takut berumah tangga, bukan? Karena model keluarga yang kutahu membuatku tidak menginginkan keluarga."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hand In Yours
RomanceMasa lalu ada di belakang, tertinggal bersama dengan segala pahit dan manisnya. Tapi kamu adalah masa depanku, dan saat tanganku ada dalam genggamanmu, aku adalah seorang pemenang. Menang dalam perang yang bernama...masa lalu. Karena cerita ini suda...