Penghiburan

23.8K 2.1K 48
                                    

Sinar matahari menerobos melewati celah tirai jendela, dan jatuh tepat di wajah Anthony. Silau, dia memiringkan badan untuk mencari sesuatu yang bisa dipakai untuk menutupi wajahnya. Namun, dia tertegun saat tangannya tidak mendapati siapa pun di sisinya. Sebuah kesadaran menyambar membuat mata Anthony langsung melebar, kehilangan kantuknya. Dia bangkit dan duduk, lalu melihat berkeliling.

"Anita?" Dia memanggil.

Tidak ada sahutan. Anthony menegak, dan tak diingininya, keringat dingin membanjir. Tidak. Tidak mungkin ini terjadi, kan? Tidak mungkin Anita menghilang lagi?

"ANITA!" Dia berteriak sekeras mungkin. Kepanikan mulai menyerangnya, dan dia melompat dari ranjang tanpa mempedulikan keadaannya yang hampir tanpa busana dan hanya mengenakan selembar bokser hitam yang menggantung di pinggulnya. Dia berlari ke arah pintu, tapi saat mendengar suara gemericik air dari kamar mandi, dia langsung menghambur ke situ.

Pintu kamar mandi tidak dikunci, dan sekuat tenaga Anthony langsung membukanya. Jika pintu itu tidak dibuat dari bahan berkualitas, mungkin saat ini sudah jebol karena tenaganya. Ketika pintu terbuka, dia pun langsung menghela napas lega. Anita tampak sedang berada di dalam bak mandi, menikmati air berbusa yang harum. Matanya terpejam, dan sepertinya dia tertidur hingga tidak mendengar saat Anthony berteriak-teriak seperti orang gila barusan.

Perlahan Anthony mendekat, kemudian berjongkok di sebelah bak. Dipandanginya wajah yang sangat cantik itu, yang tampak begitu nyaman dan damai. Anthony tak mampu menahan diri. Dia menyentuh pipi Anita lembut hingga wanita yang kemarin dinikahinya itu langsung membuka mata.

"Hai." Anita menyapa sambil tersenyum.

Tak sadar, Anthony mengerjap menghalau basah di matanya. Melihat itu, Anita tertegun.

"Hei ... ada apa?" tanyanya sambil mengulurkan tangan dan mengusap pipi Anthony hingga ikut basah.

Anthony menelan ludah. "Aku takut," akunya jujur. Lalu dia meraih tangan Anita dan menciumnya. "Aku kira kamu pergi...."

Anita menatapnya untuk beberapa saat. Lalu senyum teduh muncul di bibirnya. Pasti Anthony trauma saat dulu dia meninggalkannya di Bali. Anita pun menegakkan tubuhnya dan sedikit bergeser. Sebagian payudaranya yang membusung terlihat mengintip di antara busa mandi, membuat Anthony langsung semringah.

"Aku enggak kemana-mana, Ganteng. Sini ... mau mandi bareng?" Wajahnya memerah saat menanyakan itu.

Anthony langsung bangkit dan melepaskan penutup terakhir tubuhnya, membuat wajah Anita memanas melihat ketelanjangannya. Dia masuk ke bak mandi di belakang Anita, dan perlahan duduk. Kemudian dia menarik napas lega saat Anita menyandarkan punggung ke dadanya. Saat itu dia yakin kalau semuanya nyata. Anita, pernikahan mereka, kebahagiaannya. Bukan mimpi ataupun khayalannya saja.

"Kenapa sih pagi-pagi udah panik begitu, hm?" bisik Anita lirih sambil mengecup lehernya.

Anthony melingkarkan lengannya di tubuh Anita, membuat lebih merapat pada tubuhnya. "Aku inget dulu kamu ninggalin aku, Nita," jawabnya. "Aku takut. Kalo kamu bangun duluan, bangunin aku juga, ya?"

Anita mengusap lengannya. "Oke. Maaf, udah bikin kamu takut."

Anthony mengecup pelipisnya. Tangannya bergerak lembut menggosok lengan Anita, dan perlahan mulai merambah ke bagian lain tubuh istrinya. Anita mendesah pelan dan memejamkan mata, menikmati sentuhan Anthony yang selalu didambanya. Desahan itu makin menjadi saat Anthony meremas lembut dadanya, membangkitkan hasrat Anthony kembali.

"Nitaaa ...." Anthony mulai merengek.

"Ya?" Anita mendesah seksi. Matanya masih terpejam.

"Jujun mau main."

My Hand In YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang