Anita kembali memuntahkan makanan yang baru saja masuk ke dalam perutnya, dan sambil membersihkan wajahnya yang bau muntah, dia menatap ke cermin.
Ditatapnya bayangan seorang wanita dengan paras kuyu dan kalah dalam cermin, yang tampak begitu menderita. Dia menggigit bibir. Sekali. Hanya sekali dia melakukan perbuatan terkutuk itu, dan dia harus menanggung segalanya untuk selamanya. Apakah ini sebuah hukuman?
"Mbak Nita hamil?"
Pertanyaan Aiden membuat Anita tersentak, dan menoleh. Dia melihat adiknya itu berdiri menyandar di ambang pintu toilet sambil memandangnya dengan mata tajam. Anita menelan ludah.
"Aiden...."
"Jawab saja, Mbak. Mbak Nita hamil?"
Anita memejamkan matanya, dan membiarkan air mata lolos dari sudut mata indahnya. Dengan berat dia mengangguk. Aiden mengeluarkan suara tertahan.
"Siapa? Siapa yang menghamili Mbak? Mas Sam?" tanyanya marah.
Anita menggeleng. "Bukan. Bukan Mas Sam. Aiden tidak kenal orangnya."
"Kalau begitu, bawa Aiden ketemu orangnya. Kita harus membuat dia bertanggung jawab."
Anita menggeleng lagi. Lebih keras.
"Tidak Aiden. Ini salah Mbak sendiri. Memang tidak seharusnya Mbak membiarkan diri Mbak terbawa emosi sesaat ... orang itu tidak bersalah. Dia tidak tahu apa-apa."
"Tapi diperlukan dua orang untuk membawa seorang anak ke dalam hidup, Mbak. Aiden bukan jenius, tapi tahu tentang itu!"
Anita tersenyum pahit. "Itu benar. Tapi harusnya Mbak lebih bisa membawa diri. Mbak ini perempuan yang dididik dengan baik, tapi nyatanya, berkali-kali Mbak mempermalukan keluarga ... mempermalukan Papa dan Mama, dan juga Aiden."
Aiden terdiam. Dia menghela napas berat, lalu menatap Anita kembali. "Kenapa Mbak tidak mau laki-laki itu bertanggung jawab? Benar dia bukan Mas Sam?" selidiknya.
Anita kembali menggeleng. "Mbak sudah meninggalkan Mas Sam, Aiden. Ini anak orang lain. Seorang asing ... Mbak bahkan belum terlalu mengenal dia."
"Tapi dia...."
"Aiden. Mbak mohon. Ini salah Mbak sendiri. Mbak tidak mungkin membawa orang lain dalam pusaran kesalahan Mbak. Laki-laki ini ... dia mungkin sudah tidak ada di Indonesia sekarang."
Aiden berkedip. "Dia betul-betul orang asing?" tanyanya tidak percaya.
Anita mengangguk. "Sekalipun dia orang sini, Mbak tidak akan membawa dia dalam masalah yang Mbak ciptakan sendiri. Mbak yang berbuat, Mbak akan bertanggung jawab," sahutnya penuh tekad.
Aiden menatapnya iba. "Tapi ... kalau Mbak melahirkan seorang anak tanpa ayah ... orang akan menganggap Mbak Anita sebagai perempuan nakal."
Anita menghela napas. "Memang itu kenyataannya. Mbak harus akui kalau Mbak bukan perempuan baik. Tapi Mbak akan tetap menanggung resikonya. Aiden masih bersedia bersama Mbak? Aiden marah sama Mbak?"
Aiden ikut menghela napas. "Sekalipun Aiden marah, Mbak adalah satu-satunya keluarga terdekat Aiden. Jadi Aiden akan selalu bersama Mbak. Tapi kalau Aiden tahu siapa ayah anak itu, Aiden akan menyeretnya untuk bertanggung jawab. Mbak ingat itu."
Anita hanya tersenyum. Aiden tidak akan bertemu dengan pria itu, karena Anita ingat kalau Anthony, pria yang menghamilinya, memang hanya akan tinggal di Indonesia sampai seminggu setelah pertemuan mereka karena visanya sudah akan habis. Itu sudah dua bulan lalu. Pria itu mungkin sudah kembali ke negaranya, dan Anita hanya perlu menjalani hidupnya yang pastinya akan jauh lebih berat dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hand In Yours
RomanceMasa lalu ada di belakang, tertinggal bersama dengan segala pahit dan manisnya. Tapi kamu adalah masa depanku, dan saat tanganku ada dalam genggamanmu, aku adalah seorang pemenang. Menang dalam perang yang bernama...masa lalu. Karena cerita ini suda...