"Aku perempuan single, dan apa pun yang pernah ada di antara kita sudah kamu akhiri. Lantas. kenapa aku tidak boleh mendekati kakakmu?" Vera bertanya dengan senyum menawannya yang terulas di bibir.
Anthony menatapnya lama. "Aku tidak ingin kau mengacaukan hidup kakakku, seperti yang kau lakukan padaku," jawabnya.
Vera tertawa kecil sambil mengencangkan sabuk jubah mandinya. Dengan gaya santai dia duduk di kursi tanpa mempersilakan Anthony yang masih berdiri di tengah kamar hotelnya, "Mengacaukan hidup kakakmu? Apa yang bisa dilakukan oleh seorang perempuan yang sedang jatuh cinta sepertiku pada kakakmu yang berkuasa itu, hm?" tanyanya retoris.
"Jatuh cinta?" Anthony mengepalkan tangannya. "Apakah perempuan sepertimu bisa jatuh cinta?"
Vera mengangkat bahu. "Terlalu meremehkan. Aku pernah jatuh cinta padamu, bukan?"
"Jatuh cinta tapi masih menikahi orang lain, dan menyebut nama kakakku saat bercinta!"
"Apa aku bisa mengatur perasaanku? Siapa yang bisa menduga kalau aku akan jatuh cinta lagi pada Adrian?"
"Kau tidak mencintai Kak Adrian. Kau terobsesi padanya karena dia sulit didapatkan."
"Apa pun alasannya. Aku tak peduli dengan pendapatmu, Thony. Kau sendiri yang meninggalkanku, jadi kau tidak berhak berpendapat atas tindakanku lagi."
"Aku tak percaya ada perempuan seegois dirimu!"
"Justru aku tak percaya kau bisa mengatakan itu semua tanpa merasa harus bercermin." Vera tersenyum tipis. "Apa bedanya aku denganmu? Kau bilang aku egois, bukankah kau juga egois karena tetap meniduriku, meski kau tahu kalau aku punya suami? Pernahkah kau merasa bersalah pada suamiku dulu?"
Anthony tertegun. Kata-kata Vera seperti tamparan di wajahnya, karena dia tidak mampu membantah kebenaran yang ada di dalamnya. Dialah yang mengambil kegadisan Vera, dan tidak menolak saat Vera mengajaknya berselingkuh. Bukankah dia juga sama egoisnya dengan perempuan itu?
Berat dia menghela napas. "Kau benar," akunya. "Aku sama egoisnya denganmu, mungkin lebih. Dan aku tidak punya hak untuk menghakimimu. Tapi, anggaplah ini adalah permintaan. Tolong, jangan dekati kakakku. Bukankah akan canggung jadinya kalau kita harus bersinggungan nanti?"
Vera menggeleng. "Maaf, aku tidak bisa. Aku pernah menyerah memperjuangkanmu dulu, dan tidak akan kuulangi sekarang dengan Adrian. Aku tidak akan menyerah sampai mendapatkannya," tolaknya.
Anthony menatapnya. "Baiklah. Itu pilihanmu." Dia beranjak saat Vera memanggilnya.
"Anthony ... tidak usah membicarakan soal masa lalu kita pada siapa pun. Karena bukan hanya aku yang akan repot, tapi kau juga. Lagipula ... bukankah semua orang hanya tahu kalau kau gay?" Vera tertawa kecil. "Sampai sekarang aku masih bingung kenapa kau sering mengaku gay."
"Untuk melindungimu." Anthony berkata pelan, membuat Vera tertegun. "Kalau aku tidak mengaku gay, sedangkan kita sering menghabiskan waktu bersama dengan dalih sebagai sahabat, apakah kau bisa selamat dari suami dan ayahmu?" Usai mengatakan itu dia kembali berbalik dan melangkah pergi.
Vera terpaku. Ditatapnya punggung Anthony yang menjauh, dan dia merasakan ada rasa dingin menjalar di hatinya. Melindunginya? Jadi untuk itu Anthony membuang hidupnya selama ini? Untuk melindunginya?
****************
Anita melebarkan mata tak percaya saat mendapati Anthony yang berdiri di depan pintu apartemen. Apalagi saat pria itu melambai sambil tersenyum lebar.
"Hai."
Anita berkedip, tetapi dengan gerakan cepat dia keluar dan menutup pintu di belakangnya. "Pak Anthony, sedang apa di sini?" bisiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hand In Yours
RomansaMasa lalu ada di belakang, tertinggal bersama dengan segala pahit dan manisnya. Tapi kamu adalah masa depanku, dan saat tanganku ada dalam genggamanmu, aku adalah seorang pemenang. Menang dalam perang yang bernama...masa lalu. Karena cerita ini suda...