"Mereka bisa memanfaatkan kamu untuk membuatku mundur, Thon." Tiba-tiba Adrian bicara, masih dengan mata terpejam. Saat ini dia dan Anthony berada dalam mobil jemputan menuju ke hotel tempat rapat luar biasa dewan komisaris Smith Goldwig diadakan besok di Denpasar, Bali.
Anthony menoleh dan menatapnya dengan ekspresi kehilangan fokus. "Apa? Kakak bilang apa?"
Sepi sesaat, sebelum Adrian membuka matanya dan menatap Anthony dengan tajam. "Aku membutuhkanmu untuk bisa fokus dan total di sini. Jangan melamun," tegurnya tajam.
Anthony meneguk ludah gugup. Apakah terlihat jelas kalau pikirannya tidak ada di tempat? "Sorry," ucapnya tulus. "Too many things to do, in too little time."
Adrian menghela napas. "Aku tahu. Maaf, tidak seharusnya juga aku terlalu menekanmu," katanya penuh sesal.
"It's okay. Aku mengerti. Pikiran Kakak pasti terbagi dua sekarang, kan? Masalah perusahaan dan juga Laras. Tidak usah minta maaf padaku ... aku mengerti," hibur Anthony.
Adrian tersenyum tipis. Lalu membuang pandangannya ke luar jendela mobil. "Aku bahkan belum sempat meluruskan apa pun dengan Laras," keluhnya lirih.
"Aku juga sama, dengan Anita," bisik Anthony dalam hati sambil memikirkan Anita yang baru akan menyusul mereka besok. Dia merasa hampa.
Keheningan menggantung di antara kakak beradik itu untuk beberapa saat. Adrian kembali menghela napas, lalu menoleh pada Anthony.
"Aku yakin Jonas dan Donald Goldwig akan menyerangku di sana. Menilik cara mereka selama ini, rumor suap dan video berengsek itu pasti akan diangkat untuk membuat dewan komisaris kehilangan kepercayaan padaku. Saat wacana mengganti komisaris muncul, aku harap kau maju," katanya serius. Jonas dan Donald adalah sepupu Adrian dan Anthony dari pihak Goldwig, keluarga Nenek mereka.
"Itu tidak akan terjadi. Tidak ada yang akan sanggup menggantikan Kakak. Memangnya siapa yang membuat Smith Goldwig mendunia?" Anthony menyahut jengkel.
Adrian tersenyum kecil. "Dalam bisnis orang tidak akan mengingat jasa. Tapi saling menjatuhkan sudah merupakan proses biasa dan selalu berulang."
"Betul. Tapi apa yang mereka tahu soal pasar Indonesia? Sedangkan pemasukan Smith Goldwig 30 persen hanya dari pasar Indonesia lewat Perkasa Ekatama. Pemerintah kita memberikan izin operasi juga karena nama Adrian Smith."
"Tapi namamu juga Smith. Kamu juga putra dari Alexander Smith, dan pemerintah kita mengenal namamu dan Da Vinci. Itulah sebabnya mereka akan memajukanmu. Membuatmu berhadapan denganku."
"Tapi kewarganegaraanku baru dikabulkan tahun ini. Sedangkan Kakak, sejak umur tujuh belas sudah memiliki kewarganegaraan Indonesia. Posisiku tidak sekuat itu."
Adrian terkekeh mendengar kekeraskepalaan Anthony. Dia menepuk bahunya, lalu berkata lembut, "Kau cuma tidak ingin terlibat lebih dalam di Smith Goldwig, kan? Apalagi dengan Angkasa dan Da Vinci yang butuh perhatianmu."
Anthony ikut tertawa kecil. "Aku bukan tandingan Donald dan Jonas. Apalagi kalau Uncle Tom ikut membela mereka. Aku akan dibantai habis-habisan," akunya.
Adrian menatapnya lama. "Kurasa kau bisa mengalahkan siapapun, Thony. Sama seperti setiap kali kau mendebat Bu Kemala, tidak akan ada yang bisa melawan," katanya sungguh-sungguh.
"Mbak Kemala mungkin galak, tapi dia fair. Dalam permainan curang, aku tidak akan pernah menang." Anthony mengaku jujur.
Adrian tersenyum kecil. "Meski belum biasa menghadapi kecurangan, tapi kau sering berada di belakang layar untuk mengatur siasat, kan? Selama ini kau hanya bersikap terlalu lembut, itulah yang sebenarnya. Tapi tidak apa, aku mengerti. Dan sungguh, aku tidak ingin mengubahmu menjadi seperti aku, yang kejam, dingin, dan tidak berperasaan. Hanya, saat kau harus bersikap tegas, tegaslah. Jangan biarkan kelembutan hatimu dimanfaatkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hand In Yours
RomantizmMasa lalu ada di belakang, tertinggal bersama dengan segala pahit dan manisnya. Tapi kamu adalah masa depanku, dan saat tanganku ada dalam genggamanmu, aku adalah seorang pemenang. Menang dalam perang yang bernama...masa lalu. Karena cerita ini suda...