Lamaran Yang Tidak Romantis

20.7K 2.3K 74
                                    

"Kamu tidak bisa menikah mendahului kakakmu, Anthony. Itu tidak sopan. Lagi pula rencana Adrian sudah berjalan lebih dulu," tandas Lestari.

Anthony langsung merapatkan rahangnya. "Tapi Kak Adrian harus bisa mengerti. Aku sudah memiliki anak, makanya aku harus menikah lebih dulu," katanya keras kepala.

Adrian menegakkan punggungnya. "Well ... bukankah terlambat empat atau lima tahun untuk bicara begitu, Thon?" tanyanya mencibir. "Aku tidak akan menunda pernikahanku dengan Laras."

"Untuk sekali saja dalam hidupmu, Kak, bisakah kau mengalah padaku?" Anthony berkeras.

"Dan untuk sekali saja dalam hidup, bisakah kau tidak tergesa-gesa dan mempertimbangkan segala sesuatu dengan matang?" Adrian membalas dengan nada tajam. "Bagimu mungkin segalanya hanya perlu praktis, tapi bagaimana dengan Anita? Pernikahan macam apa yang bisa disiapkan dalam waktu kurang dari seminggu? Kau mau menyuruh Anita memakai pakaian pengantin yang langsung jadi? Atau kau ingin dia memakai gaun pengantin Laras? Gaun yang dibuat untuk orang lain? Di mana letak rasa hormatmu pada calon istrimu?"

Anthony terdiam.

Adrian menghela napas. "Kau sudah melalui hal yang jauh lebih berat dari sekedar menunggu beberapa hari lebih lama, tidak bisakah kau bersabar?" sambungnya dengan nada melunak.

Anthony mengerjap. Dia menyadari kebenaran kata-kata Adrian, dan mengangguk dengan berat hati. "Baiklah, Kakak benar," akunya.

"Lagipula...," Adrian menyambung kalimatnya, "memangnya kau yakin Anita mau menikah denganmu? Sudah meminta secara langsung?"

Anthony tertegun. Ya, Tuhan ... dia bahkan belum bicara tentang itu!

Di tempatnya, Adrian melirik ibunya yang tampak berjuang menahan tawa, dan tersenyum tipis. Saat Anthony menceritakan pada Adrian soal Anita dan Yemima, Adrian memang langsung memanggil Anita dan bicara dengannya empat mata. Sebagai seorang kakak, sudah nalurinya untuk melindungi Anthony, dan dia hanya tidak ingin adiknya itu patah hati untuk ke sekian kali. Saat Adrian sebagai wakil dari keluarga melamarkan Anita untuk Anthony, Anita terlihat ragu. Menurutnya Anthony belum mengatakan apa pun tentang pernikahan. Itulah yang membuat Adrian melemparkan pertanyaan barusan.

"Aku ... aku .... " Anthony kehilangan kata-kata, dan dengan linglung dia bangkit dari kursinya lalu ngeloyor pergi.

Tawa Lestari langsung terlepas, dan tanpa sengaja dia menepuk lengan Adrian yang langsung terkesiap karena tak terbiasa dengan sentuhannya. Meski begitu, dia tidak menolak seperti dirinya yang biasa, dan membiarkan ibunya mengguncang tangannya.

"Ya ampun ... sepertinya Anthony benar-benar harus belajar jadi laki-laki straight dulu," komentar Lestari di sela tawa.

Adrian mengerutkan kening. Jadi Anthony belum bilang kalau dia bukan gay? Ah ... mungkin dia punya pertimbangan sendiri, untuk apa usil?

***********************************
Anthony terus menekan bel dengan tidak sabar. "Anita," panggilnya sambil mengetuk pintu juga. "Anita!"

Pintu membuka dan sosok Anita yang tampak kesal serta Yemima yang tampak riang dalam gendongannya muncul di situ.

"Harus, ya, mencet bel berulang-ulang kayak gitu?" Anita bertanya dengan nada kesal. Sepertinya dia sedang berada di tengah satu pekerjaan yang merepotkan saat Anthony menekan bel barusan.

"Papah nakal. Pley wit de bel laik Mima." Yemima menegurnya sambil menggoyangkan telunjuknya dengan mata bersinar jenaka. Kelihatannya dia gembira jika ayahnya dimarahi oleh ibunya.

Anthony mencium pipi Yemima dengan gemas, lalu berlutut di depan Anita sambil menyodorkan sebuah kotak beludru berwarna merah.

"Anita ... will you marry me?"

My Hand In YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang