Baru siang tadi Anthony ikut merasakan kebahagiaan Adrian yang melamar Laras, malam ini dia dan kakaknya itu kembali berkutat dengan berbagai hal yang berhubungan dengan kasus hukum yang menjerat perusahaan bersama Harris dan Sam. Menyebalkan!
Semula Anthony mengira kasus yang sama sekali tidak ada hubungannya, baik dengan dirinya, Adrian, maupun dengan perusahaan itu, bisa segera diselesaikan. Ternyata dia salah. Meski terlihat jelas dipaksakan, para petugas membuat mereka berempat cukup lama tertahan di kantor KPK. Untunglah, karena kepiawaian duo Harris dan Sam—pengacara dan mantan pengacara legendaris—mereka pun akhirnya diizinkan pergi karena memang kurangnya bukti yang dibutuhkan untuk menjerat perusahaan.
Namun, Adrian yang telanjur murka karena ditempatkan dalam posisi tidak menyenangkan tersebut—apalagi dia dijemput di depan Laras—ditambah kekhawatiran kalau kasus konyol itu akan memengaruhi pandangan orangtua Laras nantinya, maka sebuah rapat kecil pun diadakan segera sekembalinya mereka ke kantor malam itu juga. Sebuah rapat yang membahas tentang langkah apa yang harus diambil untuk melakukan serangan balik pada pihak yang ingin menjatuhkan perusahaan. Seseorang dari masa lalu Adrian dan ibunya.
Tak diingininya, ingatan tentang kejadian beberapa malam lalu kembali melintas di benak Anthony.
Aku perlu bertemu dengan selingkuhanmu itu untuk memberi tahu dia sesuatu. Bisa?
"Thon, Thony! Kamu tidak fokus?"
Anthony mengerjap dan mendapati tatapan Adrian yang tajam kepadanya. "Apa? Sampai mana kita?"
Adrian menghela napas sebal. Saat itu Sam meningkahi.
"Sebaiknya kita kembali bahas ini besok. Toh, perusahaan tidak akan bisa dikaitkan dengan tuduhan apa pun. Tidak ada bukti, kan? Ini sudah larut, kita semua lelah dan tidak akan mungkin bisa fokus lagi."
"Pak Sam benar." Harris ikut setuju.
Adrian tercenung sejenak, sementara Anthony menatapnya dengan perasaan bersalah. Dia tahu kalau posisi Adrian saat ini memang tidak enak. Ada Laras yang dipikirkannya, dan apa yang dipikirkan gadis mungil keriting itu saat ini adalah pertimbangan utama Adrian yang biasanya tidak pedulian. Mungkin Anthony akan bertindak dan bersikap sama jika ada di posisi Adrian saat ini.
Cinta. Bahkan pribadi sekuat Adrian pun akan bertekuk lutut.
"Baiklah," putus Adrian. "Kita bahas besok lagi. Kamu istirahatlah, Thon. Maaf membuatmu lelah."
Anthony tersenyum tipis. "It's okay. Ya sudah, aku pulang kalau begitu. Pak Sam, Pak Harris, hati-hati di jalan."
"Pak Thony juga."
"Tunggu, Thony," panggil Adrian. Dia bangkit dan meraih kunci mobilnya. "Pak Sam, Pak Harris, terima kasih untuk hari ini. Thony, aku antar kamu sampai apartemen, biar aku yang menyetir."
Anthony langsung menatapnya heran. Adrian mengantarnya?
**********
"Kamu kelihatan banyak pikiran," komentar Adrian sambil menghentikan mobil di depan lobi apartemen Anthony. "Harusnya aku yang depresi, karena masalah ini bisa saja memengaruhi pendapat orangtua Laras yang sangat religius itu. Bayangkan apa yang mereka rasakan saat melihat televisi dan mendapati berita soal Adrian Smith, calon menantu mereka ternyata sedang diselidiki KPK?"
Anthony tersenyum. Nada bicara Adrian mungkin datar dan dingin, tapi dia tahu kalau kakaknya itu memang sungguh-sungguh cemas.
"Aku tidak apa-apa, Kak. Hanya sedikit lelah. Lagipula, kalau Kakak ingin khawatir tentang pendapat orangtua Laras, kita bisa menghadapinya bersama. Aku juga diselidiki, kan?" jawabnya sedikit bergurau.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hand In Yours
RomanceMasa lalu ada di belakang, tertinggal bersama dengan segala pahit dan manisnya. Tapi kamu adalah masa depanku, dan saat tanganku ada dalam genggamanmu, aku adalah seorang pemenang. Menang dalam perang yang bernama...masa lalu. Karena cerita ini suda...